BAB 08 [CCTV!!]

590 28 3
                                    

                  * * *

Sesampainya di rumah, Kaila menyuruh putranya mengganti seragamnya, lalu menyuruh putranya untuk mengambil air wudhu yang kebetulan waktu sholat zhuhur sudah masuk.

Setelah Dion keluar dari dalam kamar mandi, Kaila juga masuk ke dalam kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Sebelumnya dia tidak pernah melakukan kewajiban sebagai umat muslim, tapi sekarang dia merasa malu dengan putranya yang tidak pernah tinggal dalam melakukan sholat. Setelah menyelesaikan sholat zhuhur, Kaila dan Dion turun ke lantai bawah.

“Dion mau makan siang apa?” tanya Kaila menatap putranya.

“Nanti aja, Ma. Dion belum lapar,” jawabnya.

“Hm. Baiklah. Nanti kalau sudah lapar, jangan lupa bilang sama, ya. Mama gak mau Dion sakit.”

“Iya, Ma,” balas Dion tersenyum mengaguk.

Kaila dan Dion duduk di sofa ruang keluarga, menyalakan TV di depan mereka. Kebetulan film yang ditayangkan adalah film favoritnya mereka. Upin dan Ipin. Sesekali mereka tertawa saat sikembar botak melakukan hal lucu bersama dengan teman-temannya.

Setelah film kartun itu habis. Kaila mengajak bocah laki-laki itu untuk bermain dengan mainannya. Dion mengeluarkan semua mainannya dari dalam keranjang. Dua orang itu bermain seperti anak sebaya.

Kaila sama sekali tidak seperti seorang ibu, melainkan seperti seorang temannya Dion. Gadis itu bahkan terlihat sangat asyik bermain dengan mainan anak-anak itu. Menyusun sebuah balok. Lalu menarik balok itu keluar satu-persatu tanpa harus membuat balok lain ikut bergerak.

“Yah ...,” Kaila merasa kecewa saat meruntuhkan bangunan balok itu, ketika dia mencoba menarik salahsatu balok keluar.

“Hahaha ...!” Dion tertawa lepas saat melihat raut wajah kecewa Kaila.

“Kita susun lagi, kali ini mama harus menang.” Kaila bak anak kecil yang tidak mau kalah saat bermain.

“Oke.”

Mereka kembali menyusun balok-balok tersebut menjadi persegi panjang. Tanpa Kaila sadari, ternyata seseorang sedang memantau dua orang itu dari kamera CCTV. Bibirnya mengukir senyuman saat melihat keasyikan dua orang dengan usia jauh berbeda itu.

“Dia tidak terlihat seperti seorang ibu untuk Dion, melainkan seorang temannya Dion,” ucap Farhan yang tidak bisa berhenti tersenyum.

Farhan sengaja memasang CCTV di rumahnya, hanya untuk memantau Dion bersama pengasuhnya. Farhan hanya khawatir terjadi sesuatu dengan Dion saat bersama pengasuhnya. Terlebih di TV banyak berita tentang anak majikan yang sering disiksa oleh baby sisternya. Jika ada CCTV, Farhan merasa sedikit nyaman meninggalkan Dion bersama pengasuhnya. Syukurlah Dion tidak pernah mengalami apa yang ditakutkannya selama bersama pengasuhnya. Lalu dari luar tiba-tiba seseorang mengetuk pintu ruangannya.

Tok, tok, tok!

“Silahkan masuk!” titah Farhan menaruh ponselnya kembali di atas meja.

Ceklek!

Pintu didorong dari luar, menampakkan sosok pria muda berjalan menghampirinya. “Laporan bulan ini, Pak!” Rizky Adityawarman. Nama itu tertulis di kartu identitasnya yang dipakai sebagai kalung di lehernya.

“Oke,” balas Farhan mengaguk, menerima laporan yang berbentuk buku itu. Namun, dilapisi dengan map coklat.

“Kalau begitu saya permisi dulu, Pak.”

Farhan mengagukan kepalanya. Rizky menundukkan sedikit kepalanya sebelum berjalan pergi meninggalkan ruangan Farhan.

Yunandha Group adalah bisnis yang dimulai Farhan tiga tahun lalu. Sebelum memulai bisnisnya, Farhan bekerja di perusahaan yang menjual berbagai macam barang import maupun barang lokal.

JODOHKU DUDA TAMPAN [ SUDAH DITERBITKAN.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang