20. Kusut

2.2K 267 40
                                    

Kasus perundungan di sekolah internasional yang dilakukan oleh anak pengusaha ternama, Thomas Wistara, resmi selesai. Pelaku berinisal R dibebaskan setelah pelapor sekaligus keluarga korban mencabut tuntutan mereka.

Hingga saat ini pihak korban belum bisa dimintai keterangan. Ditilik lebih lanjut, salah satu korban merupakan cucu dari keluarga konglomerat tersohor; Sanjeeva.

Tim kuasa hukum Sanjeeva mengatakan, korban masih dalam proses terapi mental dan fisik. Melalui tim pengacara, keluarga juga berpesan agar media tidak mengorek lebih dalam tentang cucu Sanjeeva tersebut.

Sementara tersangka pelaku R ditemui hari ini keluar dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak dengan pengawalan ketat serta didampingi kedua orang tua.

Perempuan yang desusnya merupakan Ibu sambung dari R tampak paling protektif . Dia memeluk erat anaknya selama tim wartawan berdesakan mengerubungi.

Ada aksi tak terduga saat pelaku hendak masuk mobil. Seseorang melempar telur busuk

Plop!

Layar televisi berubah menjadi gelap. Calvin yang sedari tadi menyimak tanpa berkedip pun menoleh ke si pelaku pemegang remot dengan alis bertaut.

"Udah bagus-bagus nonton kisah nyata azab, malah ganti nonton berita. Anak kecil emang paham?"

Calvin tidak sempat protes karena Tyan mencium keningnya, sambil mengomel, "Istirahat. Jangan nonton TV terus."

"Bosen tau. Ihh geli~" keluh Calvin seraya menjauhkan wajah sang paman yang menciumi setiap inci wajahnya.

"Nanti juga nggak bosen lagi. Tyan tinggal bentar ya?"

Sang keponakan merengut. "Jangan lama-lama. Calv mau operasi," katanya enteng seolah tanpa beban.

Wajah yang semakin layu dipandangi Tyan dengan sendu. Benaknya bergumul antara pergi atau tinggal. Perasaannya tak tenang sebab tiga hari setelah peristiwa kejang, Calvin menunjukkan sinyal melemah dari otaknya.

Kata operasi yang dijadwalkan besok pun terus diulang. Tentu Tyan tidak akan pergi selama itu. Satu jam pergi saja sudah gelisah, apalagi 24 jam.

"Makanya dengerin kata dokter. Jangan banyak pikiran." Lalu mencubit bibir Calvin yang maju. "Jangan banyak manyun. Makan dan minum obat nggak boleh telat."

"Tapi tapi...Calv nggak bisa makan. Makannya pake ini," berucap seraya menunjuk NGT, kemudian ke infus di tangannya. "Obat juga lewat ini."

Tyan tersenyum. "Iya. Nanti habis operasi 'kan dilepas. Habis itu Calv bebas makan apapun lagi."

Anak yang kini setengah berbaring di ranjang pesakitan itu membulatkan mata. "Bener? Kepalanya nggak sakit-sakit lagi? Nanti Papa temenin? Bunda juga?"

Senyum Tyan meluntur, sementara dahi Calvin mengerut selama menyambung kalimatnya. "Eh enggak. Nggak boleh. Papa nggak boleh liat, nggak boleh sedih. Papa kerja. Bunda一"

Terpotong untuk menarik napas dalam. "一nda pergi."

Lagi-lagi Tyan membungkam Calvin dengan cara beri kecupan lama di dahi.

hh hh

Harsa megap-megap akibat berlari dari gerbang masuk rumah sakit sampai lobby. "Sorry," kata pertama dilanjut menelan ludah. "Macet banget orang pada ngapain dah keluar segala, 'kan gue buru-buru."

Live a Calvin Life ⁽ᴱᴺᴰ⁾Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang