-11- Hadiah

836 121 5
                                    

Pagi-pagi sekali suara sorakan penuh rasa bahagia mengganggu semua penghuni rumah. Win memandangi anaknya dengan tangan terlipat

"Seneng?"

"Banget!!!!!!" Vernon kembali melompat dan bersorak "Ini motor impian aku!!!!"

"Iya, mahal" Win lebih memerhatikan hal lain. Sebenarnya, sebelum suaminya itu membeli motor ini sebagai hadiah untuk Vernon, ada sedikit masalah dikarenakan Win yang tidak setuju setelah melihat harganya

Win mengatakan suaminya itu terlalu memanjakan putranya

"Sana, bilang makasih sama Papa kamu" Titah Win

"Gimana yah?" Vernon cengengesan

"Gengsian banget jadi anak!" Kesal Win

"Bentar deh, kalo kita udah sarapan"

"Malah nunda-nunda" Vernan yang memantaunya sejak tadi ikut berkomentar

"Iri bilang"

Namun, Vernan menggeleng "Gue gak pernah tertarik sama motor"

"Eh, jangan-jangan Vernan dikasih hadiah mobil, lagi?!" Curiga Vernon sambil mengecek garasinya. Jika memang ada mobil baru, ia akan misuh-misuh

"Gak ada!" Jawab Vernan kesal

"Kamu pikir Vernan sama kayak kamu?" Tanya Win "Vernan mah lebih tertarik sama yang berkesan daripada yang mahal-mahal" Win melanjutkannya dengan kalimat sarkas

"Ya... Vernon kan gak minta dibeliin motor baru. Salah Papa terlalu manjain anak gantengnya"

"Seenggaknya nanti kamu negur Papamu! Kalo pengeluaran kayak gini terus bisa bangkrut kita!"

Vernon berdecak "Jangan pelit-pelit sama anak sendiri, Ma. Gak baik"

"Bukan pelit, anjir! Tapi mikirin pengeluaran doang. Adek kamu nanti juga mau makan apa, hah?!" Win meledak

"Sayang..."

Panggilan yang tiba-tiba datang dari belakang membuat ketiganya menoleh. Mendapati si kepala keluarga yang telah siap untuk berangkat bekerja

"Jangan ngomong gitu ke anak-anak, gak baik"

Win mengusap rambutnya dengan frustasi "Dikasih pencerahan doang, gak boleh?"

"Bahasanya diatur lebih baik lagi. Sekarang Vernon, ataupun Vernan kan juga lagi berjuang ngejar prestasi. Jadi harus disemangatin pake hal-hal kayak gini"

Wajah Win tertekuk kesal memandangi suaminya, sementara Vernon tersenyum penuh haru

Ah, Ayahnya benar-benar!

Untung saja ia terlahir sebagai anak dari seorang Bright Vachirawit Chivaaree

Itu adalah privilege terbesar dalam hidupnya

"Boros pangkal bangkrut. Nanti adeknya mereka gimana? Kamu kan udah pernah rasain sendiri gimana dulu kita kewalahan beli keperluan bayi. Dulu dibantu Kak Joss kan, tapi sekarang mau minta pasti malu" Win bersuara kembali

Bright menggeleng "Perusahaan stabil dan gak bakal bangkrut kok. Tentang keperluan Baby nanti, itu bagian aku. Jadi tugas kamu cuma jaga kesehatan, jangan gampang stres, dan jaga diri baik-baik. Okay?" Jawab Bright dengan tenang

Vernon dan Vernan menatap ayahnya dengan kagum. Benar-benar sosok yang harus menjadi panutan, dimana ia bisa memanjakan istri dan anak-anaknya di waktu yang bersamaan

"Ah, sayang! Emang bener yah, hal-hal yang kita perjuangin dengan susah payah itu bakal bahagiain banget!" Win tiba-tiba memeluk suaminya "Benar-benar seadem ini..."

FamILY - BrightWinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang