19. Jaga keponakan

3.6K 568 30
                                    

Update! siapa yang nungguin? 🙌🙌

Jangan lupa vote dan komentarnya ygy! Selamat membaca ❤️💋

Setelah kepergian Bunda, aku pikir aku bisa sedikit bernapas lega karena akhirnya bisa pulang juga. Sayangnya, yang terjadi tidak seperti itu. Sadwa yang tampaknya tidak senang atas apa yang baru saja coba aku lakukan, dengan marah menyeretku ke apartemennya sekali pun aku sudah menolak dan protes.

"Aku bilang aku gak mau. Aku harus pulang," tukasku, kesal.

Sadwa menatapku sinis. "Ada hak apa kamu meminta untuk pulang? Kamu harus ingat kalau kamu simpananku sekarang."

"Aku tahu. Aku bahkan gak sedikit pun melupakan soal itu. Tapi aku memang harus pulang. Lagian gak ada hal apa pun lagi kan? Apa yang kamu minta tadi pagi sudah selesai."

"Ya, itu benar. Soal tadi pagi memang sudah selesai. Tapi kamu baru saja mencoba membuat masalah dengan Bundaku."

Aku mengerang kesal. "Masalah apa lagi? bukannya aku sudah bilang kalau pertemuan itu gak disengaja? Bunda juga bilang begitu kan? Kenapa kamu masih gak percaya."

"Kenapa aku harus percaya pada mu? Dan satu lagi, apa yang kamu coba bicarakan tadi? Apa yang ingin kamu jelaskan sama Bunda?"

Aku mendesah. "Karena kamu terus mencurigaiku. Aku hanya ingin menjelaskan kalau hubunganku sama kamu bukan sepasang ke─"

Aku menghentikan kalimatku yang belum selesai saat tiba-tiba tangan Sadwa memukul tembok yang berada tepat di belakangku. Di jarak sedekat ini, aku bisa melihat raut wajah Sadwa yang sangat menyeramkan. Aku tahu, dia sedang marah.

"Jangan coba-coba mengatakan sesuatu, apa pun itu tanpa sepertujuanku," desisnya, tajam.

Sepertinya aku sudah melakukan kesalahan. Tapi aku melakukan itu bukan karena ingin membuatnya marah. Tapi aku tidak mau berhubungan lebih jauh dengan keluarga Sadwa. aku hanya simpanan pria ini, dan kontrak itu akan segera selesai. Setelahnya, tak akan ada lagi hubungan antara aku dan Sadwa.

"Jangan sampai Bunda tahu kalau kamu bukan kekasihku. Aku sudah mengakui hubunganku sama kamu di depan semua keluargaku. Jadi jangan pernah coba-coba untuk mengaku kepada semua orang kalau kamu bukan kekasihku."

"Tapi aku gak mau terlibat lebih jauh sama keluarga kamu, Sadwa."

"Persetan sama itu. gak usah sok peduli sama keluargaku. Sesuai yang ada di dalam kontrak. Kamu harus mengikuti apa kataku. Dan kamu, gak ada hak untuk menolak itu. apa pun itu selagi gak mengancam nyawa mu," lanjut Sadwa, penuh tekanan.

Pria itu mengusap rambutnya gusar. Dia agak sedikit menjauh dari depanku. "Aku sudah berbaik hati membiarkan kamu pergi pagi ini. Tapi kamu malah membuat masalah?"

Aku menatapnya tak suka. "Aku gak membuat kesalahan apa pun."

"Tadi, kamu hampir membuat kesalahan."

Aku menggertakkan gigiku kesal. Bagaimana caraku menjelaskannya lagi? aku melakukan itu demi kebaikan bersama. Karena dengan pengakuanku hubunganku dan Sadwa hanya sebatas teman tidur tanpa melibatkan orang terdekat Sadwa atau siapa pun itu. Dan aku pikir Bunda juga akan mengerti.

"Aku─"

"Gak perlu bicara apa-apa lagi. aku gak mau mendengarnya. Karena kamu sudah membuatku marah, kamu harus mendapatkan hukumannya."

Dahiku mengerut. Hatiku mulai gelisah karena takut dengan tatapan mengintimidasinya. "Hu─hukuman?"

Satu alis Sadwa naik, senyumnya menyeringai. "Ya. Tentu saja. Aku harus menghukum kamu agar kamu mengerti."

TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang