9. Tamu pagi hari

2.3K 456 32
                                    

Update guys! Maaf ya baru update, lagi sibuk banget di rl ngurus hidup sama dua bocilku 😭🤧

Makasih buat yang mau nungguin kelanjutannya ya, yang mau baca cepet bisa langsung ke Karyakarsa aja ya ❤️❤️



Siapa orang yang bertamu di pagi hari seperti ini? aku bahkan belum menyelesaikan acara memasakku. Aku tidak punya janji dengan siapa pun, bahkan tak ada teman yang suka main ke rumahku selain anak tetangga yang suka bermain dengan Naura. Bahkan Rumana tak mau bicara ketika aku tanya siapa yang bertamu.

"Siapa?"

Aku bertanya ketika melihat sosok pria yang membelakangiku di depan rumah. Kenapa terlihat begitu familiar? Aku sangat mengenalnya. Tapi siapa?

Kedua mataku membulat sempurna ketika sosok yang tadi membelakangiku mulai bergerak dan membalikkan tubuhnya ke arahku. Sosok yang beberapa hari ini sangat mengganggu hidupku.

"Sa─Sadwa?"

Ya, Sadwa. Pria sialan itu. Kenapa dia bisa ada di sini? Dari mana dia tahu aku tinggal di sini?

"Ternyata kamu gak tidur," katanya.

Dahiku mengkerut. Jantungku berdegup kencang. "A─apa maksudmu? Dari mana kamu tahu alamat rumahku?" cecarku, tak sabaran.

Rumana bilang dia baru beberapa hari tinggal di kota ini. lalu kenapa dia bisa sampai berdiri di depan rumah yang aku tinggali? Bagaimana dia bisa ada di sini?

"Kenapa? Kamu kelihatan gak suka melihatku datang kemari," katanya.

Aku mendengus. "Bukannya kamu sudah tahu alasannya? Aku sudah bilang, anggap saja kita gak pernah saling mengenal."

Sadwa menarik napas panjang. "Sebenci itu kamu Sa?"

Aku mendesah. "Gak, aku gak benci. Hanya saja kita sudah gak punya hubungan apa pun. Anggap saja semua yang terjadi di masa lalu gak pernah terjadi."

"Itu gak mudah."

Aku mendengus. Apa-apaan ini? kenapa dia berkata seperti itu? Kedatangannya saja pagi ini sudah membuatku muak. Kenapa sekarang aku harus membahas sesuatu yang tidak perlu.

"Aku gak tahu kedatanganmu kemari buat apa. Tapi apa bisa kamu pergi saja? Aku sedang sibuk dan juga lelah ingin beristirahat."

"Aku tahu. Aku datang kemari hanya untuk mengantarkan makanan dan obat ini." Sadwa menyodorkan plastik besar ke arahku.

"Apa kamu gila? Kamu datang kemari hanya untuk mengantarkan sesuatu seperti itu? Apa kamu pikir aku gak mampu membelinya?"

"Kamu memang gak membelinyakan?"

Aku terdiam. Memang benar, aku tak begitu peduli dengan apa yang terjadi kemarin. Tapi obat dari klinik yang diberikan saja sudah lebih dari cukup. Kenapa dia harus membelikan obat lagi.

"Obat dari klinik kemarin sudah lebih dari cukup untukku."

"Jangan bebal. Ambil ini."

"Aku gak mau. Tolong cepat pergi."

"Kalau gak kamu ambil, aku gak akan pergi."

Aku menatapnya kesal. Kenapa dia menyebalkan sekali sih. Tapi tidak ada pilihan lain. Aku harus tetap mengambil itu dan membiarkan Sadwa untuk segera pergi. Sebelum dia melihat atau tahu tentang putriku.

Aku merampas plastik yang dia sodorkan. "Sudah, kamu boleh pergi."

"Kenapa gak sopan sekali? Bukankah seharusnya kamu menyuruh tamu masuk?"

Aku melotot. "Kamu─"

"Mama, kenapa lama sekali. Nau sudah lapar."

Tubuhku membeku. Dengan cepat aku menoleh ke belakang. Naura berjalan ke arahku dengan wajah sebalnya.

TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang