29. Perdebatan

1.5K 343 8
                                    

Update gais! Jangan lupa vote dan komentarnya biar aku semangat update di Wattpad ya ❤️

INFO : Yang mau baca cepat dan POV Sadwa bisa langsung ke Karyakarsa ya 🎉🎉

====

Mimpi apa aku semalam sampai harus berada disituasi macam ini. kenapa dua manusia yang seharusnya tak bertemu, kembali duduk bersama. Ya, siapa lagi kalau bukan Sadwa dan Yordan. Ini bukan lagi masalahku, tapi masalah keduanya. Terutama Sadwa yang dengan jelas memperlihatkan ketidak sukaannya.

Aku mendadak merasa dejavu. Tapi yang lebih buruk adalah, mereka seakan sedang memperebutkan perhatian Naura. Aku tidak tahu apa maksud dari semua ini, yang jelas aku bisa melihat Naura tampak kebingungan walau sesekali dia tertawa menikmati permainannya.

"Mau Om bantuin rakit mainannya Nau?" tawar Yordan kepada Naura yang sibuk merakit lego pemberian dari Sadwa.

"Gak perlu. Aku bisa mengurusnya sendiri." Bukan Naura yang menjawab, tapi pria dewasa di sampingnya. Ya, siapa lagi kalau bukan Sadwa.

Dahi Yordan mengerut. "Kenapa? Aku ingin membantu Naura bukan membantumu."

"Mainan ini aku yang belikan, jadi sudah jelas ini urusanku," balas Sadwa tak mau kalah.

Yorda terdiam sebentar lalu mendengus. "Buat apa membelikan mainan seperti ini, sangat menyusahkan."

Sadwa mendengus. "Kenapa? Gak mampu membelinya? Ngomong-ngomong, yang menginginkan ini Naura sendiri. Benarkan Cantik?"

Naura menoleh ke arah Sadwa lalu tersenyum manis. "Ya, Om. Naura suka sekali mainan ini."

Sadwa memberikan tatapan penuh kemenangan kepada Yordan. Sementara Yordan tidak tahu kenapa aku bisa melihat raut wajah kesal dari wajahnya.

"Nau, kenapa gak main mainan yang Om Yordan belikan saja semalam," kata Yordan.

Satu alis Sadwa naik. "Semalam?"

Sial, kenapa Yordan harus mengungkit soal ini. Ck, Sadwa pasti akan mendesakku untuk menjawab.

"Ya, aku semalam datang ke sini untuk mampir dan memberikan mainan untuk Naura," jawab Yordan terlihat bangga.

Sadwa melirik ke arahku seolah meminta jawaban atas ucapan Yordan barusan. Sialan, kenapa lagi sih. lagian apa ada yang salah? Yordan pun hanya datang untuk memberikan mainan saja, dia bahkan tak sempat duduk karena harus pulang.

Aku bingung. Sebenarnya Sadwa tidak berhak meminta jawaban atau menuntut apapun. Tapi wajahnya yang tampak sangar itu membuatku agak kesal. Apa lagi ketika mengingat dia pernah mengancam sesuatu yang tak menyenangkan.

"Apa itu benar Ersa?" tanya Sadwa. Nadanya penuh intimidasi.

Aku meneguk ludah lalu mengangguk. Sialan, kenapa aku harus takut? Aku tidak salah dan apa yang Yordan lakukan pun tidak salah. Untuk apa aku harus takut? Persetan dengan ancaman Sadwa hari itu.

"Iya, itu benar." Akhirnya aku membenarkan apa yang dikatakan Yordan.

"Nah, kenapa kamu gak memainkan mainan yang Om kasih Nau? Naura gak suka sama mainannya?" tanya Yordan lagi.

Naura tersenyum tak enak. "Nau suka kok Om. Cuma Nau lagi senang sama lego ini sekarang. Tapi nanti bakal Nau mainin kok Om."

Jawaban Naura sepertinya cukup menghibur Yordan yang terlihat agak kecewa karena barang pemberiannya tidak dimainkan. Tapi aku cukup bersyukur punya anak seperti Naura yang bisa mengerti dan bisa bersikap sopan meski umurnya masih sangat kecil.

"Sudah jelas mainanmu gak menyenangkan," dengus Sadwa membuat keadaan yang tadi hangat kembali memanas.

"Apa kamu gak punya kuping? Naura bilang dia suka mainannya dan akan dia mainkan nanti," balas Yordan tak mau kalah.

TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang