38. Wanita

1.5K 369 15
                                    

Info : Baca cepat bisa langsung ke Karyakarsa sudah Tamat plus extra bab 🥳

=====

Aku mencoba untuk tak memikirkan apa yang sudah terjadi. Meski aku sendiri masih menunggu Yordan untuk meminta penjelasan soal kekasihnya yang marah kepadaku. Aku sangat penasaran meski Rumana memintaku untuk tak terlalu dekat dengan Yordan.

Aku pikir ini bukan masalah besar mengingat Yordan memang teman lamaku. Selain itu juga dia teman baikku. Sampai sekarang Yordan masih belum membalas pesanku yang menanyakan kabar soal kekasihnya. Meski aku tak tahu apa-apa, tetap saja aku tak nyaman. Apalagi melihat bagaimana cara wanita itu marah.

"Ah sudahlah."

Aku mencoba untuk mengabaikan semua masalah yang mengganggu otakku. Aku harus bekerja, karena kalau Sadwa melihat aku bersantai sedikit saja, dia akan mengamuk.

"Sa, Sa," teriak Riz membuatku langsung mengalihkan pandanganku ke arahnya.

Dahiku mengerut, Riz berjalan terburu-buru ke arahku. Kenapa pria itu?

"Ada apa?" tanyaku.

Riz menatapku dengan napas naik tersengal. "Sa, ini bahaya.

"Bahaya?"

"Ya, Hah, ada wanita yang sedang cari kamu. Wajahnya terlihat marah sekali. Aku gak tahu dia siapa, tapi dia memaksa untuk dipertemukan dengan kamu."

Kerutan di dahiku semakin dalam. "Hah? Wanita? siap─"

"Ah, ini dia!"

Aku dan Riz kompak menoleh ke arah sumber suara. Di mana sudah ada wanita yang berdiri tak jauh dari kami. Seperti yang Riz bilang, wanita itu terlihat tampak marah sekali. Dahiku mengerut, aku tak mengenalnya. Tapi kenapa wajahnya terlihat sangat familier─

"Kamu─

Baru saja aku membuka mulut tiba-tiba sebuah tamparan keras mendarat di satu pipiku. Lagi, aku mendapatkan sebuah tamparan dari wanita yang tak aku kenal. Tapi ketika rasa sakit ini kembali berdenyut nyeri ditempat yang sama. Aku seakan dejavu, dan aku baru menyadari sesuatu.

Dia kekasih Yordan semalam.

"Ersa," teriak Riz.

"Ini bayaran buat kamu yang sudah menghancurkan hubungan aku sama kekasihku!" teriak wanita itu, amarahnya masih sama seperti semalam.

"Mbak! Situ gak waras ya? Tiba-tiba menyerang orang sembarangan!" Riz merengkuh tubuhku yang terdiam kaku karena baru saja mendapatkan tamparan yang tiba-tiba.

Wanita itu tertawa sinis. "Sembarangan? Dia bukan orang sembarangan. Dia itu wanita murahan."

"Dia bukan wanita murahan. Kayaknya situ salah orang," bela Riz.

"Salah orang? Sudah jelas dia!"

"Diam!" aku jadi ikut marah. aku tidak tahu apa yang sedang terjadi sekarang. Tapi kenapa ada banyak orang tiba-tiba menyerangku? Memang aku salah apa? Aku bahkan tidak tahu apa pun.

Aku menarik napas lalu membuangnya. Mengabaikan rasa sakit yang belum sembuh dan diberikan luka lagi oleh wanita yang sama.

"Aku tahu kamu kekasih Yordan. Tapi apa masalah kamu menamparku seperti ini?" tanyaku. Aku sudah muak sekali. Apa lagi sampai sekarang Yordan masih belum menjelaskan apa pun.

"Apa masalahku? Sudah jelas karena itu pantas buat kamu, dasar wanita murahan!"

"Cukup! Aku gak ngerti apa yang terjadi di hubungan kalian. Yang jelas aku hanya tahu satu hal, aku dan Yordan hanya teman lama yang kebetulan bertemu. Aku bukan perusak hubunganmu dengan kekasihmu itu. Aku bahkan gak pernah berpikir untuk masuk ke dalam drama hidup kalian. Kenapa kamu menyalahkan aku? Apa ada bukti aku menjadi perusak hubungan kalian?" tanyaku, marah.

TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang