55.Seperti orang bodoh

2.4K 420 38
                                    

Update! Maaf ya baru update 🥺 selain sibuk ngurusin rl aku baru sembuh sakit juga. Cuaca lagi gak karuan, kalian jaga kesehatan ya ❤️

Bab baru khusus POV Sadwa yang hanya bisa dibaca di Karyakarsa sudah update bab barunya ya. Yang mau baca cepat bisa langsung ke sana ❤️



Aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Hari ini benar-benar melelahkan. Tapi hanya tubuhku saja, karena yang lebih lelah adalah pikiranku. Apalagi setelah melihat pemandangan yang cukup menyesakkan tadi. Ternyata Sadwa tak sesibuk itu, dia malah sedang menikmati waktu dengan Kristal. Padahal aku di sini uring-uringan memikirkannya. Ternyata dugaanku tidak salah.

Aku kembali melihat ponsel yang tak pernah lepas dari tanganku. Bahkan sudah jam segini, Sadwa masih belum menghubungiku. Karena tahu dia sedang dengan siapa aku jadi kesal lagi. Aku ingin bertanya tapi tak mau menghubunginya duluan.

"Ah sialan." Aku mengumpat. Kesal karena tak bisa berbuat apa-apa.

Ingin tak memikirkannya tapi tak bisa. Sekeras apapun aku mencoba untuk bersiap biasa saja. Semuanya sia-sia. Bayangan tentang Sadwa yang sedang tertawa-tawa senang bersama Kristal terus saja mengganggu pikiranku. Bahkan mereka hanya berdua saja tadi.

"Apa yang sedang mereka bicarakan? Kenapa cuma berdua? Ck!"

Aku benar-benar kesal. Ingin sekali aku pergi menemui Sadwa dan memberikan banyak pertanyaan yang perlu jawaban. Aku ingin tahu kenapa dia tak menghubungi sampai sekarang dan kenapa dia bisa berdua bersama Kristal tanpa memberitahuku.

Aku berjengit ketika suara dari ponsel berbunyi. Ponsel yang sedari tadi aku genggang dengan cepat aku lihat layarnya. Panjang umur, pria yang sedari tadi aku pikirkan akhirnya menghubungiku.

Tanpa mau mengulur waktu aku langsung menerima panggilan itu. Panggilan ini sudah aku tunggu-tunggu sedari tadi dan aku tak mau menyia-nyiakannya.

"Halo?"

"Halo, Ra. Maaf aku baru telepon."

Aku menggertakan gigi ku kesal. Ingin sekali aku menyecar banyak pertanyaan tapi aku menahan diri. Aku ingin tahu ke mana Sadwa pergi. Apa dia akan berkata jujur?

"Iya. sibuk banget ya sampai jam segini baru telepon," kataku.

"Maaf. Tadi sehabis makan siang, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan hari itu juga. Setelah itu Kristal minta ditemani ke Butik."

"Kristal?" ulangku. Pura-pura tak tahu. Tapi aku cukup lega karena Sadwa tidak berbohong. Dia jujur kalau pergi dengan Kristal. Tapi kenapa tak memberitahuku lebih dulu?

"Iya. Aku gak sempat menghubungi kamu karena ponselku mati. Aku lupa mengisi daya. Karena Ravi gak bisa mengantar Kristal, akhirnya aku yang pergi mengantarnya. Maaf ya."

Bagaimana ya. Aku murahan sekali, mendengar kata maafnya hatiku sudah luluh lantah begitu saja. Tadinya ada banyak hal yang ingin aku tanyakan. Tapi Sadwa sudah menjawabnya.

Aku tidak mau seperti anak kecil. Protes karena kekasihku pergi dengan wanita lain. Apa lagi itu mantan kekasihnya. Karena mau bagaimana pun mereka masih berteman baik. Mendengar jawaban jujurnya saja aku pikir itu sudah cukupkan?

"Ck, iya."

"Jangan marah. Gimana kalau kita keluar?"

"Sekarang?"

"Ya. Ada sesuatu yang mau aku kasih ke kamu."

Aku mengulum senyum. Tentu saja aku tak akan menolak. Ini juga kesempatan bagus untuk aku. Karena dengan itu kami akan banyak mengobrol. Dan aku bisa lebih mencari tahu tentang Sadwa dan Kristal. Entah apa yang akan diberikan Sadwa, aku tak begitu peduli. Yang penting aku bisa bertemu dengan Sadwa dan bicara dengannya.

TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang