Spaces

Prolog?

"I'm curious about who's gonna be the first to say goodbye?" Sabil to Satria.

"Talk about our future like we had a clue never planned that one day I'd be losing you." Satria to Sabil.

Ada orang baik dan sempurna yang datang ke hidup kita, namun bukan untuk menjadi pendamping hidup kita. Sabil sendiri sadar sekali akan hal itu, namun saat harapan masih ada di hati tiap orang bukankah kemungkinan apa pun itu masih ada? Bahkan Sabil sadar jika dia tak pantas mendapatkan Satria. Satria terlalu ... sempurna untuknya. Sedangkan Sabil hanya lah seorang gadis ceroboh.

"Bantuin gue," Satria menatap Sabil dengan tatapan memohon.

"Maksudnya?"

Sabil tak mengerti ini semua. Satria yang tiba-tiba menyadari keberadaannya. Menganggapnya, mengajaknya bicara dan akhir-akhir ini mereka juga sering bersama. Sabil tak mengerti, semua benar-benar tiba-tiba. Dan Sabil tak mengerti apa alasannya.

"Jadi pacar gue, Bil." Dia meminta sambil menggenggam tangan Sabil. Dia mengerjap beberapa kali, "Kenapa ... gue?"

"Karena lo beda."

Alasan klasik, "Jadi gue ini bukan manusia?"

Satria malah terkekeh pelan mendengarnya. Kemudian, "Bukan gitu. Karena lo ngasih gue nori bukan cokelat. Gitu aja sih. Dan gue rasa cuma lo yang bisa bantu gue."

Sabil menggeram, "Apaan sih? Dari tadi muter-muter terus deh! Lo mau minta bantuan apa sih?"

"Bantuin gue ngelupain Yolanda."

* * *

Perjanjian ya; SIAPA PUN YANG BACA HARUS VOTE, KOMEN -KALO BISA- DAN MASUKIN KE READING LIST biar tau kalo udah update haha.

Prolog ini lebih mirip cuplikan sih. Gak apa lah. Oh, gue bakal pake author pov karena gue merasa lebih bebas kalo pake author pov ini. Boong, gue males ribet aja kalo harus pake satria/sabil pov jatohnya bolak balik wkkw. Tapi bukan berarti gue gak bakal pake sudut pandang mereka yaa nanti pasti gue pake kok ;)

Tadinya mau masukin ke teenfic romance tapi gue rasa ini bakal cenderung ke teenfic humor. Kaya diary of me. Jadi ya, gini deh jadinya.

Salam,
-Ritonella