Epilog?

7.1K 387 27
                                    

"Baiklah mari kita mulai akadnya, mempelai siap?" Tanya penghulu sambil menatap Satria dan Yolanda bergantian. Dengan cepat Yolanda berdiri dan berjalan menuju Hans, menarik tangan lelaki itu menuju meja penghulu. "Mempelai lelakinya dia, pak."

Baik Satria, para wali, tamu dan pak penghulu melongo. "Oh? Eh?"

Namun walau bagaimana pun acara tetap berjalan lancar. Para tamu menganggap hal yang baru saja terjadi adalah lelucon. Tapi Satria tetap menatap Yolanda bingung, sebenarnya apa yang ada di otak gadis itu?

*

"Maaf Sat, tapi aku gak bisa menikahi orang yang mencintai orang lain." Yolanda menatap lurus ke mata Satria. "Ya, aku tahu kamu sayang, cinta, suka, you named it ke Sabil. Aku tahu."

Kemudian ia tersenyum kecil, "Aku tahu Sat dan aku gak bisa bersikap egois dengan pura-pura buta akan hal itu. Sementara ada orang lain yang mencintai aku apa adanya."

Satria mengangguk, mengerti. "Yah, bagus lah. Aku harap kamu bahagia."

"Aku harap kamu juga."

Tak ada pelukan atau apa pun itu. Hanya Satria yang berjalan menuju taman sambil membuka jasnya. Ia memilih untuk duduk di salah satu bangku taman, berfikir. Ia ingin berlari ke rumah Sabil saat itu juga tapi ia baru ingat jika gadis itu telah pergi meninggalkan Indonesia.

Padahal ada banyak yang ingin ia katakan.

* * *

Satria dengan tergesa berlari di koridor rumah sakit. Telfon yang didapatkan saat makan siang membuat perutnya ingin mengeluarkan makan siangnya. Hans dan Yolanda kecelakaan. Dengan terburu ia berlari menuju ICU, mendapati Hans menatapnya dengan senyum kecil.

"Sat, aku gak tahu harus minta tolong siapa," ia menarik napas. "Tapi, tolong jaga Amora. Jadikan dia anak kamu dan jangan sampai dia kekurangan satu apa pun."

Darah menempel di tangan Satria namun ia tak peduli. Ia mengangguk, "Pasti. Pasti."

Setelah itu Hans menutup matanya dan itu kali terakhir Satria melihatnya. Dan Satria menangis, tak menyangka semua terjadi begitu cepat.

Suara tangisan bayi membuatnya tersadar. Dengan cepat Satria meraih Amora dari gendongan suster dan menenangkan anak itu. Anaknya.

Satria mengangkat Amora, membuat bayi itu tertawa. "Sekarang nama kamu Amora Herdian. Aku Satria Herdian adalah papa kamu."

Amora menatap Satria lurus kemudian mengangguk dengan cengiran khas bayi.

"Papa!" Bayi itu tertawa sedangkan Satria tersenyum bahagia dan memeluk Amora erat. Mulai saat ini tak ada yang boleh menyakiti anaknya. Anak Satria.

* F I N *

Dan gini aja. Kenapa? Karena gak ada yang perlu diceritain lagi. Biarkan imajinasi kalian berkarya deh kekeke
Makasih buat yang mau baca dari prolog ampe epilog. Huft, saya pegel.

Gue lupa kapan gue memula cerita ini, mungkin akhir mei atau awal juni, sekitar itu dan sekarang tanggal 5 juli dan kurang lebih cerita ini durasinya 1 bulan. Yah lumayan.

*lagi* sampe ketemu di Become a Popular Star Girlfriend! Ciao!

Salam,
-Ritonella.

SpacesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang