Berdua Denganmu

7.3K 627 4
                                    

Sabil menarik ujung seragamnya, membuat baju putihnya itu lecek dibuatnya. Salah satu kebiasaannya dikala gugup. Kali ini dia dipilih menjadi wakil kelasnya untuk menampilkan bakat, ini semua karena Sava. Ya, karena gadis itu dengan seenaknya malah menunjuk dia. Beberapa saat lagi merupakan gilirannya dan dia gugup. Kalau saja bisa dia memilih masuk ke lubang kelinci dan muncul diantah baranta dibanding menyanyi di depan seluruh murid sekolahnya. Lagi, suaranya tak sebagus Adele atau Taylor Swift kok. Kenapa juga harus dia?

"Kok cemberut gitu, Bil?" Sabil menoleh dan mendapati Satria tersenyum menyebalkan. Dia mencibir, "Bukan urusan. Sono deh."

Salah satu alis Satria naik, "Lah? Kok baper gini? Lo mau nyanyi kan? Masa mau nyanyi muka lo ditekuk kek gini?"

"Cerewet."

"Mana ada penyanyi judes."

"Bawel lu kek cewek. Bacot." Entah mengapa Sabil malah melampiaskan semuanya pada Satria. Mungkin karena Satria yang ada di sisinya. Atau karena Satria adalah kakak dari Sava? Atau karena dia kesal pada Sava yang malah kabur ke kantin. What a very good friend.

Satria tersenyum, kemudian menaruh kedua tangannya di bahu Sabil. Dan perlahan Sabil mendongak, "APA?"

"Galak banget sih lo. Nyanyi sama gue gimana?" Satria menaik turunkan kedua alisnya, benar-benar lucu. Sabil mencebik, "Kenapa emangnya?"

"Kenapa apanya?" Kini kedua alis Satria menyatu, "Oh, gue ngerti. Ya, karena two is better than one, 'kan?"

Satria ini bodoh atau apa sih? Bisa-bisanya dia tak merasa terganggu dengan fakta bahwa tubuh mereka terlalu dekat. Bahkan Sabil dapat mencium aroma mint dari tubuh Satria. Belum lagi, wajah mereka yang terlalu dekat membuat Sabil tak fokus.

"Gimana?" Satria menuntut. Sabil mengerjap, "Eh? Apa?"

"Nyanyi, duet sama gue, Bil. Astaga," Satria menepuk keningnya. Ternyata Sabil dan Sava tingkat kejeniusannya berada di tingkat yang sama, pantas saja mereka menjadi sahabat karib. Yah, Satria mengerti akan hal itu. Teman merupakan cerminan terbaik kejeniusan seseorang.

Gadis itu akhirnya mengangguk, "Oh... boleh deh. Tapi nyanyi apa?"

Kini giliran Satria yang mengernyit. Tentunya selera musik keduanya jauh berbeda. Sabil penyuka One Direction sama seperti Sava adiknya, sedangkan dia merupakan penyuka band seperti Asking Alexandria. Keduanya berada di genre yang berbeda. Satria menghela, "Lo deh yang milih. Gue yakin kalo gue yang milih nantinya lo gak bakal bisa nyanyiin lagi."

Sabil mencebik, kesal karena perkataan dari Satria benar. Sebuah senyum terbit di bibir Sabil, "Ya udah lagu two is better than one aja. Tau kan?"

Satria mengangguk, setidaknya bukan lagu dari One Direction. Satria benar-benar sudah angkat tangan dengan boyband satu itu. Salahkan Sava yang selalu memutar lagu mereka secara berulang dan suara kencang. Satria takkan masalah jika adiknya itu mendengar pada saat siang hari, tapi masalahnya anak itu malah menyetel lagu mereka saat malam hari. Waktu untuk Satria belajar dan karena itu dia benar-benar kesal.

"Salsabilla Putri Milan," nama Sabil disebut dan Satria langsung menarik tangan Sabil menuju panggung. Dengan cepat Satria langsung duduk dan menyetel gitar akustik berwarna putih. Sabil sendiri meraih mic stand dan memilih berdiri di samping Satria. Setelah selesai dengan gitarnya Satria mengangguk, memberi kode untuk Sabil yang langsung mengangguk.

Intro lagu two is better than one mengalun. Sabil membuka lagu dengan suaranya yang bening dan indah. Seluruh aula langsung terdiam kala mendengar Sabil bernyanyi.

Sabil menoleh untuk menatap Satria yang ternyata juga melihatnya. Mereka mulai bernyanyi bagian reff sambil saling bertatapan. Mereka menciptakan suatu aura yang berbeda, seakan seluruh aula diisi dengan aroma mawar dan warna merah muda. Mereka menciptakan suatu momen yang benar-benar indah.

SpacesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang