BAB 13

142 9 0
                                    

Mobil sedan melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan yang ditumbuhi pohon-pohon rindang di pinggirnya. Ketiga gadis yang ada di dalam mobil itu tampak riang dengan menyetel musik untuk menghilangkan rasa bosan karena lamanya perjalanan.

"Btw, lokasinya jauh gak, Nda?" tanya Nayla yang duduk di samping Manda.

"Lumayan sih, Nay. Mungkin sekitar satu jam kita di perjalanan," balas Manda sambil fokus menyetir.

Mona yang duduk di kursi belakang asik memakan snack yang tadi dibeli saat mau berangkat, untuk stok di perjalanan biar tidak bosan.

"Kalau ada Galih pasti ini akan sangat menyenangkan," celutuk Mona kembali mengingat sahabat bobroknya itu.

Masa-masa yang tidak bisa dia lupakan tentang almarhum Galih. Rasanya sangat berbeda hari-hari tanpanya, laki-laki itu paling bobrok diantara Nayla dan Mona.

"Gue tau ini berat buat ikhlasin orang yang berharga di hidup kalian, tapi yang namanya kematian gak ada yang bisa menghindarinya," tutur Manda.

"Lo benar, segala sesuatu akan kembali kepada Sang penciptanya," Nayla menambahkan.

"Kalian berdua mau tau gak Galih sekarang lagi ngapain?" ucap Manda mengundang rasa penasaran dua gadis itu.

"Kamu bisa lihat Galih lagi ngapain? Bukannya dia udah ada di alam barunya, ya?" tanya Mona memperhatikan Manda serius.

"Dia ada di sini, sama kita."

"Hah!"

"Lo serius?" tanya Nayla memperjelas.

Manda mengangguk lalu terkekeh pelan. Matanya melirik kaca spion yang ada di depan, ia melihat Galih sedang duduk di samping Mona.

"Sayang banget mereka gak bisa lihat gue."

Manda yang mendengar itu merasa kasihan kepada Galih. Dia sudah menjadi arwah yang mustahil bisa dilihat oleh mata orang biasa.

Mata Mona bergerilya menatap sekeliling mobil, entah mengapa bulu kuduknya meremang.

"Hai, Mona gue tahu lo gak bisa lihat gue, tapi gue ada di samping lo sekarang. Mungkin kalau lo bisa lihat gue pasti lo takut, kan? Karena lo takut sama hantu, begitupun gue, tapi gue udah jadi hantu sekarang," ungkap Galih di selingi kekehan  pada akhir perkataannya.

"Dia duduk di samping Mona. Dan dia kelihatan bahagia bisa ngelihat kalian lagi, ya meskipun kalian gak bisa lihat dia." Manda memberitahu Nayla dan Mona.

Seketika Nayla langsung menoleh ke belakang melihat tidak ada siapa-siapa di sana selain Mona. Gadis itu juga melihat ke sampingnya yang kosong.

"Galih kenapa kamu pergi ninggalin kita, sih! Mana gak pamit lagi," rajuk Mona.

"Ya mana gue tahu kalau gue bakal meninggal. Inikan rencana Tuhan, gak ada yang tahu."

"Yang namanya kematian gak ada ucapan permisi Mona, lo ada-ada aja, deh," sahut Manda geleng-geleng kepala.

Suasana kini menjadi sedikit menyenangkan tidak ada yang merasa sedih. Malah mereka terhibur atas kehadiran Galih bersama mereka.

Mereka asik mengobrol dan tertawa lepas. Entah apa yang membuat mereka menjadi terlihat ceria hari ini.

Saat keasikan tertawa tiba-tiba terlihat mobil berwarna putih berhenti di tengah jalan.

"MANDA AWAS...!" teriak Nayla dan Mona bersamaan.

Brakk

Suara tabrakan antara body mobil membuat mereka terdorong ke depan. Sang pemilik mobil putih keluar dengan emosi yang menggebu gebu.

My Psychopath GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang