BAB 14

152 8 0
                                    


Maaf apabila banyak typo atau kalimat yang  tidak tepat.

Happy Reading 🥳.

Selamat membaca!!!

.

.

.

Hari ini jasad Amira di kebumikan ditempat yang layak. Orang-orang terdekat Amira juga datang untuk melihat proses pemakaman Amira. Orang tuanya juga hadir, mereka bahkan merasa sangat terpukul atas meninggalnya putri mereka.

Alvin, pacar Amira juga sudah diberitahu oleh Nayla. Reaksinya juga sama seperti orang tua Amira, tidak menyangka bahwa gadis yang dicintainya akan pergi secepat itu.

Kini tinggal beberapa orang saja yang masih berada di sana. Ibu Amira menangis seraya mengelus nisan yang bertuliskan nama anaknya, suaminya berusaha menguatkan agar istrinya mengikhlaskan kepergian Amira.

"Putri kita sudah tenang di sana. Kita harus mengikhlaskannya pergi," tutur Adi, ayah Amira.

"Aku akan mencoba ikhlas, Mas. Amira sayang, Ibu sama Ayah minta maaf jika belum bisa menjadi orang tua yang baik untuk kamu. Kita akan selalu mendoakanmu, Ibu sayang sama kamu." Ida kemudian berdiri, lalu menatap Nayla dan teman-temannya.

"Terima kasih kalian sudah membantu menemukan jasad Amira," ucap Ida tersenyum tulus.

"Sama-sama, Tante."

"Kalau begitu kita pulang duluan, ya."

"Iya, hati-hati Om, Tante."

Setelah kepergian orang tua Amira mereka juga ikut meninggalkan pemakaman. Manda yang melihat Alvin yang tak beranjak dari tempatnya menepuk pundak laki-laki itu.

"Ngapain lo masih di sini? Amira udah tenang di sana. Dia juga gak bakal bangun kalau lo tungguin di sini terus," celutuk Manda membuat Alvin tersenyum tipis.

Alvin menunduk merasakan sesak didadanya, ia menatap Manda yang berdiri di sampingnya dengan sayu.

"Lo gak bakal ngerti apa yang gue rasain, kehilangan orang yang kita sayang itu sakit, Nda," ungkap Alvin dengan suara bergetar.

"Kak, aku tahu ini berat. Tapi kalau kak Alvin sayang sama dia, kakak harus coba untuk mengikhlaskannya pergi."

Alvin mengangguk samar, "Terima kasih banyak karena lo udah bantu nyari jasad Amira. Sekarang dia sudah dikuburkan dengan layak," ucap Alvin tersenyum tulus.

Manda yang melihat senyum manis dari ketos itu tak berkedip, tapi ia segera tersadar dari lamunannya.

Manda membalas senyum Alvin, "Sama-sama Kak. Ini semua juga bantuan dari teman-teman gue."

"Sampaikan salam gue ke mereka, ya?"

"Iya, nanti gue salamin. Ya udah yuk, yang lain udah nunggu di luar."

Manda dan Alvin pergi dari pemakaman untuk menemui yang lain. Pasti mereka tengah menunggu diluar pemakaman.

###

"Mau kemana, Cak? Buru-buru amat, gak mau ke kantin bareng kita?" tanya Glen yang melihat Cakra  memasukkan alat tulisnya ke dalam tas sebelum guru yang mengajar keluar dari kelas.

"Pasti mau nyamperin Nayla, kan?" terka Liam menggoda sahabatnya.

Cakra tersenyum mendengarnya, ia mendekatkan wajahnya kepada Glen dan Liam. "Rencananya gue mau nembak Nayla hari ini," ungkap Cakra.

Glen menggebrak meja kuat sampai membuat teman-temannya yang lain menatap ke arahnya.

Glen menyengir lebar, lalu atensinya beralih kepada Pak Eko yang menatapnya dengan kaca mata yang sedikit diturunkan. "Kenapa kamu, Nak? Bisa duduk dengan benar, saya masih ada di sini!" tegas Pak Eko yang tidak tahan ingin segera keluar dari dalam kelas.

My Psychopath GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang