You and I, Part 3: Megumi And Her Family

98 10 0
                                    

Mentari pagi menyapa, dentingan alat masak saling bertaut didalam rumah sewaan sederhana yang ditempati oleh empat bersaudara. Seorang gadis gendut beserta adik-adik lelakinya.

Megumi yang terbiasa bangun pagi  melakukan kegiatan rumah rutinnya seperti saat ini ia sedang memasak menu sederhana bagi adik-adiknya, hanya nasi putih, tumis kangkung dan sebungkus krupuk bonus upah yang diberikan oleh Bu Sri, pemilik toko grosir tempatnya ia bekerja.

Hampir sepuluh tahun lamanya Gumi dan adik-adiknya menempati rumah tersebut tanpa kehadiran orang tua. Saat itu bermula ketidak sengajaan Pak Ratno suami Bu Sri yang akan pulang dari tokonya, ia yang iba melihat sekumpulan bocah yang meneduh dekat toko grosirnya. Ia kemudian menghampiri mereka dan berusaha menggali informasi tentang mereka, Gumi yang masih berusia tujuh tahun menggendong bayi laki-laki tujuh bulan dan adik nya yang lain berusia tiga tahun, si adik kembar bersamanya. Ia menjelaskan semua yang ia alami kepadanya.

Ibunya sudah meninggal begitu selesai melahirkan adik bungsunya. Sedang Sang Papa begitu tega meninggalkan mereka begitu saja dengan dalih bekerja dan hanya membekalinya dengan uang tak seberapa.  Gumi saat itu tahu, Papanya hanya beralasan saja dan memutuskan kembali pada wanitanya yang lain. Ya Papanya dengan sahabat Mamanya. Bahkan Gumi dan Mamanya juga sudah tahu kalai Papanya juga punya seorang putri seusianya, yang hanya berbeda bulan lebih tua.

Namun Gumi sekarang tidak peduli lagi, dia hanya ingin fokus merawat adik-adiknya Deni, Denis dan Rendi. Tidak hanya itu ada misi lain yang harus ia jalankan yaitu memberitah lupa Sang Pangeran Jeffery, 'kekasih'nya, tentang kebenaran hubungan mereka.  Terhitung, sudah tiga tahun mereka tidak bisa bersama tanpa adanya kepastian berpisah.

Demikianlah kehidupan seorang Megumi atau yang lebih akrab disapa Gumi. Saat ini Gumi sedang sibuk menata makanan di atas meja plastik kecil dan beralaskan tikar lusuh, tidak ada namanya meja makan disini. Dirumah petak ini hanya kamar tidur dan kamar mandi saja yang memiliki sekat, yang lain menjadi satu bagian.

"Deni, Denis, Rendi cepat mandi lalu sarapan" , pamggil Gumi yang sedikit berteriak.

Gumi hanya menggeleng-geleng heran pada ketiga adiknya hanya duduk sambil menaruh kepala dimeja makan dengan mata sedikit terpejam.

"Heh, ayo cepat, kakak hari ini kebetulan lagi libur sekolah jadi kakak harus cepet berangkat bekerja" Gumi berujar tegas.

Si bungsu Rendi menegakkan badannya dan beranjak dari tempat duduknya, Ia menghampiri Gumi. Ia duduk disebelah Gumi dan menggelendot manja ditangan gemuk kakaknya sambil berkedip-kedip bertingkah lucu.

"Kakaak, Rendi boleh belikan sepatu baru nggak kak? sepatunya aku udah sobek sama copot", ujarnya mencoba merayu sang kakak.

"Loh, bukannya kemarin sudah dibetulkan ditempat Pak Maman ya?" tanya Gumi heran.

"Hehe kemarin main bola lepas lagi" ujar Rendi sambil menyengir. Ia sedikit bersalah sebenarnya karena tidak menghiraukan peringatan Deni untuk tidak langsung memakai sepatunya untuk bermain bola.

Sambil menghela napas Gumi memberi jawaban. "Iya sebentar ya hari minggu baru gajian lagi, sekarang pakai punya sepatu kakak sewaktu SMP dulu gimana? jadi hari ini sama sabtu besok pakai itu dulu ya?", tawar Gumi mencoba memberi pengertian kepadanya

"Oke kak terimaksih yaa, sayang kakak banyak-banyak" girangnya sambil memeluk sang kakak.

Si kembar hanya diam dan memperhatikan. Tapi Gumi tahu pandangan Denis kepadanya seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Ada yang perlu diomongin Denis?", tanya Gumi sambil menuangkan nasi dipiring adik-adiknya.

"Eh enggak kak, eh tapi ada sih?", jawab Denis kemudian.

"Apa?" Tanya Gumi.

"Anu kak Tas Denis juga rusak, mau pinjam tas boleh?" harap Denis.

"Iyaa bawa aja dulu, kan kakak lagi libur. Senin depan baru masuk bawa aja gapapa, nanti bukunya taruh meja yaa" jawab Gumi.

" Siap kak", ucapnya senang.

Deni diam, sebenarnya dia juga ingin bilang kalau sepatunya tak beda jauh dengan milik Rendi, tapi dia kasihan melihat sang kakak.

" Deni kamu pakai sepatu kakak dulu aja gapapa" ucap Gumi sambil tersenyum.

Gumi tahu kalau sepatu Deni rusak dan ia sembunyikan dibelakang lemari baju. Gumi tahu adiknya yang satu ini tidak ingin merepotkannya, dia orang yang pendiam dan jarang mengeluh.

"Hah? Ee anu gausah kak, Deni pakai punya sendiri aja", tolak Deni

" Gapapa pakai aja, yaudah cepet mandi dan pergi sekolah". titahnya pada Deni.

"Iya kak" Jawab mereka.

Gumi menyiapkan makanan dipiring adik-adiknya, hal ini ia lakukan agar makanan yang dipunya cukup untuk mereka.

Satu centong nasi, satu kerupuk dan sesendok tumis kangkung. Dengan harapan porsi ini cukup hingga makan siang adik-adiknya nanti. Gumi merasa kasihan pada nasib adik-adiknya, ia merasa bersalah hanya bisa memberikan lauk seadanya.

Setengah jam berlalu, sekarang ia siap pergi bekerja. Keempat bersaudara itu selalu berangkat bersama dan akan berpisah saat sudah dipertigaan depan gang karena berbeda arah tujuan masing-masing.

"Oh ya ini uang sakunya ya" ucap Gumi sambil menyodorkan uang, tak banyak memang namun ia senang karena bisa memberikan uang saku pada mereka. Meskipun hanya mampu seminggu dua kali saja di hari senin dan Jumat.

"Terimakasih Kak", ucap adik-adiknya bersamaan.

Gumi mengangguk dan memberikan senyum kepada mereka. Mereka bertigapun akhirnya berangkat menuju sekolahnya. Gumi yang masih ditempat memperhatikan adik-adiknya yang menjauh, setelah nampak sedikit jauh dari pandangan, ia  membalikkan badan dan melanjutkan langkah kakinya untuk pergi bekerja.

.
.
.

Halo halo, maaf telat update...
Terimakasih buat kalian semua yang udah mampir baca ya, semoga suka... Jangan lupa support Mai dengan vote dan komen kalian ya...
Vote dan Komen drop in here
👇

You and I  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang