Seorang pemuda terbangun dari tidur dengan peluh didahinya. Ia mendudukkan diri diranjangnya, menolehkan kepala kesamping melihat jam diatas nakas sampingnya pukul tujuh pagi. Sama seperti kemarin mimpi masa lalunya kembali lagi. Ia menghela napas mungkin ini saatnya ia membeberkan kebenaran tentang dirinya kepada 'pacarnya'.
Ia menyibakkan selimut dan beranjak dari tempat tidurnya. Ia memeriksa ponselnya, ada banyak notifikasi dari sahabat-sahabat memgenai wacana latian basket hari ini. Mungkjn dengan basket ia bisa mengalihkan pikiran ruwetnya.
Ia bergegas kekamar mandi dan bersiap.
Setelah lima belas menit berlalu Jeffery turun kelantai satu rumahnya. Ia melihat mamanya yang sibuk menata bunga di vas."Mah Jeffery mau basket", pamit Jeffery pada Mamanya.
"Iya sayaang, hati-hati yaa", sahut Mamanya.
Ia melangkahkan kakinya menuju area parkir. Ia memperhatikan satu-satu koleksi mobil dan motor miliknya. Akhirnya, ia memilih sportcar merah Ferrari kesayangannya. Mobil itu meninggalkan garasi besar mansion Pramana.
Ditengah perjalanan menuju lapangan basket tempat Jeffery dan sahabat-sahabatnya janjian, tak sengaja ia bertemu dengan gadis itu. Ia berjalan beriringan dengan tiga bocah laki-laki, sepertinya ke sebuah toko perlatan sekolah.
Ia penasaran dan memtuskan untuk menguntit dia. Ia menghentikan mobilnya diseberang jalan. Ia keluar dari mobil sambil mengenakan kupluk dan jaketnya. Jeffery masuk kedalam toko berpura-pura menjadi pembeli.
*****
Dilain tempat nampak Gumi dan adik-adiknya sedang memilih peralatan sekolah yang ingin mereka beli. Rendi dan Deni mengikuti sang kakak pergi melihat-lihat, sedangkan Denis tak sengaja menubruk seorang pria muda didepannya.
"Eh kak, maaf Denis ga liat-liat", Denis meminta maaf kepada si pria.
Jeffery yang terkejut hampir teroleng, ia tak terlalu memperhatikan sekitar karena terlalu sibuk memerhatikan Gumi.
"Eh iya gapapa, nama kamu siapa?", tanya Jeffery padanya. Ingatannya memang kembali tapi tak semua, masih ada ingatan samar didalam pikirannya.
"Denis kak, kakak mau nyolong yaaa, hayoooo aku bilangin ke Bu Darso looo" dasar Denis tengil, tiba-tiba Ia menuduh Jeffery yang tidak-tidak. Wah belum tahu dia sekaya apa pria muda didepannya ini.
Si bocah satu ini dibandingkan dengan saudaranya yang lain, Denis bisa dibilang cukup berani dan tengil, ia pernah memukul temannya karena mengolok-olok Gumi, dan berakhir Gumi dipanggil kesekolah.
Ia tidak menyesal memukul temannya, tapi menyesal, gara-gara dia, kakak malah 'dibully' orang tua temannya."Heh bocahh sembarangan kamu", kilah Jeffery cepat. Gila di dtuduh nyolong.
"Ih ngapain sembarangan, la wong kakak aja ngumpet-ngumpet kek ngono (kayak gitu) hihihi", ejeknya.
"BERISIK!" Jeffery sangat kesal pada bocah ini.
"Iiiiii masnya ga asik ndak sukak Denis bhayy", ledek Denis kemudian dan meninggalkan Jeffery sendirian disana. Dalam hati Jeffery hanya bisa mengumpat, ia lalu memejamkan mata dan menghela napas.
"Heh tuyul, kakak itu siapamu?" tanya Jeffery kemudian karena sudah tak tahan dengan kelakuannya.
"Kenapa? Suka yaa" Denis malah balik bertanya sambil menaik turunkan kedua alisnya.
Padahal ia tahu kalau Jeffery ini 'pacar' kakaknya, tapi ia berlagak seperti tak kenal.
"Astaga sabar ya Tuhan" Keluh Jeffery sambil mengelus dada. Si bocah hanya terkikik sendiri seperti orang gila.
*****
Dilain sisi, Gumi, Rendi dan Deni tengah kebingungan mencari Denis. Mereka bertiga telah selsai membayar belanjaan mereka.
"Mana sih Denis?", gumamnya.
Ia celingak celinguk seperti orang bingung. Setelah berkeliling mengitari toko ini, akhirnya ia menjumpai sang adik sedang berbincang dengan orang asing, tapi ia seperti mengenal cowok itu. Ia terkejut, gawat itu Jeffery, lekas Gumi memanggil sang adik.
"DENIS AYO PULANG!", teriaknya memanggil adiknya.
"IYA KAK", sahut Denis.
Denis berlari menemui sang kakak. Gumi segera menyeret adiknya pergi menjauh.
"Maaf Jeffery aku gabisa nemuin kamu lagi aku udah terlanjur janji" ia bergumam pelan.
Jeffery hanya mengamati dari jauh. Setelah mendengar teriakan Gumi ia baru tersadar..
'Oh mereka adik kakak ternyata', batinnya dalam hati. Tak sampai disini ia masih mengikuti kegiatan mereka hingga kerumah kontrakan mereka.
*****
Jeffery berjalan lelah kerumahnya, bahkan ia melewati sang Mama. Seharian ini dia tidak jadi berkumpul dengan genk-nya, ia membuntuti Gumi dan adik-adiknya. Setidaknya nanti saatnya tiba ia memberi pengakuan ia berharap ia sudah bisa mengingat total.
"Loh katanya basket? tadi Lucas telpon mama nanyain kamu", tanya Inggrid yang bingung dengan tingkah anaknya, nampak sekali kalau ia lelah.
"Tadi ketemu Tuyul ma", jawab Jeffery yang tak masuk akal. Sang Mama bingung, dengan ucapan putranya.
"Apasih kamu? Udah cepet mandi, nanti kita makan bareng-bareng" perintah Mama Jeffery.
"Hm"
*****
"Terimakasih makanannya", ucap Jeffery ia mengusap mulutnya dengan napkin yang sudah tersedia, sebelum ia beranjak dari tempat duduknya, Mamanya berpesan...
" Jeff jangan lupa besok anterin Mama", pinta Inggrid.
Jeffery mengangguk dan segera bergegas naik kelantai dua menuju kamarnya. Ia mulai merebahkan diri. Ia fokus melihat langit-langit kamarnya sambil berpikir. Karena terlalu lelah memikirkan ini itu, sampai tak sadar bahwa ia menggumamkan sesuatu...
"Maaf", lirihnya dan mulai terlelap.
.
.
.Haiiii kita ketemu lagi, terimakasih udah nunggu cerita ini ya...
Chapter kali ini ga terlalu panjang
Selamat membaca teman-teman
See u...
KAMU SEDANG MEMBACA
You and I
Teen FictionIni kisahku, Aku Megumi, gadis gendut miskin biasa dengan sejuta harapan. Namun diantara sejuta harapan itu, harapan terbesarku adalah kembalinya Pangeranku. Kecelakaan dimasa lalu membuatnya tak ingat denganku. Bak dikutuk oleh Sang Pencipta, hubun...