You and I, Part 8: Pertemuan Pertama

74 9 3
                                    

Senin pagi, hari yang sangat memuakkan, rasanya baru kemarin libur eh sekarang udah senin lagi, inilah yang dirasakan oleh Jeffery, sebenarnya ia sudah bangun dari jam 6, namun rasa malas membuatnya tidak segera beranjak dari tempat tidur. Sudah lebih dari 1 jam ia hanya duduk diatas kasur, bengong seperti orang linglung.

Sepertinya orangtuanya sudah berangkat ke Bandung karena kemarin Papanya bilang kalau hari ini ada pertemuan dengan kolega bisnisnya, jadi hari ini ia bebas untuk bolos.
Kegiatan bengongnya harus diakhiri karena panggilan telpon dari Edo...

"Adududu anaknya Mamah Njess kemana ajaaa??? GOBLOK, PAK TOYO BENTAR LAGI MASUK GILAK, BOLOS LAGI LO?" Teriak Edo tiba-tiba.

"Busett, salam dulu kek nyrocos mulu kek kaleng rombeng, iye gua bolos" jelas Jeffrey malas.

"Ohh oke by sayang" langsung menutup telpon.

"Goblok", gumam Jeffery sarkas sambil melihat ponselnya.

Ia berjalan ke arah balkon kamarnya, sambil memandangi bibi yang menyiram tanaman mawar kesayangan Mamanya, ia bernostalgia tentang masa lalunya dimulao dari berpacaran dengan Gumi hingga bersama Cecil. Karena merasa jenuh ia memutuskan kembali kedalam

***

Kini Jeffery ada dikamarnya, Ia berencana untuk menemii Gumi sekarang, jujur saja ia juga lelah berpura-pura amnesia.
Ia tak ingin menyakiti Gumi lagi, ia ingin melepas Gumi, semoga saja diluar sana ada lelaki baik yang menerima Gumi apa adanya.

Ia meraih ponselnya yang ada diatas nakas samping kasurnya, langsung saja ia menelpon Edo. Bodo amat kalau masih jam pelajaran,  telpon Edo berdering.

"Do lu tau cewek gendut itu kan? siapa namanya Gumi kalo nggak salah, lu ada kontak nya nggak?", tanpa babibu Jeffery langsung memberondong Edo.

Sementara disana Edo baru selesai bangun tidur, ya Edo tidur saat pelajaran Fisika. Bodohnya ia tak mematikan ponselnya, untung saja Pak Toyo sedang ada diluar berbincang dengan Kepala Sekolah.

" Hah?, apa?", tanya Edo linglung masih mengumpulkan nyawa.

Jeffery yang ta tabiat buruk Edopun mendecih...

"Ck, molor mulu, punya kontaknya Gumi kan, keknya lu kenal ama dia, bagi ke gua buruan" titahnya tidak sabaran.

"Oh iya, nih gua send, bbhay", segera Edo menutup panggilan sepihak, kebiasaannya.

Tidak lama notifikasi muncul, dengan segera ia menelpon nomor itu, namun tidak diangkat, lalu ia mengirm pesan. Cukup lama ia menanti balasan, mungkin ia akan berganti baju dulu. Selesai mandi, terdengar bunyi ponselnya.

From: Gumi
Oke.

'Oke, masih lama tidur dulu' pikir Jeffery. Setelah memasang alarm, langsung saja ia merebahkan diri diranjangnya dan tidur.

***

Mata pelajaran matematika sudah selesai, namun Gumi masih belum mengumpulkan tugasnya, ia memang tidak terlalu ahli dalam bidang ini, sedangkan teman-temannya sudah berhamburan keluar untuk ke kantin. Ia tidak punya teman disini, jadi dia harus mandiri, saking mandirinya ia harus mengerjakan tugas kelompok sendiri, dengan anggota ya dirinya sendiri.

Ia sadar diri, Ia hanya anak beasiswa berkat keahliannya dalam berbahasa inggris dan korea, ia mempelajari kedua bahasa itu secara otodidak, aneh seperti tidak mungkin tapi memang ada, apalagi waktu SMP ia sering menjuarai debat, hingga sekarang, Ia masih sering diminta menjadi perwakilan sekolahnya.

Saat berlatih debat, ia difasilitasi dengan tutor bahasa yang kompeten membuat keahlian Gumi semakin meningkat, ini juga tidak lepas dari peran Jeffery dimasa lalu yang sering meminjaminya buku bahasa dan memintanya untuk menemani les.

Jeffery sempat bilang ia masih ada darah campuran Inggris dan Korea jadi orang tuanya menyuruh Jeffery untuk belajar. Ia malas sebenarnya, tapi karena Ia anak tunggal satu-satunya yang harus meneruskan bisnis keluarga, jadi belajar berbahasa asing mungkin 'diwajibkan'.

Ditengah ia berkutat dengan soal-soal algoritma yang memusingkan, dering pesan di ponselnya berbunyi.

Ting!

From: 08xxxxxxxx
Gumi, ini Jeffery bisa ketemu sepulang sekolah? Gua tunggu di lapangan basket.

Gumi terkejut, darimana Jeffery mendapat nomor telponnya. Apa Jeffery sudah ingat dengannya, membayangkannya saja ia sudah bersemangat. Segera ia membalas,

To: 08xxxxxxxxxx
Oke.

Singkat, padat, jelas memang seperti itulah kepribadian Gumi super introvert. Tentu saja ia gembira, akhirnya ia bisa bertemu dengannya lagi. Saking semangatnya ia lupa, kalau tugasnya belum selesai. Ia pikir tidak apa-apa ia sudah bersemangat kembali.

***

Satu jam lagi jam pulang sekolah tiba.
Jeffery menunggu hingga bosan, ia sudah sampai terlebih dulu, ia bersandar di motornya sambil menendang-nendang kerikil kecil disekitarnya. Salahkan dirinya sendiri kenapa harus terburu-buru menemui Gumi.

Dikejauhan Gumi sudah melihat keberadaan Jeffery tapi ia takut untuk langsung kesana. Menghela napas berulang kali untuk menambah semangat akhirnya ia berjalan mendekati Jeffery.

"Jeffery", gumamnya.

Mendengar ada yang memanggil, lekas Jeffery mendongak...

"Oh, elo, duduk disana yok", ajak Jeffery.
Gumi mengangguk menanggapi.

Mereka berjalan ke bangku dekat pohon mangga tempat biasa Gumi sembunyi memerhatikan Jeffery bermain basket. Gjmi mengikuti Jeffery dengan hati yang berdebar.

Mereka mendudukkan diri dibangku. Ada jeda kurang lebih selama sepuluh menit tanpa bicara, Jeffery yang mengarahkan pandang kedepan, sedangkan Gumi menunduk sambil menautkan kedua tangannya.

Ia gugup, ini pertama kali semenjak tiga tahun ia berbicara langsung dengan Jeffery. Gumi memberanikan diri untuk bertanya, ia pikir tidak mungkin terus berlarut seperti ini kan?, sedangkan ia sebentar lagi harus segera bekerja.

"Jeff ada apa?" tanya Gumi.

Tersentak Jeffery menoleh ke Gumi, lidahnya kelu untuk sekedar bertanya, buat apa ia bertanya apa nanti kalau jawaban Gumi sesuai dengan dugaannya apakah ia akan senang atau sebaliknya? entahlah Jeffery juga bingung.

"Eeee anu ituuu, apa ya? Lupaaa", jawabnya menyengir bodoh.

Jujur saja, Jeffery juga gugup setemgah mati, padahal ia sudah mempersiapka kalimat-kalimat yang ingin ia katakan tapi hilang begitu saja.

"Haah?", respon Gumi bingung sambil memiringkan sedikit kepalanya.

Jeffery yang melihat pemandangan ini, merona tipis 'lucu juga' batinnya memuji. Belum sempat ia bertanya, dari kejauhan...

"Jefferyyyy!!"

.
.
.


Duh nulis apaan aku ini, makin kesini makin ngawur, maapin yak gajelas huhu :(
Oh ya temen-temen aku mau ngabarin kalian, kalau minggu depan aku cuma bisa update hari Kamis aja yaa, ada hal yang harus Mai kerjain di real life :).
Don't forget to vote and comment, drop in here
👇

You and I  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang