#1 Triplet

1K 81 2
                                    

Menjadi warga pendatang di negara orang lain bisa saja menjadi kelebihan atau justru malah jadi kekurangan bagi sebagian orang. Bentuk fisik yang berbeda menjadi salah satu penilaian yang paling banyak dilihat oleh orang-orang, hal ini terjadi kepada keluarga Kim yang sudah sejak lama merantau dari Korea Selatan ke Indonesia pada jaman penjajahan Jepang di semenanjung Korea pada akhir tahun 1945.

Merasa dianggap berbeda dari warga negara lainnya padahal nenek buyutnya sudah lama menjadi warga negara Indonesia, Jisoo, salah satu anak perempuan dari 3 bersaudara di keluarganya ini menganggap semua itu adalah hal yang biasa. Parasnya yang cantik persis seperti orang Korea membuatnya menjadi salah satu gadis paling cantik di sekolahnya saat ini.

"Jisoo-ya, jangan sampai kamu operasi plastik seperti di Korea ya, mentang-mentang kamu keturunan Korea, kamu itu sudah cantik.. tik.. tik.. tik.." Jisoo yang sedang duduk di depan ruang tata usaha pun menoleh ke arah Andrea, teman dekatnya selama ia berada di sekolah menengah pertama.

"Coba kamu suruh si Soojin itu, lebih baik dia yang jangan sampai oplas-oplas apalah itu." Jisoo melirik ke arah Yoon Soojin, salah satu siswi yang memiliki darah keturunan Korea juga.

"Aku, oplas? Oh heloooo.. Tidak terima kasih." tolak Soojin mentah-mentah. Andrea menatap Soojin dan Jisoo dengan malas."Pokoknya, kalau nanti kalian sweet seventeen, gak usah deh ya minta oplas-oplas hadiahnya."

"Iya iya.." Jisoo hanya tersenyum simpul menanggapi permintaan sahabatnya.

Salah satu cara agar dirinya merasa terbebas dari bullying dan di beda-bedakan dengan orang lain adalah dengan cara bersekolah di International School. Ada banyak murid dengan kewarganegaraan berbeda dan berdarah campuran disini yang memandang semua orang sama, tidak peduli secara fisik dan hanya berfokus dengan isi kepala mereka saja alias kepintaran. Jisoo, Soojin dan Andrea yang memang merupakan teman satu kelas ini sudah memutuskan untuk melanjutkan SMA mereka dan bersekolah di yayasan yang sama agar bisa kembali dalam satu kelas.

Andrea melihat jam tangan hitamnya kemudian berdiri sambil menggendong tasnya, "Sudah di jemput, nanti kabarin kalau jadi pergi main ya." Soojin dan Jisoo merespon seperti biasa dan melihat Andrea, si anak bos minyak pulang menaiki mobil jemputannya.

"Enak ya, pulang pakai jemputan." Soojin menggumam.

"Kita juga pulang pakai jemputan, kalau kamu lupa."

"Iya jemputan mamang ojol!" hardik Soojin.

***

Tuan Kim mengajarkan kepada anak-anaknya untuk tetap hidup sederhana di tengah perekonomian mereka yang sangat melimpah. Sebagai salah satu pengusaha di bidang manufaktur, tuan Kim tetap membatasi semua pengeluaran dan barang-barang yang di pakai oleh anggota keluarganya. Hidup seperti biasa saja jangan memperlihatkan kepada orang banyak kalau mereka adalah orang yang sangat mampu, tetap sederhana. Maka dari itu, Jisoo pergi dan pulang selalu menggunakan angkutan umum berbasis online karena rumahnya juga tidak jauh dari sekolah.

Ceklekk..

Jisoo membuka pintu rumahnya dan melihat kakak sulungnya, Junghun, sedang berdiri di depan kabinet dapur.

"Tumben pulangnya cepat." ucap Junghun tanpa melihat ke arah datangnya Jisoo.

"Iya, tadi kan cuma ambil formulir pendaftaran." Jisoo pun bergegas menuju ke kamarnya di lantai dua.

"Jadinya daftar kemana?"

"Tetap disitu saja biar gak banyak ongkos." Jisoo sudah terlanjur nyaman dengan suasana sekolahnya saat ini dan kedua orang tuanya juga tidak keberatan kalau anak bungsu mereka masuk ke SMA yang berada di naungan yayasan yang sama.

Ketiga anak keluarga Kim bersekolah di yayasan yang sama, Jisoo pernah berangkat ke sekolah bersama kedua kakaknya tapi sekarang Junghun, kakak laki-laki Jisoo sudah bekerja di perusahaan sang Ayah dan Jiyoon masih menempuh pendidikan di salah satu kampus yang tidak jauh dari rumah mereka hanya saja Jiyoon memilih untuk menetap di kos-kosan untuk memangkas waktu perjalanan dan pulang seminggu sekali atau semaunya saja. Jadi kini hanya tersisa Jisoo yang masih bersekolah, kalau dulu rumah terasa masih ramai sekarang Jisoo hanya berdiam diri di kamarnya, menghabiskan waktu sepulang sekolah dengan belajar atau bermain game di komputernya. Junghun pergi bekerja pada pagi hari bersama sang Ayah dan Jiyoon tidak ada di rumah sedangkan sang Ibu menjadi ibu rumah tangga yang bahkan jarang menghabiskan waktu bersama Jisoo kalau sekolah Jisoo sedang sangat sibuk.

Tuan Kim tidak memaksa mau jadi seperti apa Jisoo kelak, entah akan mengikuti jejak Junghun yang bekerja bersamanya atau mungkin memilih karir lain yang memang Jisoo sukai yaitu menyanyi, Tuan Kim tau betul suara putri bungsunya itu sangat bagus.

***

Beberapa anak diantar orang tuanya saat mendaftar ke SMA begitu pun dengan Jisoo, sebagai anak bungsu kedua orang tuanya sangat memanjakan Jisoo, mereka menginginkan Jisoo mendapatkan perhatian sebaik mereka memperhatikan kedua kakaknya.

"Kamu yakin mau lanjut disini?"

"Iya Pah, Jisoo yakin, toh masih di dekat rumah kan jadi Papa sama Mama tidak khawatir anak bungsunya sekolah jauh-jauh." Tuan Kim terkekeh.

"Iya iya betul juga."

Sesampainya di lingkungan sekolah, Jisoo di sambut oleh Soojin dan Andrea bersama orang tua mereka. Karena mereka bertiga sudah berteman sangat lama, keluarganya masing-masing pun sudah sangat mengenal bagaimana pergaulan mereka bertiga di sekolah.

"Aku kira kau tidak akan datang." Soojin mengeluarkan berkas dari ranselnya.

"Gila, tentu saja aku datang." karena antriannya masih terlihat penuh, mereka bertiga menitipkan berkasnya kepada masing-masing orang tua dan membiarkan mereka membicarakan bisnis yang tidak pernah habisnya, "Ayo beli minum." Jisoo mengajak kedua sahabatnya pergi.

"Ah ya, aku juga belum sarapan." keluh Andrea sambil merangkul Jisoo tapi yang di ajak bicara tidak merespon ucapannya karena fokus Jisoo sedang teralihkan pada seseorang yang berdiri di sisi kiri koridor, "Jisoo-ya.." panggil Dea, sapaan akrab Andrea, "Liatin siapa?" Dea pun ikut menoleh ke arah yang Jisoo lihat.

"Tidak, cuma aneh saja karena baru lihat orang-orang luar daftar disini." Karena Jisoo sudah lama bersekolah disana, ia juga mulai mengenal siapa saja siswa yang meneruskan sekolahnya di yayasan yang sama dan siapa siswa yang baru saja mendaftar kesitu, karena ingatannya itu lah Jisoo bisa membedakan mereka dan gadis yang Jisoo lihat barusan sepertinya baru saja pindah kesini, terlihat asing tapi penasaran kalau tidak di perhatikan. "Kayanya banyak murid pindahan dari luar." tebak Jisoo asal, ia mengambil sebuah minuman dingin dari kulkas. Ini adalah salah satu tempat yang biasa mereka bertiga kunjungi ketika jam istirahat sekolah, karena ada kantin yang bisa di kunjungi bersamaan dengan anak-anak SD, SMP dan SMA, ada juga sisi kantin yang terpisah.

"Iya lumayan banyak, aku saja tadi bertemu dengan yang berasal dari Thailand." ucap Soojin yang kemudian duduk di samping Jisoo.

"Wah Thailand.."

"Dia tinggi, rambutnya gelap dan sangat cantik."

***

The Frost - [Jisoo's Side]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang