Jisoo masuk dari gerbang yang berbeda, setelah menjemput Jennie untuk berangkat sekolah bersama, kesepakatan mereka untuk tetap terpisah kecuali di luar sekolah menjadi sebuah keputusan yang baik. Ia tidak ingin orang lain mengetahui hubungannya, sambil berjalan menuju kelasnya Jisoo berbelok ke arah mading, melihat siapa tau ada berita lagi.
"Padahal aku sudah tau nama siapa yang akan terpampang di mading.." gumamnya, begitulah Jisoo, senang mencari penyakit hati.
Tapi bukan sekedar namanya yang ia temukan, bahkan orangnya sendiri ada disana berdiri di samping seorang gadis, membantunya berjalan pelan-pelan.
"Hai Becky.." dengan sengaja Jisoo menyamakan langkahnya dengan mereka berdua, tentu saja tatapan Freen akan tetap sama setiap kali dirinya bertemu Jisoo, "yang terkilir kemarin ya? Sudah di obati?"
Becky mengangguk, "sudah, tapi aku tidak suka diam di rumah jadi daripada aku kesepian lebih baik aku sekolah saja."
"Loh, Papahmu tidak marah?" Freen semakin memicingkan matanya ketika melihat Jisoo seolah sangat mengenal Becky.
"Marahlah, Papah itu sangat strict." kekeh Becky, "oh iya kalian sudah saling kenal? Kenapa dari tadi kalian saling menatap?" diam-diam Becky memperhatikan ketegangan di antara Jisoo dan Freen.
"Aku tidak kenal dengannya." jawab Freen dingin.
"Freen, ini Jisoo, dia pernah mengantarkan aku pulang waktu itu." serasa mendidih, Freen pun menutup rapat mulutnya dan menahan emosinya, "Terima kasih kalian sudah mau menemaniku jalan ke kelas." senyum Becky manis.
"Oke, dah.." Jisoo pun pergi ke kelasnya tapi Freen mengikuti langkah Jisoo sampai Becky tidak lagi memperhatikan mereka berdua.
"Kau!!" geram Freen.
Kedua bahu mereka saling bergesekan, "Bisakah kau diam?!" akhirnya Jisoo menatap ke arah Freen, "Ada apa denganmu hah? Sana!!" Jisoo menunjuk ke arah kelas dimana Freen seharusnya berada, "kelasmu disana tuh!!"
"Kau yang kenapa, mencuri perhatian semua orang yang aku dekati."
"Oh kau sedang mendekati Becky dan Jennie begitu?" Jisoo mendekatkan wajahnya ke hadapan Freen, "kembali ke kelasmu, belajar lagi cara mendekati orang dengan benar." geramnya, "manusia gila."
"Awas kau."
"Kau yang awas." Tapi keduanya tetap saling bertatapan.
"Hey hey hey, sudah sudah, bubar bubar.." Rose mengintip dari balik pintu kelasnya tapi Jisoo dan Freen tetap seperti itu, "Jisoo-ya!! Bubar! Freen kau juga pergi!" Freen pun pergi meninggalkan Jisoo menuju ruang pers, persiapan POR sudah beberapa hari lagi dan masih banyak yang harus ia persiapkan.
***
Jisoo hanya terdiam di kursinya sedari tadi bahkan Dea saja tidak ada di sapanya, "sepertinya kau salah makan hari ini." celetuk Dea.
"Hmm?"
"Tumben sekali kau diam terus, ada apakah gerangan wahai sahabatku?" Dea dengan manja mulai bersandar pada bahu Jisoo.
"Sejak kapan kau manja begini padaku?" Jisoo tau kalau Dea akan sangat manja ketika ada maunya saja.
"Ya memangnya kenapa kalau aku manja padamu? Toh tidak ada yang cemburu juga kan?" alisnya mengisyaratkan pada Jennie tapi Jisoo hanya menggeleng pelan, "oh dia tidak akan cemburu kalau aku seperti ini?" Dea sengaja membesarkan volume suaranya sambil melirik ke arah Jennie tapi orang yang dimaksud hanya diam saja dan tidak merespon apapun.
"Ishh.. awas.." Jisoo yang merasa Jennie sudah memperhatikannya segera menjauhkan diri dari Dea, ia sendiri merasa tidak enak dan sangat takut kalau Jennie akan marah padanya, "nanti dia marah beneran, mati kita." geram Jisoo.
"Kan dia tidak bereaksi daritadi kenapa baru sekarang cemburunya, berarti kalian benar ada hub.."
Grrpp..
Jisoo segera membekap mulut Dea dengan erat sampai gadis itu tidak lagi mengeluarkan suara, "jangan pernah melakukan hal itu lagi padaku di depan Jennie, kau mengerti?!"
Dea hanya mengangguk, tanda dia mengerti apa yang baru saja Jisoo bicarakan.
"Kau adalah sahabatku bukan?" Dea mengangguk lagi, "kalau kau benar-benar sahabatku, tolong bantu aku untuk tidak terlihat bodoh di depan Jennie, oke?" Dea pun memberikan kedua ibu jarinya pada Jisoo, "bagus." Jisoo melepaskan bekapannya dan kembali berkutat dengan laptopnya tanpa mengatakan apapun atau menoleh ke arah Jennie.
***
Jisoo pura-pura menolak ajakan Dea untuk pergi ke kantin jadi temannya itu pergi bersama Rose untuk berburu makanan sebelum kehabisan.
Jisoo melihat Jennie yang masih membereskan laptop dan buku-bukunya, ia kemudian berdiri dan mendekati Jennie, "kau tidak istirahat?"
"Tidak, kenapa memangnya?" Jisoo terus melihat ke arah gadis itu, entah Jennie menyadari keberadaannya atau tidak.
"Kenapa tidak makan? kau tidak lapar?" tapi yang di tanya hanya menggeleng saja, "mau aku bawakan makanan? mau makan apa?" Jisoo berusaha untuk menaruh perhatian lebih dulu padanya.
"Aku bisa ke kantin sendiri kalau aku lapar." Jisoo menghembuskan napasnya dengan kasar karena sepertinya usahanya hari pertama setelah mereka dekat menjadi hari yang sulit.
Tapi tak lama, Jennie lalu bangkit dari duduknya, "kau mau kemana?" keduanya hanya berdiri saling berdekatan.
"Ke kamar mandi."
"Aku anterin."
"Jisoo-ya!!" rengek Jennie, "masa ke kamar mandi juga kamu ikut? Udah aku mau ke kamar mandi dulu." Jisoo kebingungan melihat Jennie yang buru-buru keluar dari kelas.
"Beginikah rasanya kalau kau ingin terus bersama tapi di sisi lain kau harus jaim juga? hufft.."
Tidak ada yang bisa Jisoo lakukan di dalam kelas selain melihat pemandangan keluar lewat jendela, "Jisoo-ya.." Jungkook yang baru saja masuk sambil membawa beberapa cemilan pun mendekat ke arah Jisoo dan melemparkan sebungkus ciki, "kata coach kita akan main agak siangan, kau sudah dapat rundown acaranya?" Jisoo membuka ciki yang Jungkook berikan dan memakannya.
"Belum, kau lihat dari mana?"
"Di mading ada, kebetulan aku bertemu coach tadi."
"Aku mau lihat dulu."
"Hmm, lihatlah." Jisoo pun bergegas menuju ke mading saat melewati tempat sampah tidak lupa ia membuang bungkus ciki yang sudah kosong.
Disana sudah terpampang rundown acara untuk kegiatan POR. Murid di sekolahnya terbilang sedikit, bahkan di satu kelasnya hanya ada sekitar 30 orang saja dan masing-masing tingkat ada 3 kelas, ada sekitar 90 siswa saja setiap angkatan, alasannya agar guru mereka lebih bisa mengajar dengan maksimal dan fokus murid pun tidak terpecah karena terlalu banyak orang di dalam kelas.
Sedangkan ada banyak sekali ekskul yang bisa di ikuti disini, bisa di bayangkan hanya ada berapa orang untuk satu ekskul dari anak kelas 1 yang baru bergabung.
Jisoo melihat apa saja yang akan di lombakan, ada basket putra dan putri, sepakbola, tenis putra dan putri, renang dengan berbagai macam gaya dan kategori, bulu tangkis serta voli putra dan putri.
"Banyak juga, dan mereka hanya butuh waktu 7 hari untuk melakukan itu semua? Wah.."
Edit by Freen Sarocha Chankimha
Ingin rasanya Jisoo merobek semua kertas yang ada di mading ketika semuanya juga bertulisan nama yang sama.
"Argghh, dia lagi? Dia sudah sepenting itu padahal masih kelas 1? Anak pers kaya yang gak punya anggota lain aja, harus dia mulu yang ngepost."
"Kalau iri bilang, jangan protes aja bisanya." Jisoo memutar matanya malas ketika suara sang pemilik postingan terdengar tepat di dekatnya, "kau tau, katanya yang benci bisa berubah jadi cinta."
"Bicara dengan siapa? Manusia gila ngomong dengan tembok." dengus Jisoo.
"Bicara dengan kulkas dingin 1000 pintu."
"Berisik." Jisoo pun menabrak bahu Freen dan tak mengindahkan tatapan Freen yang tersenyum miring padanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Frost - [Jisoo's Side]
FanficAnother side dari The Frost and The Ice. Buku ini tentang The Frost, Kim Jisoo. Manusia yang bersikap sangat dingin diluar tapi lembut dan hangat di dalam. Tatapannya pada The Ice membuat The Frost yakin kalau The Ice tidak seburuk yang ia kira, tap...