Jisoo sudah mempersiapkan semua buku pelajaran dan peralatan yang dia butuhkan untuk kegiatan esok hari, ia selalu merencanakan sesuatu dengan baik jadi jika Jisoo membutuhkan apapun yang harus ia persiapkan semuanya sudah siap untuk digunakan. Tuan dan Nyonya Kim juga tidak terlalu memperhatikan bagaimana Jisoo mengelola semua kebutuhannya.
Hari ini Jiyoon pulang ke rumah sambil membawa sebuah bingkisan, Jisoo yang baru saja turun dari kamarnya segera menatap bingkisan itu lekat-lekat, "Bingkisan apa tuh..." tanya Jisoo penasaran seraya mendekati sang kakak.
"Tadi ada acara ulang tahun jadi dapat bingkisan tapi aku tidak tau isinya apa, coba buka." Jisoo pun dengan sumringah membuka bingkisan tersebut yang berisikan beberapa makanan ringan dan minuman botol.
"Wahhh makanan." mata Jisoo berbinar dan mulai mengambil salah satu keripik kentang kesukaannya.
Sreett...
Tapi barang itu segera berpindah tangan menjadi milik Junghun saat dirinya berhasil merebutnya dari Jisoo secara diam-diam.
"Yakk!!" pekik Jisoo tidak terima, "Kan aku yang dapat duluan.."
"Harus mengalah kepada kakakmu, Jisoo-ya." Junghun pun meledek sang adik dan berlari ke seberang kabinet dapur.
"Junghun-na, berikan saja pada Jisoo, penyemangat hari pertama sekolah." Jiyoon berusaha melerai perkelahian di antara mereka, Junghun menatap ke arah keripik kentang yang ia pegang kemudian menyodorkannya pada Jisoo.
"Baiklah, aku akan berbaik hati sehari saja padamu." tapi tetap saja Jisoo mengambilnya dengan malas.
***
Andrea dan Soojin sudah menunggu Jisoo di dekat gerbang sekolah mereka, Jisoo turun dari mobil setelah sang Papa memutuskan untuk mengantarnya lagi sebelum berangkat kerja.
"Silahkan tuan putri.." Soojin dan Dea dengan kompak bergaya seperti dua orang pelayan saat Jisoo lewat di depan mereka.
"Yak!!" kekeh Jisoo, "Hentikan." mereka bertiga jalan bersama mencari kelas yang terdapat nama ketiganya disana.
Mereka bertiga berjalan mencari nama mereka di kertas yang terpampang dan Jisoo menemukan nama Soojin disana, "Sepertinya ini adalah kelasmu." jelas Jisoo.
"Tapi nama kita berdua tidak ada disini." Dea menambahkan, Soojin hanya memberikan respon diam dan lebih condong ke rasa kecewa karena tidak bisa satu kelas dengan kedua sahabatnya.
"Coba cari nama kalian." Soojin pun lebih dulu pindah ke kelas sebelahnya namun nama Dea dan Jisoo tidak ada, "Berarti kelas kalian disini." mereka berjalan pelan karena ada dua orang siswa lain yang sedang berdiri di depan daftar nama tersebut.
"Ah ini ketemu namamu." pekik salah satu gadis itu sambil menunjuk nama seseorang.
"Kim Jennie?" Jisoo bertanya-tanya dalam hatinya sambil sesekali melirik bergantian ke arah kedua gadis itu, tapi bukan dia yang saling mengunci pandang dengannya kemarin, melainkan gadis satunya yang berdiri tepat di dekat Jisoo.
"Kita satu kelas ternyata.." kekeh gadis lainnya, tangannya menunjuk nama lain.
"Roseanne Park?" dari tangan gadis pertama ia sudah menemukan namanya berada di kelas ini, sama dengan mereka. "Apakah nama gadis kemarin adalah Roseanne?" Jisoo tidak ikut mencari namanya lagi, ia hanya melirik dan merunutnya sampai menemukan nama Andrea dan dirinya.
"Kelas kita disini?" tanya Dea yang ikut mencari setelah kedua gadis sebelumnya masuk ke kelas.
"Iya, kita disini." jawab Jisoo sambil masih fokus memperhatikan mereka berdua, Soojin melihat kalau gelagat Jisoo seperti penasaran kepada mereka tapi ia hanya diam saja.
"Ya sudah sepertinya kita tidak satu kelas lagi kali ini tapi kalian harus janji ya, kita akan ketemu setiap istirahat dan pulang sekolah." ucap Soojin.
"Iyalah pasti." Dea dan Jisoo pun berpamitan kepada Soojin yang berjalan kembali ke kelas awal. Saat masuk ke kelas, Jisoo berdiri sejenak dan melirik ke arah gadis yang ia anggap bernama Roseanne itu.
"Disini saja, mataku minus." alasan Jisoo kemudian duduk di bangku kedua dari depan, Dea mengangguk paham dan ikut saja dengan pilihan Jisoo. Jisoo kembali meyakinkan dirinya kalau ia duduk di bangku yang tepat, ia pun menoleh ke arah gadis itu dan tanpa diduga gadis itu sudah lebih dulu menatap ke arahnya.
"Owh.." Jisoo cukup terkejut kalau-kalau sedari tadi dia memang di perhatikan, merasa kalau wajahnya bisa saja tersipu malu Jisoo pun segera memalingkan wajahnya dan menganggap itu hanya kebetulan.
Seorang guru mulai masuk ke kelas itu kemudian memperkenalkan dirinya dan mulai memanggil nama para siswa satu persatu, "Aku pernah diberitahu kalau guru ini akan menjadi guru di kelas kita." bisik Jisoo pada Dea.
"Tau darimana?"
"Kakakku." Dea mengangguk paham dengan penjelasan Jisoo, berdasarkan pengalaman kedua kakaknya Jisoo bisa di bilang sudah lebih tau bagaimana sistem pembelajaran di sekolah ini jadi ia bisa mengikuti dan memenuhi semua hal yang belum tentu siswa lain bisa, dalam kata lain Jisoo selangkah lebih dulu dari yang lain.
"Kim Jennie." ketika nama itu disebut Jisoo segera menoleh ke arah siswa yang mengangkat tangannya perlahan dan tentu saja ekspresinya sangat datar dan dingin.
"Oh jadi namanya Kim Jennie, aku kira Roseanne." batin Jisoo lagi.
***
Jisoo dan Dea mendatangi Soojin ke kelasnya ketika jam istirahat tiba, Soojin segera berlari kecil dan bergegas pergi ke kafetaria bersama.
"Jadi bagaimana kelas barumu? Ada yang aneh?" tanya Jisoo asal.
"Tidak ada, semuanya sama saja dan hawa kompetitif tercium sangat menyengat." jelas Soojin sambii memberikan pandangan sinis.
"Baguslah, kau kan suka sekali dengan pertandingan." Dea menyindir sahabatnya itu sambil mengambil sebotol minuman dingin dari salah satu kulkas.
"Iya memang benar, kompetitif itu perlu tapi disana itu rasanya lebih.. Euhh seperti apa ya, aneh saja."
"Oh, kompetitif yang gak banget gitu mungkin ya." Jisoo menambahkan.
"Nah iya yang begitu dan kalian tau tidak kalau gadis yang kemarin aku bicarakan berasal dari Thailand itu ada di kelasku." ada nada bersemangat dari cara bicara Soojin.
"Siapa namanya?"
"Lalisa Manoban, dia benar-benar tinggi dan cantik, ya bagaimana saja orang Thailand." masih basah ucapan Soojin, gadis yang dimaksud baru saja melintas di depan kursi mereka. Ia berjalan sendirian dengan tubuhnya yang tinggi langsing, rambut berwarna gelap dan auranya sangat berkharisma.
Dan ini bukan kebetulan lagi kalau orang yang bernama Kim Jennie datang ke kafetaria dan membeli makanan di tempat Jisoo duduk bersama teman-temannya karena ini adalah tempat umum, semua orang berhak kemari. Tapi entah kenapa Jisoo merasa bahwa dirinya tidak pernah baik-baik saja saat melihat Jennie datang, seperti ada hal lain. Jadi Jisoo memutuskan untuk memalingkan tubuhnya ke arah lain dan berpura-pura tidak melihat Jennie bersama Roseanne, teman sebangkunya.
"Wah dia ngambilin minum dong.." bisik Dea, penasaran siapa yang temannya maksud Jisoo pun menoleh dan melihat kalau gadis Thailand itu mengambilkan teman sebangku Jennie sebuah minuman, terkesan baik tapi itu bukanlah hal yang aneh untuknya.
"Cih, kalau begitu juga aku bisa." dengus Jisoo.
"Memangnya kau sampai?" ledek Soojin.
"Ya jelas enggak lah." jawab Jisoo.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Frost - [Jisoo's Side]
FanfictionAnother side dari The Frost and The Ice. Buku ini tentang The Frost, Kim Jisoo. Manusia yang bersikap sangat dingin diluar tapi lembut dan hangat di dalam. Tatapannya pada The Ice membuat The Frost yakin kalau The Ice tidak seburuk yang ia kira, tap...