Mungkin sikapnya saat ini terlihat seperti anak-anak tapi Jisoo hanya berusaha untuk tidak menjerumuskan dirinya ke dalam masalah yang ia sendiri tidak inginkan. Menurutnya tidak ada salahnya kalau menghilangkan satu atau dua orang dari kehidupannya kalau memang orang itu tidak bisa ia andalkan lagi. Tidak ada yang berubah dari dirinya dan Soojin, hanya saja Jisoo memilih untuk tidak terlalu dekat lagi dan lebih fokus dengan pendidikannya saja.
"Duduk dulu.." Dea mempersilakan Jisoo duduk di ruang keluarganya, Jisoo pun mengangguk dan ia juga tidak lupa menyapa Andrean yang sedang duduk di sofa yang tidak jauh darinya.
"Eh Jisoo, apa kabar?" basa basinya.
"Hmm.. Baik." senyum Jisoo, Dea mengambilkan sebuah gelas dan sebotol minuman bersoda yang ia berikan untuk Jisoo dan ikut menonton film yang sedang kakaknya putar.
"Tumben kau ada waktu untuk berkunjung, biasanya hari Minggu kau tidur." Dea menatap ke arah Jisoo yang sedang asyik menuangkan minuman ke gelasnya sendiri.
"Ya tidak apa-apa, memangnya kenapa? Aku tidak boleh kemari begitu?" tanya Jisoo balik dengan nada tinggi.
"Boleh sih, tapi masa sendiri saja?" terselip nada mengejek disana tapi Jisoo tidak mengerti apa maksud perkataan Dea, "kenapa tidak ajak yang lain juga kemari?"
"Yang lain?" alis Jisoo mengernyit.
"Lisa atau Roseanne, atau mungkin..."
"Oh ya kapan-kapan saja, aku tau maksudmu." potong Jisoo cepat sebelum sahabatnya itu menyebutkan satu nama lain.
"Kalian bertemu hanya berdua saja? Tidak mengajak Soojin?" Dea dan Jisoo dengan kompak menatap ke arah Andrean yang tiba-tiba mengeluarkan pertanyaan itu, "maksudku kalian kan biasa kemana-mana bertiga, kalian sudah lama berteman."
"Tidak." jawab Jisoo singkat.
"Gara-gara ekskul fotografi itu?" tebak Andrean, Jisoo mengiyakan.
"Kita butuh waktu untuk sendiri dulu kak, bagaimana pun alasannya kelakuan dia sudah di luar batas. Sejak kapan ada orang yang senang di bohongi, ya pokoknya dia sangat menyebalkan."
"Ya ya, aku mengerti dengan apa yang sedang kalian lakukan sekarang." Andrean tau apa yang sedang terjadi, hanya saja ia berusaha menjadi seorang ketua ekskul yang bijak, ia tidak bisa mengeluarkan anggota ekskulnya meskipun Soojin sudah curang dalam seleksi, Andrean membiarkan Soojin melakukan kesalahannya sendiri agar alasannya dikeluarkan lebih valid.
"Katanya ada festival makanan di mall, kenapa kita gak pergi kesana aja?" Dea tidak sengaja melihat beberapa postingan orang-orang tentang festival makanan yang sangat ramai dan mereka mengatakan makanannya juga enak-enak.
"Ya sudah ayo, aku juga lapar."
***
Jisoo dan Dea berjalan masuk ke dalam mall yang memang sedang mengadakan sebuah festival makanan lokal, ada beberapa stand makanan berbasis chickin yang segera mencuri pandangan Jisoo.
"Sepertinya kita coba chickin dulu saja ya." tanpa mendapatkan jawaban iya dari Dea, langkah Jisoo sudah melipir duluan ke stand tersebut.
"Heh, kalau mau pergi tuh mbok ya di tunggu orangnya jawab dulu gitu loh, jangan asal pergi aja." dengus Dea yang berjalan menerobos sekumpulan orang demi mengejar Jisoo yang bersemangat memesan seporsi ayam.
"Kan udah di bilang, makanya orang ngomong tuh di denger." Jisoo tidak peduli kalau dirinya dan Dea terpisah disana, teman tidak perlu makanan nomor satu.
"Silakan kak mau pesan yang mana?" seorang pelayan laki-laki memperlihat menu yang mereka sajikan, Jisoo memilih ayam gochujang seperti biasa dan berharap rasanya seenak makanan yang biasa ia beli juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Frost - [Jisoo's Side]
FanfictionAnother side dari The Frost and The Ice. Buku ini tentang The Frost, Kim Jisoo. Manusia yang bersikap sangat dingin diluar tapi lembut dan hangat di dalam. Tatapannya pada The Ice membuat The Frost yakin kalau The Ice tidak seburuk yang ia kira, tap...