Jisoo tidak pernah berpikir untuk menghubungi Jennie terlebih dahulu. Dari awal mereka kenal, tidak ada satu pesan pun yang mereka kirimkan kecuali pada saat praktek biologi itu, setelahnya tidak ada lagi.
Jisoo hanya bertemu dengan Jennie ketika sedang ada acara seperti di rumah Lisa dan di mall karena tidak sengaja, selebihnya hanya di sekolah.
Jisoo membuka ciki dari stok jajanannya di kamar kemudian duduk di pinggir jendela, melihat keluar sambil memikirkan sesuatu.
"Kenapa aku menjadi berubah begini ya?" tanyanya pada diri sendiri.
"Aku tidak pernah seperti ini, aku tidak pernah peduli pada orang lain, aku tidak pernah mengejar orang lain dan aku juga tidak pernah tertarik pada orang lain seperti aku melihat Jennie." gumamnya.
"Iya aku suka padanya, tapi.." Jisoo kembali memikirkan apa yang perasaannya rasakan, "tapi suka kalau dia sedang bersamaku, aku tidak suka melihatnya dengan orang lain, apa aku cemburu?"
Jisoo melihat ke dalam bungkus cikinya yang sudah habis dan membuka bungkus lain, "Jennie itu.."
"Jennie itu lucu, menggemaskan, cantik.. iya dia sangat cantik, pintar, menarik, siapa yang tidak tertarik padanya? si manusia gila itu saja tertarik." Jisoo menyandarkan kepalanya, "apa aku tembak saja?"
Semalaman Jisoo duduk di hadapan komputernya, bersandar dan bermalas-malasan, sambil mendengarkan musik kesukaannya ia menghubungi Dea.
"Kau sedang apa?" tanya Jisoo basa basi.
"Kalau kau tanya aku sedang apa, aku sedang tidur Jisoo-ya..!!" terdengar suara erangan, bagaimana saja orang yang baru terbangun dari tidurnya.
"Ini masih sore, kenapa sudah tidur lagi?"
"Masih sore matamu, ini sudah jam 11 malam." Jisoo segera mengecek jam di komputernya dan benar saja ini sudah jam 11 malam.
"Jadi kau mau lanjut tidur atau apa?"
"Sepertinya iya, ya sudah bye.." Dea mematikan telpon dari Jisoo dan kembali membuat gadis itu terdiam.
"Sekarang aku ngapain?" ia belum merasa mengantuk jadi Jisoo memutuskan untuk menonton film, "ada film bagus kayanya..."
Sambil bersantai Jisoo mencoba untuk menikmati filmnya sebuah film drama klasik dengan bumbu-bumbu percintaan, di tengah film munculah adegan yang paling malas Jisoo lihat.
"Adegan ini.. pfftt.." adegan ketika karakter utamanya saling berciuman dan itu terjadi cukup lama, "ini bener-bener ya!" Jisoo mempercepat filmnya sampai ia tidak lagi melihat adegan itu.
Ada perasaan lain ketika Jisoo melihat adegan berciuman, bahkan di benaknya selalu timbul pertanyaan kenapa dua orang yang saling menyukai harus berakhir dengan berciuman?
"Bisa kah mereka membuat film drama yang biasa saja? Tidak perlu lagi ada adegan gitu-gitunya." tapi di balik risihnya Jisoo ia tetap berusaha melihat dan menikmati filmnya secara keseluruhan.
***
Akhirnya Jisoo memutuskan untuk mengajak Jennie pergi keluar hanya untuk bersantai, mengobrol dan minum kopi kalau memang ingin. Setelah memberitahu Jennie ia pun berangkat menggunakan motor kesayangannya.
"Motor-motoran terus, nanti item." ejek Junghoon yang melihat adik bungsunya selalu pergi menggunakan motor akhir-akhir ini.
"Orang lagi pengen main, protes aja." Jisoo memakai sepatu yang menurutnya cocok di pakai hari ini.
"Main terus, dapet banyak uang ya dari Appa?"
"Pake uang tabungan sendiri juga, yeuu.." Junghoon sedang tidak bekerja sehingga ia selalu ada di rumah sedangkan Jihoon masih ada di kosannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Frost - [Jisoo's Side]
FanfictionAnother side dari The Frost and The Ice. Buku ini tentang The Frost, Kim Jisoo. Manusia yang bersikap sangat dingin diluar tapi lembut dan hangat di dalam. Tatapannya pada The Ice membuat The Frost yakin kalau The Ice tidak seburuk yang ia kira, tap...