Jisoo berusaha untuk melupakan apa yang sudah terjadi di antara dirinya dan Jennie, apalagi di momen ketika Jennie memberhentikan tindakannya. Tapi Jisoo tidak merasa kesal, ia berusaha untuk memahami kekasihnya itu mungkin saja Jennie belum berani atau memang hubungan mereka tidak bisa sampai sejauh itu. Lagi pula apa yang bisa dua orang anak SMA lakukan ketika mereka berpacaran? Cukup merasa saling memiliki saja sudah lebih dari cukup menurut Jisoo.
Keduanya mulai sibuk dengan ponsel mereka masing-masing, langit pun masih terang meskipun hari sudah hampir sore. Jisoo yang sedang berkutat dengan ponselnya teringat akan formulir yang sempat Lisa berikan padanya.
"Aku ada sesuatu..." ucap Jisoo yang berhasil membuat Jennie menoleh, "tadi Lisa memberikanku ini, katanya untukmu, aku baru ingat sekarang."
"Apa itu?" Jisoo mengeluarkan dua formulir pendaftaran member student council dan memberikannya pada Jennie, "darimana ini?"
"Dari Shim Eunjung, kau ingat kan? Wakil ketua itu." Jennie mengangguk setelah mengingatnya, ia memang sudah membulatkan tekad untuk ikut serta dalam organisasi tersebut jadi formulir ini sangat berarti untuknya.
"Kau tidak ada niatan untuk ikutan juga?" tanya Jennie, ia mulai mengisi formulir dengan identitasnya.
"Sudah banyak sekali kegiatanku, tidak usah saja lah..." tapi melihat Jennie yang bersemangat memunculkan rasa cemburunya.
Bagaimana kalau Jennie lebih sibuk dengan kegiatannya daripada menghabiskan waktu dengannya lagi?
Bagaimana kalau ada orang yang diam-diam mendekati kekasihnya seperti yang sudah pernah terjadi sebelumnya?
Dengan pikiran-pikiran yang muncul di dalam benaknya, Jisoo pun akhirnya mengisi formulir tersebut bukan karena keinginannya sendiri melainkan karena rasa khawatir yang berlebihan terhadap Jennie.
"Katanya tadi tidak mau ikutan..."
"Ya daripada kau sendiri yang ikutan terus ada yang deketin lagi seperti waktu itu, ya sudah aku juga ikutan saja." Cibir Jisoo.
Jennie berjalan kembali ke atas kasur dan menatap Jisoo yang masih sibuk mengisi formulir, "masa belum diterima jadi anggota saja sudah cemburuan." Coleknya tepat pada dagu Jisoo.
"Ish!!" tepis Jisoo, "tidak ada yang cemburuan."
"Tidak ada yang cemburuan..." ledeknya lagi, "tidak tidak saja terus, sedangkan kenyataannya memang begitu. Kim Jisoo cemburuan!" kekeh Jennie.
"Oh, begitu?" kali ini Jisoo balas menatap ke arah kekasihnya, "ya sudah kalau begitu aku tidak akan cemburu lagi, tidak jadi saja ini daftarnya."
"Eh eh... ya ya, sudah cepat isi saja!!" Jennie selalu berhasil menggoda Jisoo tapi Jisoo lebih pintar membalikan keadaan.
***
Ujian dilakukan secara tertulis tidak berbasis komputer, Jisoo duduk di mejanya dan tidak saling menyapa teman-temannya karena ia takut apa yang sudah ia pelajari hilang dari ingatannya hanya karena menanggapi sapaan seseorang. Ia juga melihat Jennie yang baru saja masuk ke dalam kelas dan duduk di depannya. Hari ini ada dua mata pelajaran yang akan diujiankan, dirinya dan Jennie hampir mengambil beberapa mata pelajaran inti yang sama jadi keduanya akan tetap bertemu.
Jisoo melihat Jennie sesekali berbincang dengan teman-teman yang lain tapi ia tidak mempedulikannya, gadis itu tetap fokus belajar dan mengingat-ingat kembali pelajaran hari ini.
Selasa...
Dea mengajak Jisoo dan Lisa untuk pergi ke sebuah tempat makan yang baru dibuka di daerah situ, tentu saja Jisoo akan mengajak Jennie dan Lisa akan mengajak Rose. Tidak ingin dirinya merasa sendirian di antara mereka yang mengajak 'orang terdekat'nya, Dea memutuskan untuk mengajak Andrean, sang kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Frost - [Jisoo's Side]
FanfictionAnother side dari The Frost and The Ice. Buku ini tentang The Frost, Kim Jisoo. Manusia yang bersikap sangat dingin diluar tapi lembut dan hangat di dalam. Tatapannya pada The Ice membuat The Frost yakin kalau The Ice tidak seburuk yang ia kira, tap...