~1~

2.9K 223 18
                                    

♡Welcome my story♡

Happy Reading Guys..

Tolong kalau ketemu typo tandai !!!!

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

Gealisa Giharja, saat ini dia sedang berjalan dengan santai sambil menuruni tangga rumahnya. baru saja dia duduk dan bermain ponsel ketika suara bundanya terdengar memanggilnya.

"Eisa makan, jangan main ponsel terus. Kamu ini, gak bisa banget gak main ponsel sehariiiiiii aja." Omel bunda Maya sambil menaruh piring ayam goreng keatas meja makan.

"Bundaaa.. ini eisa kebuka kata sandinya aja belum, bunda udah ngomel-omel aja. " eisa manyun dan menendang-nendang kakinya dengan kesal dibawah meja.

"Alesan aja kamu, kalo diomelin orang tua gak usah ngejawab. Dosaaa Eis, udah. sini makan" panggil bunda maya setelah menegur Eisa dengan suara cemprengnya.

Eisa mau menangis saja, kalo sudah lawan bundanya. Berusaha sekeras apapun dia membela diri dan menjelaskan, dia tidak akan pernah menang juga.

Ayah Gifar yang baru pulang jum'atan sontak tertawa menyaksikan muka layu anak gadisnya ketika diomeli oleh istrinya.

"Assalamualaikum" ayah Gifar mengucap salam sambil menyimpan sandalnya dirak alas kaki.

"Waalaikumsalam" bunda maya dan Eisa sama-sama menjawab.

Eisa berdiri dari duduknya dan menyalami tangan ayahnya "haha..masem banget mukanya Eis. Kenapa coba" tanya ayah Gifar sambil mengusak jilbabnya Eisa dan mencium puncak kepala putrinya itu.

"Bunda tuh, ngomelin Eis terus. Eis kan jadi serba salah, nggak ngapai-ngapain diomelin. Duduk doang diomelin, tadi. Baru aja mau main ponsel juga diomelin ayaaah...." adu Eisa sedih sambil memanyunkan bibirnya lagi.

"Gimana bunda nggak ngomel ayah, kerjaannya gitu-gitu doang. Bundanya capek-capek bersih rumah sendirian, dia bukannya bantuin malah tidur. Bundanya masak, dia malah karaokean diatas sana. Ini tadi, bundanya siapin makanan. Bukananya bantuin, Dianya malah mau main ponsel." Dumel bunda maya sambil mencium punggung tangan ayah Gifar.

"Kamu ini orang indonesia jangan samain sama orang amerika sana, yang semuanya serba suruh pembantu. Udah, kamu gak usah balik-balik kesana lagi. Sekolah sini aja, bunda mau pindahin kamu kepesantren aja"

"Kamu sekolah jauh-jauh disana bukannya berubah rajin tapi malah tambah males" hardik bunda Maya.

"What.. pindah pesantren? Bunda yang bener aja dong. Eis gak mau " sewot Eisa memberengut kesal.

"Ayah setuju.." kata ayah Gifar membuat Eisa terlonjak kaget.

"Ayaaaahh.." panggil Eisa menatap syok pada ayahnya yang bisa-bisa setuju dengan ide bundanya yang mau pindahin dia kepesantren.

"Eisa, jujur. ayah nggak suka kamu sekolah disana. Dulu kamu janji sama ayah kalau kamu nggak bakal terpengaruh sama budaya disana, tapi apa. liat, Sekarang jilbab kamu sudah kamu iket-iket dileher kayak gini. Ini pun baru setengah tahun kamu disana belum beberapa tahun lagi" tutur lembut ayah Gifar dengan senyum khasnya.

"Nah, dengerin tuh kata ayah kamu." Sambar bunda maya.

" Eis, Gak ada orang tua yang mau anaknya rusak. Pengaruh disana itu buruk banget buat kamu, bunda sama ayah cuma mau yang terbaik buat kamu. Jadi bunda mau pindahin kepesantren, dan nggak ada penolakan" tegas bunda maya saat melihat Eisa mau protes.

"Ini juga jilbabnya, nggak usah pake diiket-iket gini segala. Gunanya jilbab itu buat tutup aurat, bukan buat umbar-umbar. Kamu mau nyeret ayah sama bunda keneraka hah dengan ngumbar-umbar aurat kamu kayak gini" marah bunda maya sambil melepaskan ujung jilbab yang eisa ikatkan dilehernya.

Ustadzku, Suamiku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang