~6~

1.3K 181 39
                                    

♡Happy Reading♡

Please typo tandai !!!

▪︎▪︎▪︎▪︎

"Maa syaa Allah, cantik banget kaligrafi kamu Eis" puji ustadzah Syafa tersenyum kagum.

Eisa spontan mendongak, kaget melihat ustadzah syafa tiba-tiba berdiri didepan mejanya" hah.." eisa membeo lucu kemudian dia tersenyum" syukron ustadzah "katanya manis.

"Afwan, kalo boleh ustadzah tanya. Itu kaligrafi yang kamu buat untuk tugas dari ustadz Dihyah atau kamu iseng-iseng saja buatnya" tutur ustadzah syafa dengan aksen kata lembutnya.

"Bukan buat tugas ustadzah, Eis iseng-iseng aja sekalian latihan " sebut Eisa membuat ustadzah Syafa manggut-manggut.

"Kamu sendirian yang masih dikelas, kamu nggak niat kembali keasrama Eis. Tidak mau berkemas-kemas buat pulang?, kan besok sudah mulai libur" ujar ustadzah syafa.

"Ini Eis juga mau balik keasrama ustadzah " sahut Eisa sambil membereskan barang-barangnya yang ada diatas meja dan memasukkannya kedalam tas.

"Yasudah, ustadzah duluan ya. Assalamualaikum " pamit ustadzah syafa.

"Waalaikumsalam " jawab Eisa.

Barang-barangnya sudah masuk kedalam tas semua, seminggu kemaren santriwati dipondok baru saja mengelar ujian semester genap. Besok sudah mulai libur, Eisa tidak sabar pulang kerumah. Dia rindu ayah, bunda dan keluarganya yang lain.

Eisa segera kembali keasrama, semalam dia sudah beres-beres sedikit barang yang mau dia bawa pulang.

Jenna, soeba dan rusela sudah berganti pakaian dan terlihat rapi. Ketiganya menoleh dan melihat Eisa yang masuk dari luar sambil mengucap salam.

Salamnya dijawab, Eisa berjalan kelemari dan mengganti seragamnya menjadi gamis hitam. Meletakkan buku-buku kitabnya kedalam lemari dan berlaih mengambil tas punggung yang sudah dia siapkan semalam, Eisa pun siap turun bersama ketiga temannya.

Eisa memakai jilbab instan, kontras sekali dengan kulit putih sehatnya. Dia berjalan kegerbang depan bersama ketiga temannya, banyak dari santriwan dan santriwati yang juga pulang hari ini. Jadi gerbang depan pesantren cukup ramai, sebenarnya sudah ada beberapa gelombang pertama dan kedua namun masih banyak santri memilih hari ini untuk pulang.

"Eis, Eis. Disini nak" panggil ayah Gifar membuat banyak tatapan tertuju ketempatnya berdiri.

"Ayah, bunda" Eisa berlari mendekati ayah dan bundanya dengan mata memerah, saat sudah sampai didepan kedua orang tuanya. Eisa langsung saja memeluk ayah gifar dan bunda maya.

"Eis kangen" cicit Eisa, kepalanya dielus-elus dan dicium oleh ayah bundanya.

"Maa Syaa Allah, ayah bunda juga kangen sekali sama Eis. Ya kan bunda" kata lembut ayah gifar meminta pendapat bunda maya.

Bunda maya menghapus air mata disudut mata dan mengangguk" sini Eis" pinta bunda maya menarik Eisa dari ayah Gifar dan memeluk eisa erat.

Tiga bulan tanpa Eisa dirumah, rasanya rumah sepi seperti kuburan. Tidak ada orang yang bisa dia omeli, ayah gifar?. Tidak usah ditanya, suaminya itu pria berhati lembut dan suka memilih mengalah lebih dulu dari pada meladeni omelannya.

"Eis dah.."

"Dah Eisa.."

"See you bestie berantem gue"

"fii amanillah ma'assalamah, kalian bertiga. Daaah.." pekik pelan Eisa melambaikan tangannya pada jenna, soeba dan rusela yang sudah masuk mobil orang tua mereka.

Ustadzku, Suamiku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang