~2~

1.5K 183 21
                                        

♡Happy Reading♡

Please typo tandai !!!

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

"Eis, Eis bangun" Jenna menggoyangkan lengan Eisa dan memanggil-manggil nama teman barunya itu.

"Eeghhh, kenapa?" Tanya Eisa dengan mata setengah terbuka.

Tok..tok..tok..

"YA UKHTI BANGUN-BANGUN, SHOLAT TAHAJJUD..."

Eisa sontak terperanjat duduk, mengelus dadanya. Dia menatap bertanya pada jenna yang menatap geli padanya.

"Dipesantren emang gini Eis, kalo sudah jam dua pagi. Bakalan ada pengurus asrama yang keliling buat bangunin para santriwati kayak tadi" soeba menjelaskan dengan senyum lembut khas gadis anggun itu.

Eisa membulatkan mulutnya dan manggut-manggut saja" terus kita ngapain" tanya Eisa yang masih memeluk selimutnya.

"Sholat sunnah tahajjud Eis, ayo kita mandi duluan. Biar nanti bisa langsung kemasjid setelah sholat sunnah tahajjud diasrama dan nggak perlu lagi ngantri buat mandi " Rusella mengajak seraya turun dari atas ranjang besinya.

"Mandi jam segini" ceplos Eisa syok.

"Iya Eisaaaa, ayo ah." Desak jenna langsung menarik tangan Eisa dan membuat temannya turun kelantai.

"Iya-iya.." Eisa pun menggenakan sandalnya dan memakai jilbab instannya, dia mengambil perlengakapan mandinya lalu baru kemudian berbalik mengikuti ketiga temannya keluar dari asrama.

Eisa menggosok lengannya saat dia merasa kedinginan, semalam habis hujan dan hawa-hawa dinginnya masih saja terasa. Eisa benar-benar tidak tau bagaimana dinginnya mandi dikamar mandi yang pastinya tidak ada pengatur suhu airnya.

"Eh itu apa.." tunjuk soeba kebawah pohon beringin yang ada dibelakang asrama putri.

"Ap.. " Eisa sontak mengatup mulutnya dan gemetar ketika melihat sosok putih dibawah pohon beringin.

Eisa, soeba, jenna dan rusela saling tatap. Muka mereka sama-sama pucat "SETAAAANN......" Pekik keempatnya langsung ngacir melewati lorong sepi itu.

"Setan? Mana?"ustadz Qais menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari setannya lalu dia menatap heran pada keempat santriwati yang berlarian kencang dilorong sana.

"Sepertinya kita yang dikira mereka setan" sahut ustadz Dihyah sambil geleng-geleng kepala.

"Astaghfirullah, sepertinya iya gus." Kata ustadz Ilyas sambil melihat gamisnya juga gamis teman-temannya.

" bagaimana tidak dikira setan, kita semua disini pake gamis putih dan berdiri dibawa pohon beringin ini lagi. Mereka pasti ngira kita hantu penunggu beringin" celetuk ustadz Hakim sambil menggelengkan kepalanya dan tersenyum geli.

"Sudah, ayo kita pergi" Ustadz umar tiba-tiba muncul dari belakang pohon beringin dan mengajak teman-temannya pergi setelah barusan dia selesai menguburkan mayat kucingnya.

Ustadz Dihyah, Qais, ilyas dan ustadz Hakim mengangguk. Mereka pun beranjak dari bawah pohon beringin dan kembali ke ruang pengurus.

Sementara itu, dikamar mandi. Eisa dan ketiga temannya sudah selesai mandi dan mencuci baju mereka.

"Semoga setannya udah pergi, semoga pergi.. semoga pergi" gumam Jenna, Eisa, Soeba dan rusela yang berjalan saling mengintili dengan jenna didepan dan Soeba dibelakang.

"Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum...." gumam jenna membaca ayat kursi sambil mengintip kepohon beringin.

"Alhamdulillah, Allahuakbar. Setannya udah gak ada" jenna mengelus dada lega, dan berjalan tanpa beban bersama ketiga temannya.

Ustadzku, Suamiku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang