~5~

1.3K 177 19
                                        

♡Happy Reading♡

Please typo tandai !!!

▪︎▪︎▪︎▪︎

Yaumus sabti, selepas ba'da Ashar. Eisa, jenna, soeba dan rusela pergi kelapangan berkuda bersama teman-teman ekskul mereka yang lainnya.

Melihat kuda-kuda didalam kadangnya, Eisa jadi rindu dengan kuda miliknya. Eisa punya kuda putih, Namaya Leyza. Itu kuda betina yang tumbuh bersamanya sedari dia kecil, leyza adalah kuda pemberian dari opungnya sebagai hadiah kelahirannya karena dia adalah satu-satu cucu perempuan yang ditunggu-tunggu kehadirannya oleh seluruh anggota keluarganya. Maka itu, eisa sering dimanja sejak dia kecil.

Dipesantren, seluruh santriwan/santriwati diwajibkan mengikuti tiga ekskul. Ekskul berkuda, memanah dan berenang. Hari ini hari kelima kalinya Eisa mengikuti ekskul, teman-teman santriwatinya mulai memilih kuda. Eisa mengikuti, dia memandangi kuda-kuda didalam kandang dan memutuskan memilih kuda hitam yang terlihat gagah dengan kepalanya yang terangkat sombong.

Eisa tersenyum manis mengelus pipi kudanya, kuda itu meringkik pelan sambil memelengkan kepalanya membiarkan Eisa mengelusi pipi dan rahang kerasnya.

"Eis, ayo kelapangan" panggil soeba sambil memegang kendali kuda yang gadis itu pilih, itu kuda pirang dengan rambut panjang. Terlihat tampan sama seperti orang memilihnya yang terlihat anggun dan cantik.

"Ayo" Eisa pun menarik kudanya dan pergi kelapangan bersama soeba, karena dia sudah belajar berkuda sedari kecil. Eisa tidak perlu melakukan tahap pelatihan lagi, dia langsung saja naik keatas kudanya dan berkuda mengelilingi lapangan bersama soeba, jenna dan rusela yang lumayan fasih menungangi kuda mereka.

"Ustadzah hilda, boleh tidak berkuda keluar dari lapangan kuda. Misalnya keperkebunan" tanya Eisa menatap ustadzah hilda yang menjadi guru pengawas ekskul hari ini.

"Boleh saja, asal jangan menganggu petani yang sedang panen" sahut ustadzah hilda disambut senyum manis Eisa yang membuat hati siapa saja yang melihatnya meleleh seketika.

"Afwan ustadzah, kami mau berkeliling perkebunan" kata jenna meminta izin sambil menatap ustadzah Hilda yang juga menunggang kuda.

Ustadzah hilda mengangguk" jangan lupa waktu"tegur ustadzah hilda menatap keempat santriwatinya itu.

"Na'am ustadzah, assalamualaikum " ucap Eisa diikuti jenna, soeba dan rusela yang juga mengucap salam.

"Waalaikumsalam " ujar ustadza hilda menjawab sambil melihat Eisa, jenna, soeba dan rusel berbalik membawa kuda mereka menuju keperkebunan milik pemilik persantren.

Tak..tak..tak..

Para petani yang sedang memanen buah persik menoleh ketika mereka mendengar suara tapak kuda yang datang dari arah barat kebun.

"Eisa.."

Eisa langsung menoleh dan dia tersenyum bahagia melihat pria baya yang sudah lama tidak dia jumpai.

"Abah Qawi" sebut Eisa dengan suara kerasnya, buru-buru dia turun dari kuda dan menarik kudanya menemui pengurus kebun yang tadi dia panggil abah Qawi.

"Maa syaa Allah, nak Eisa apa kabar. Lama tidak bertemu" tutur lembut Abah Qawi sekaligus bertanya pada Eisa tentang kabarnya.

"Alhamdulillah abah, Eis baik. Bagaimana dengan Abah" tanya eisa kembali, dia berbicara dengan senyum manis yang membuat orang senang melihatnya.

"Alhamdulilah, abah juga baik. Nak eisa sekolah disini" abah Qawi bertanya lagi sambil tersenyum lembut menatap jenna, rusela dan soeba yang berjalan mendekat.

Ustadzku, Suamiku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang