~11~

1.2K 131 21
                                    

♡Happy Reading♡

Please typo tandai !!!

▪︎ ▪︎ ▪︎ ▪︎

"Nyonya Gealisa menderita kista, terdapat gumpalan daging dirahimnya. Ukurannya sudah mencapai tujuh centi meter. " terang dokter menatap Dihyah dan Eisa yang duduk disebrang mejanya.

Eisa kaget, dia juga cemas" kista saya bisa disembuhin kan dok"tanya Eisa sangat takut jika kista yang dia derita mempengaruhi kesuburannya dan membuatnya tidak bisa hamil nantinya, ini juga persis seperti yang dialami Bundanya dulu yang menderita kista ganas yang berubah menjadi tumor sampai nembuat Eisa harus kehilangan calon adiknya dan bundanya tidak bisa hami lagi.

"Insyaallah bisa, untuk penangannya. Nyonya Gealisa bisa melakukan operasi pengangkatan kista"beritahu dokternya.

Eisa lega mendengarnya, tangannya yang memegang erat tangan Dihyah sontak sedikit melonggar. Dia bersandar dikursi, dihyah yang duduk disebelah mengelus punggung Eisa dan beralih untuk berbicara pada dokter.

"Kapan kira-kira operasinya bisa dilakukan dok" tanya Dihyah.

"Lebih cepat lebih baik, saya sarankan tiga hari dari hari ini jika nyonya Eisa nya sudah benar-benar siap dioperasi" kata dokternya tersenyum menatap Eisa.

"Saya siap dok, saya mau sembuh" kata Eisa dengan tatapan bertekadnya, dia tidak mau menunda-nunda penyembuhannya.

"Baiklah, pihak rumah sakit kami akan menyiapkan operasi untuk nyonya Gealisa tiga hari lagi" kata dokter menyerahkan beberapa kertas untuk ditanda tangani oleh Dihyah.

Setelah menyelesaikan beberapa prosedur, Dihyah membantu Eisa berdiri dan membawa istrinya pulang ke pesantren.

Badan Eisa panas, dia demam. Dihyah memeluk istrinya sementara mobil dijalankan oleh supir abinya, Eisa merasa sangat lesu. Dia tertidur dalam pelukan Dihyah.

Sesampainya dipesantren, hari sudah hampir jam setengah sepuluh malam. Supir membantu Dihyah membuka pintu mobil sementara Dihyah turun sambil menggendong Eisa yang tertidur.

"Hubby pusing" adu lirih Eisa dalam gendongan Dihyah.

Dihyah mencium pipi Eisa dan menaruh Eisa dikasur mereka, Umi masuk dari luar. Dia tidak tidur karena menunggu Dihyah dan Eisa pulang.

"Ihyah, Eis nggak apa-apa kan" tanya umi zulaikha duduk ditepi kasur sambil menutupi kaki Eisa dengan selimut.

"Eis menderita kista umi, nyeri diperutnya selama ini karena kista yang tumbuh dirahimnya. Ukuran kista nya sudah tujuh centi meter" beritahu Dihyah bergumam sembari mengelus kepala Eisa.

"Ya Allah, gimana kata dokter. Kistanya bisa disembuhin kan" cemas umi zulaikha menatap Dihyah.

Dihyah mengangguk"Dokter nyaranin buat ngelakuin operasi pengangkat umi, insyaallah tiga hari lagi jadwal operasinya" kata Dihyah memberitahu.

Umi zulaikha menarik nafas panjang" Ya Allah sembuhkanlah Eis" gumam umi zulaikha mengelus-elus kaki Eisa yang tertutupi selimut seraya matanya melembut menatap wajah cantik Eisa yang tertidur.

"Umi mau balik kekamar ya, kamu perhatikan Eisa." Ujar umi zulaikha.

Dihyah mengangguk, uminya pergi. Dihyah beranjak keluar juga untuk mengambil peralatan untuk mengompres Eisa.

Ustadzku, Suamiku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang