BAB LIMA

76 7 0
                                    

Hai Readers, jangan lupa vote dan komen yaa, ingatkan aku jika ada typo bertebaran.

Happy Reading!!!

Tentu saja hal itu membuat Zee melongo tak percaya. Alvin yang menyadari wajah bingung Zee akhirnya kembali buka suara.

"Kamu nggak usah bingung gitu, kan emang itu tugas kamu. Membantu semua yang saya kerjakan"

Perkataan Alvin menyadarkan Zee dari keterkejutannya. Zee mendongak menatap Alvin, kemudian membuka suara.

"Kan itu urusan pribadi Bapak, ya harusnya Bapak urus sendiri dong..." Zee menjeda perkataannya berusaha menjaga nada bicaranya agar tidak kelepasan membentak Dosennya itu.

"... Kan saya Asisten Dosen" Sambungnya

Alvin tersenyum samar melihat respon yang di keluarkan gadis di depannya, tangannya yang semula memegang pena dan kertas bergerak melepaskan dua benda itu . Punggungnya bersandar di sandaran kursinya, lalu melipat tangannya di depan dadanya.

Melihat itu Zee menatap horror ke arah dosennya, tidak lagi ekspresi dingin yang ditunjukkan. Alvin justru menunjukkan ekspresi layaknya seorang psikopat yang berhasil membawa calon korbannya ke dalam jebakan yang telah ia buat.

"Kata siapa kamu Asisten Dosen saya?... " Alvin menjeda perkataannya ".... Saya bilang kan asisten saya, yang berarti Asisten pribadi saya"

Alvin beranjak dari duduknya, lalu melangkahkan kakinya menuju gadis yang saat ini tengah menatapnya horror. Matanya tak lepas dari gadis itu, bibirnya pun masih menyungging.

Sedangkan Zee masih duduk di kursinya, sadar Alvin bergerak ke arahnya menahan nafasnya, peringatan waspada dari otaknya tak henti-hentinya berdering seakan menyuruhnya untuk lari dari tempat ini.

Tapi justru Zee masih bergeming di tempatnya, tak sadar saat ini Alvin sudah berada di dekatnya. Alvin menundukkan badannya, tangannya bertopang pada sisi kanan dan kiri kursi Zee. Gadis itu meneguk ludahnya kasar, badannya terasa beku tak bisa di gerakkan.

Hingga wajah Alvin semakin menunduk, sedangkan Zee reflek memejamkan matanya, jantungnya seakan berhenti berdetak. Tangannya meremas lututnya sendiri. Hingga beberapa detik tidak ada pergerakan.

Di detik selanjutnya, Alvin meniup wajah Zee dan membuat gadis itu sontak membuka matanya. Yang di dapati adalah senyum mengejek dari Alvin. Tak sampai disitu perkataan Alvin selanjutnya membuat muka Zee merah padam.

"Berharap banget saya cium ya?" Ucap Alvin, seraya beranjak menuju tempat duduknya lagi.

Gadis itu menggeram, matanya terpejam tangannya terkepal. Berusaha menahan semua gejolak rasa, antara malu, marah dan juga salah tingkah. Saat hendak mengeluarkan sumpah serampahnya, pria itu lebih dulu berjalan ke arah pintu keluar dengan menenteng tas kerjanya.

Zee melihat meja di depannya dan ternyata laptop dan berkas yang sempat di kerjaannya sudah tidak ada disana. Gadis itu masih bergeming di tempat nya.

Sebelum benar-benar pergi, Alvin menoleh ke belakang. Mendapati Zee juga menatap ke arahnya. Dengan senyum jahilnya.

"Mau pulang atau saya cium? " Ucap Alvin kemudian melenggang pergi.

"DASAR DOSEN RESE, MESUM!!! "

Zee berteriak, tak peduli jika nanti ada yang mendengar. Ia rasa Alvin pantas mendapat sumpah serampah darinya.

Tanpa menunggu lama gadis itu menyambar tas nya lalu menyusul Alvin.

Sesampainya di parkiran mobil, Alvin yang tadinya berjalan di depan Zee tiba-tiba berbalik badan yang berhasil membuat Zee berhenti.

TRAPPED BY MY LECTURERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang