BAB ENAM

70 6 0
                                    

Hai readers, makasih yang udah mau nungguin cerita ini. Oh iya jangan lupa Vote dan komen yaa, biar aku makin semangat juga nulisnya.

Happy Reading!!!

Mendengar pernyataan dari Dosennya itu, Zee hanya bisa melongo tak habis pikir. Selama hidupnya ia tak pernah mengira akan se absurd ini kisahnya, terlebih setelah bertemu pria di sebelahnya ini.

Didalam lift Zee menoleh ke pria di sampingnya, yang tampak acuh menatap lurus kedepan. Kemudian lift berdenting diiringi pintu lift yang membuka. Alvin memilih keluar lebih dulu dan Zee lagi-lagi mengekorinya.

Kata-kata protes yang ia tahan sejak tadi akhirnya terlontar saat keduanya sudah menempatkan diri di kursi kafetaria yang sebelum itu sudah memesam makanan.

"Pak, kenapa harus saya sih yang bersihin apartemen Bapak"
Zee meloloskan kalimat itu, sedangkan Alvin menanggapi dengan santai. Tangannya terlilat di meja, badannya di condong kan ke gadis di depannya.

"Kalo saya punya kamu, ngapain saya harus sewa orang lain? Buang-buang uang... " Alvin menjeda kalimatnya, badannya ditarik kembali kebelakang.

".... Lagian nggak tiap hari juga, dua atau tiga hari sekali juga boleh"

Jawaban Alvin memutus pembicaraan keduanya, karena detik selanjutnya pelayan datang mengantarkan pesanannya. Keduanya sama sama menikmati sajian dalam diam. Hanya ada denting sendok yang bersahutan di meja itu.

Setelah selesai makan, Zee menyesap Es lemon tea nya. Kemudian mengelap bibirnya dengan tissue. Alvin pun melakukan hal yang sama bedanya adalah Alvin memilih air mineral sebagai minumannya.

Zee kembali dengan pikiran nya, dia bertekat keluar dari lingkaran Dosennya ini, ia menghela nafas lelah.

"Pak"

Alvin mendongak melihat ke arah Zee tanpa menjawab, ia masih menunggu kata lanjutan yang akan di keluarkan Zee. Zee yang menyadari itu kembali bersuara.

"Emm..Gimana kalau saya ganti ruginya pake uang aja ya Pak. Bapak mau saya ganti berapa? " Gadis itu mencoba bernegosiasi dengan Dosennya itu.

"Sepuluh juta" Ucap Alvin tenang.

"Mahal banget pak, lagian lecet nya dikit doang. Ini namanya pemerasan Pak " Protesnya.

Sepuluh juta uang dari mana coba? Bahkan kalaupun Zee bercerita ke orangtua ia tidak yakin akan dikasih. Kemungkinan malah Zee tidak diizinkan lagi memakai motornya.

"Saya memang suka meras Ra, tapi bukan meras uang"

Gadis itu masih belum paham dengan apa yang dikatakan pria di depannya ini. Dahinya mengernyit, menantikan penjelasan. Sedangkan Alvin menyadari jika gadis di hadapannya menunggu lanjutan kalimatnya, kemudian membuka suara.

"Saya mau meras yang lain aja"

Alvin menaik turunkan alisnya lantas tersenyum, pria itu sebenarnya kaget saat pertanyaan itu keluar dari mulutnya terlebih dilayangkan kepada mahasiswinya itu. Karena memang sebelumnya ia tak pernah dengan gamblang menggoda seorang cewek.

Zee melayangkan tatapan horror ke pria di depannya, tangannya mengepal di atas meja. Gadis itu jelas tau kemana arah pembicaraan itu dilihat dari ekspresi yang ditunjukkan Alvin. Selanjutnya kepalan tangannya menggebrak meja.

"DASAR DOSEN MESUM!! SAYA BENCI SAMA BAPAK"

Setelah mengatakan itu Zee melenggang pergi dari kafetaria, mengabaikan tatapan orang-orang yang menuju ke arahnya. Bahkan ia tak peduli jika Alvin menganggap nya tidak sopan karena berani membentak pria itu. Salah Alvin sendiri yang bersikap tidak sopan juga dengannya.

TRAPPED BY MY LECTURERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang