BAB DELAPAN BELAS

64 2 0
                                    

Happy Reading guys!!!

Gadis itu masih mematung di tempatnya, bibirnya kelu, jantungnya seakan berhenti berdetak, bahkan ia kehilangan kata-kata untuk menjawab pertanyaan dari Alvin.

"T-tapi Mas–"

"Kenapa Ra?"

Jujur saja, Zee takut menjalin hubungan dengan Dosen. Ia pasti akan menjadi sorotan dan pasti pandangan orang orang terhadap dirinya akan beda.

"Aku takut pandangan orang ke kita nanti Mas"

Alvin men-sejajarkan pandangannya dengan Zee, tangannya membelai lembut pipi gadis itu menyalurkan segala kasih sayang yang ia rasakan.

"Ra, bentar lagi Kak Devan masuk, jadi kita hanya perlu bertahan sebentar sebagai Dosen dan Mahasiswa... "

Alvin menghela napas panjang  ".... Gini, selama aku masih ngajar disana, aku janji akan bersikap profesional Ra, dan kamu masih asistenku. Jadi, kita masih bisa berhubungan seperti biasa, cuman status kita aja yang berubah"

Gadis itu masih mencoba berpikir, ia benar-benar bingung dengan hatinya. Memang benar jika dirinya memiliki perasaan yang sama dengan Alvin, tapi apakah mereka bisa bersikap profesional?

Selama ini bahkan mereka juga sudah dekat tanpa status kan? Jadi apa yang perlu ia takutkan lagi? Zee menghela nafas panjang.

"Jadi gimana?"

Setelah bergelut dengan pikiran dan hatinya, gadis itu mengangguk mantap. Namun, jawaban itu belum membuat Alvin puas, jadi ia menaikkan salah satu alisnya agar Zee memperjelas jawabannya.

"Iya Mas, aku mau"

Di detik berikutnya Alvin menarik Zee kedalam pelukan nya, merengkuh nya dengan kuat seakan takut jika sedetik saja ia terlena , gadis itu akan pergi.

Zee pun tak kalah kuat membalas pelukan Alvin, keduanya sama sama menyalurkan rasa cinta mereka. Di saksikan hamparan laut dan juga matahari yang semakin condong ke barat.

Entah harus bagaimana mereka saling menyalurkan bahagia, bahkan pelukan erat pun rasanya belum cukup untuk mengutarakan perasaan masing masing. Juga tak mempedulikan beberapa pasang mata yang memandang mereka. Benar memang, dunia seakan milik berdua.

Setelah merasa cukup–meskipun sebenarnya nggak akan pernah cukup. Mereka mengurai pelukannya, Alvin menatap gadis itu lekat, pandangan mereka bertemu saling menatap penuh cinta, di temani udara pantai yang semakin menambah kesan damai.

"Makasih udah mau nerima aku Azeera Osenna"

Alvin salah jika ia merasa tidak bisa membuat gadis itu tersenyum bahagia, nyatanya sedari tadi senyuman Zee tak pernah pudar, senyuman tulus yang sialnya sangat manis bahkan lebih manis dari pada biasanya.

"Makasih juga Mas, udah datang ke kehidupan aku"

Pria itu menarik gadis itu supaya lebih dekat dengannya. Lalu ia mendaratkan bibirnya di dahi gadis itu, mengecupnya dengan lembut. Sementara Zee memejamkan mata sejenak, menikmati perlakuan Alvin.

"Mau naik jetski nggak?" Tanya Alvin setelah melepaskan bibir dari dahi Zee.

"Emm.. Nggak deh Mas"

"Yaudah, Jalan-jalan dulu yuk di pantai"

Alvin meraih tangan Zee, menautkan jari jemarinya dengan jari Zee, menggenggam nya erat seakan takut Zee hilang di telan keramaian.

Keduanya jalan bersisian di tepi pantai yang menghampar luas, berisi kan jetski yang berlalu lalang melaku di atas air laut. Rambut sebahu Zee yang tergerai indah tersapu semilir angin pantai, sesekali ia merapikan helaian yang menutupi wajah cantiknya.

TRAPPED BY MY LECTURERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang