Chapter 22 [Pewaris Tunggal]

32 2 0
                                    

"Semakin kamu dewasa, semakin kamu dituntut untuk selalu terlihat baik-baik saja, meski kamu sedang merasa sehancur- hancurnya".
--- Dr. Zidan Laksana ---

___

"Apa itu sudah terkirim?"
"Sudah Tuan, saya sudah mengirimkannya. Tapi, masih belum ada jawaban..."
"Bagaimana ini, Acaranya akan diadakan empat hari lagi, baiklah setelah jam makan siang. Apa aku punya waktu?"
"Emm-, tuan setelah jam istirahat ada briefing dengan para kolega dari Perusahaan kuliner, Tuan".
"Begitu ya, apa perlu aku undur?"
"Tuan ingin mengundurnya?"
"Iya lakukan saja..."
"Ba- baiklah Tuan"

"Siapkan mobil untuk kesana, Segera!"
"Si-siap Tuan!!"

___

Disaat yang sama, seorang siswa berlari kearah mereka bertiga yang sedang berbincang di dalam Kantin sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disaat yang sama, seorang siswa berlari kearah mereka bertiga yang sedang berbincang di dalam Kantin sekolah. Dan berkata,

"Kak Amira!! Aku lihat tadi, ada orang memakai jas masuk kedalam Sekre mu Kak!!"

Mereka terdiam sejenak, berusaha mencerna apa yang dia katakan.

"Memakai Jas? Jangan bilang!!"

Ya, mungkin hari itu, adalah hari dimana Amira selalu berlari. Dia meninggalkan kedua temannya itu dan handphone serta makanan yang masih panas.

"Ra!!"
"Kakak!!
Ucap mereka berdua.

Memang jaraknya tidak sejauh itu dari kantin sampai ruang kesiswaan, tapi raut wajahnya yang seakan-akan Takut dan khawatir itu membuat Aira dan Yuda bingung.

"Lihat, kakak kelasmu hari ini kaya orang gila". Ucap Yuda kepada Aira yang ikut menyusulnya.

Saat mereka ada di tangga, mereka melihat Amira yang terdiam dibawahnya, menatap keatas dari bawah tangga.

"Kakak!!" Kata Aira seru.

Langsung saja Amira menoleh kearah mereka, dan langsung bergegas naik.

"Lihat Kan? Ngak jelas emang orangnya"
Ucap Yuda kembali.

Saat Amira ada dilantai dua, dia langsung membuka pintu tempat mereka berkumpul itu. Jam menunjukkan pukul istirahat jadi ruangan itu kosong, dan Amira melihat hal yang ia tidak inginkan.

"Ayah!!"

"Apa yang kau lakukan disini? Sudah aku bilang!!-"
Amira mulai mendekatinya.

"Kau perlu ini bukan?"
Tangan ayahnya mengangkat berlembar-lembar sebuah map dan kertas.

"Turunkan itu ayah!!"
Amira tak berani untuk mendekat lagi.

"Masukkan itu, dan pergi ke mobil"
Ucapnya tak menghiraukan putrinya itu, dan berbicara pada anak buahnya.

"Ayah!! Itu dokumenku- tidak ada hak kau untuk menyentuhnya, Ayah!!"

"Lalu kenapa kau tidak mendekat dan merebutnya dariku?" Tanyanya sembari ia yang mendekat pada putrinya.

ABHIMIRA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang