Odious - 1

4.4K 296 20
                                    

.

.

.

Commission Story Written by BukiNyan



Commission Story Written by BukiNyan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

Ini soal waktu sampai semuanya terbongkar mengingat suka-duka perihal percintaan di kantor itu kadang kala menjadi hal paling melelahkan. Beruntung perusahaan yang mempekerjakannya tak mempermasalahkan hubungan di dalamnya, meskipun sebaiknya memilih untuk tidak membicarakannya.

Hinata masih mendengarkan temannya menceritakan masalah asmara yang pelik. Belum lagi dibumbui oleh kisah ranjang panas yang membuat bulu kuduknya berdiri—bayangkan dia seperti mendengar cerita horor sampai membuat telapak tangannya berkeringat atau mungkinkah dia lagi-lagi terserang gugup? Ah, naluri sebagai seorang wanita membuatnya membayangkan kisah-kisah manis itu terjadi padanya juga, tetapi Hinata tak sekalipun pernah siap.

“Setelah pulang dari kantor, mampir ke Izakaya, yuk?” tawar teman Hinata.

“Sepertinya aku tidak bisa. Bukan berarti aku tidak mau pergi bersamamu, tapi aku ada janji.”

“Janji dengan siapa?” Hinata melirik temannya yang buru-buru mendekati, ingin mendengarkan lebih banyak tentang kisah asmara Hinata yang selalu ditutupi. Dia tahu kalau Hinata sedang berhubungan dengan seorang pria, tapi gadis itu tak pernah membicarakannya. “Laki-laki? Kau punya pacar?”

“Iya, mungkin bisa dibilang begitu. Kami sudah dekat sekitar empat bulan ini, tapi tidak ada kemajuan dalam hubungan kami,” temannya, Tenten, si gadis bercepol dua itu pun membulatkan mulutnya. Ia tahu mengapa hubungan itu menjadi dingin, mengingat Hinata gadis yang paling lurus di antara gadis dari tim pemasaran. Kalau boleh sedikit membicarakan kehidupan Hinata, gadis itu tidak lebih dari mementingkan pekerjaannya daripada segala macam yang berhubungan dengan asmara. Tidak heran, kalau akhirnya sekalipun gadis itu tak pernah memiliki hubungan.

“Apa kalian sudah melakukan seks?”

Hinata merengut. “Harus seperti itu?”

“Di zaman ini kau masih jadi gadis kolot?” Hinata menghela napas. “Sulit membicarakannya dengan gadis sepertimu, tapi kita butuh yang namanya kenyataan.”

“Apakah hubungan dengan adanya seks itu kenyataan?”

“Semuanya akan hambar jika kita hanya melakukan kisah manis seperti remaja kasmaran.”

“Aku hanya akan melakukannya jika aku menikah nanti,” Tenten dibuat tertawa karena Hinata, padahal dia tidak berniat untuk melakukannya yang mungkin saja membuat Hinata merasa dikucilkan. Namun gadis itu sepertinya tidak bereaksi apa-apa kecuali wajah merengut karena aneh mendengar tentang seks yang mereka bicarakan bersama-sama.

ODIOUS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang