04. Lavender, Olivander, dan Ayah.

175 33 10
                                    

╭──────༺♡༻──────
"Mitosnya, orang bakal nemu jodohnya di usia 16 tahun, aku tidak percaya, namu kamu membuatku percaya hal itu setelah bertahun-tahun"
╰──────༺♡༻──────╯

Happy Reading

Saat ini Aruna sedang berada di perpus, meremat benda berbentuk persegi yang tengah ia pegang. Hembusan nafas panjang terdengar di hening nya ruangan yang di penuhi aroma kertas itu.

Aruna meletakkan Ponsel yang ia remat secara kasar di atas meja lalu memilih untuk memandang keluar jendela, waktu menunjukkan pukul 16.37 yang artinya sekolah sudah dibubarkan 37 menit lalu. Namun, gadis dengan rambut legam yang di kuncir kuda itu masih betah di dalam perpustakaan Tri Veda.

Layar ponsel nya menunjukkan sebuah postingan dimana terdapat dirinya dan Laki-laki yang baru ia temui beberapa hari ini. Benar saja ucapan Clarence, ia sudah menjadi topik dalam akun Base Tri Veda.

"Betah banget di perpus."

Sebuah suara yang belum lama ini ia dengar berhasil mengalihkan netra gelap milik Aruna. Dia sedikit mengangkat pandangannya pada Laki-laki yang sedang memandang ke arah luar jendela. Tak lama pemilik suara itu menatap Aruna dengan senyum kecil, netra nya rak sengaja terpaku pada ponsel yang tergeletak di atas meja.

"Maaf soal itu, mungkin lo ga nyaman. Tapi lo tenang aja bentar lagi di hapus kok" ucap Laki-laki tersebut yang tak lain adalah Naveen, Laki-laki yang akhir-akhir ini selalu Aruna temui di mana-mana. Sedangkan Aruna masih terdiam.

"Lo belum mau pulang? Sekolah udah sepi." ucap Naveen.

"Sebentar lagi." jawab Aruna singkat. Naveen mengangguk-angguk.

"Mau pulang bareng?" tawar Naveen.

"Thanks, tapi lo duluan aja gue mau mampir ke toko yang ada di gang ujung."

"Toko? Em, kalo gitu gue boleh ikut?" Aruna dahi Aruna mengerut.

"Ga boleh ya?" tanya Naveen memastikan.

"Lo yakin?"

"150%" jawab Naveen dengan senyuman.

Keduanya berjalan ke toko yang di sebut Aruna tadi, Naveen memerhatikan Aruna yang sepertinya menikmati perjalanan mereka sore ini.

"Kenapa ga pake motor aja? Tanya Naveen membuka pembicaraan.

"gue lebih suka jalan santai kayak gini, apalagi sore hari. Lo bisa menikmati udara sore dan ngeliat langit di sore hari."

"Tapi kan pakai motor juga bisa, pelan-pelan."

"Beda, kita bisa nikmati udara sore pakai motor tapi pernah gak lo nikmatin udara sore sambil jalan-jalan santai?"

"Nggak pernah sih, karena menurut gue pakai motor lebih cepet aja." sedangkan Aruna banyak menggeleng tipis

Pembicaraan mereka terhenti saat sampai di depan toko dengan tulisan "Olivander" sebagian besar bercat putih dan coklat yang terlihat klasik seperti toko barang antik yang dibangun di era 80an. Bukan hanya itu saat keduanya melewati pintu masuk, terdapat lonceng yang berbunyi menandakan bahwa ada pelanggan. Naveen melihat-lihat sekeliling Toko, dimana banyak sekali barang-barang antik dan juga kaset-kaset lama sekaligus piringan hitam yang berisi lagu era 80an dan 90an.

"Kirain tidak jadi datang hari ini." ucap seorang pria berumur sekitar 40 tahun, yang kebetulan adalah pemilik toko Olivander. Paman Cheng namanya, tapi Aruna memanggilnya Om.

Aruna tersenyum "pesanan ku udah ada Om?" tanya Aruna.

"Ahh, sebentar Om ambilkan dulu di dalam."

Aruna mengangguk lalu seperti biasa ia berkeliling dan memandangi barang-barang di dalam toko.

ALOHOMORA: Dari Naveen Untuk Aruna (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang