22 || Kali Kedua untuk pertama

49.3K 5.9K 2K
                                    

Jangan lupa vote komen, ya, biar cepat updatenya.

ceritaku ada yang lagi PO nih, siapa tau di antara kalian ada yang mau mengkoleksi karya 12kentang mhehe. Novel ALZHEIGARA, masih pre-order di shopee lovrinz. Jangan lupa check out, ya☺️

kangen ga sama ZINNIA? udh 3 hari ga update kayaknya.

Selamat membaca, yaa🖤

.
.

"Ngulangin apa?" bingung Zaya.

"Datang ke sana diam-diam."

"Hah? Kak Zayden pernah ke sana diam-diam?" tanya Zaya dengan mata terbelalak tidak percaya.

"Biasa aja reaksinya," balas Zayden terkekeh.

"Ya wajar reaksinya kayak gini, aksinya Kakak soalnya bikin aku shock!" seru Zaya.

"Aksi reaksi." Zayden tertawa.

"Stop-stop! Jangan pancing Zaya bahas soal pelajaran," beber remaja itu cemberut.

"Eh, Kak ... Zaya ikut, ya?"

"Ikut ke mana?" Dahi Zayden mengernyit.

"Ke rumah kak Zaina, di pesantren, kan? Ih, mau ke sanaaaa," rengek Zaya.

"Enggak boleh," tolak Zayden mentah-mentah.

"Kok gituuuu?"

"Kakak ke sananya tengah malam, Zaya--"

"Enggak sopan bertamu tengah malam, Kak."

Zayden menghela napas. "Tadi, kan, udah bilang kalo ke sananya secara diam-diam," jelas Zayden mengacak rambut Zaya.

"Kenapa nggak habis isya aja? Bertamu dengan baik-baik," saran Zaya.

Zayden terdiam sejenak. Sebenarnya memang ingin begitu, tapi ia enggan. Ia harus mengatakan apa jika bertemu dengan Gus Arfa.

Zayden masih diam. Ia berpikir jika datang diam-diam pun sepertinya tidak mungkin bisa bertemu dengan Zaina langsung. Akan susah untuk ia melewati berbagai rintangannya nanti. Seperti tembok pesantren, menghindari santri yang tentunya terbiasa belajar saat tengah malam, belum lagi cara masuk ke ndalem tambah lagi jika misal ia kepergok ibu mertua atau lagi-lagi Arfathan?

"Terlalu banyak rintangan," gumam Zayden tanpa sadar.

"Hah? Rintangan apa, Kak?"

"Rintangan mahabbah," jawab Zayden dengan asal.

Zaya menepuk jidatnya.

"Terserah, Kakak, deh ... Zaya nggak jadi ikut. Sepertinya merepotkan," ujar Zaya tertawa.

"Iya, lebih baik begitu. Kamu belajar aja sana, besok ada ulangan, kan?"

"Ih, kok kakak yang ingat, sih?"

"Harus terbiasa ingat jadwal-jadwal kamu, karena minggu depan kakak nggak bisa ingetin kamu setiap saat seperti biasa," jawab Zayden. Zaya langsung cemberut.

"No problem, nanti aku bakal tempel tugasku di depan cermin biar ingat," ujar Zaya. Zayden tertawa, lelaki itu langsung menarik adik semata wayangnya itu ke dalam pelukannya.

"Semangat," pesan Zayden.

"Selalu. Harusnya Zaya yang bilang gitu," ucap Zaya. "Semangat!" lanjutan berseru.

"Semangat!" seru mereka berdua.

***

Saat ini, tepat saat jam 12 malam Zayden sudah berada di depan gerbang pesantren. Ia memutuskan untuk datang secara baik-baik. Namun, tetap saja ia tidak memberitahu Zaina ataupun—Akifah—ibu mertuanya.

𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang