≪•≪•◦ ❈ ◦•≫•≫
“Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah berjuang. Jangan menyerah, menyerah berarti menunda rasa senang di masa depan.”
~Imam Syafi'i~≪•≪•◦ ❈ ◦•≫•≫
Part ini setengahnya diganti. Jadi nggak bisa diskip-skip lagi walau tim baca ulang🌚 tapi terserah sih, itu hak yang baca:)Happy reading<3
.
.
.Setelah sebulan menjalani masa pemulihan, kini Zaina—gadis yang memakai gamis berwarna violet itu akhirnya bisa merasakan nikmat yang diberikan oleh Allah berupa oksigen yang ia hirup. Matanya terpejam kala menghirup udara segar yang sudah lama tidak ia rasakan dengan khidmat, di depannya terdapat hamparan rumput yang cukup luas. Ia sering kali datang ke sana di kala sore hari. Setelah setengah tahun, kini ia kembali datang ke tempat itu.
"Assalamualaikum, Ning Zaina." Seseorang mengagetkan Zaina. Gadis itu lantas membuka matanya, lalu menoleh.
[Ning: Sebutan untuk anak perempuan pemilik pesantren, kalau laki-laki biasanya dipanggil Gus]
"Waalaikumsalam, eh, Dila?" jawab Zaina. Gadis itu tersenyum, lalu mengkode lawan bicaranya untuk duduk di sebelahnya.
"Dila senang banget setelah dengar kabar kalo Ning Zaina udah pulih dan kembali lagi ke pesantren ini. Dila sama teman-teman kangen belajar sama, Ning." Dila berseru dengan wajah berbinar.
Zaina tersenyum. Ia juga merindukan saat-saat itu. Gadis yang diperkirakan kelas 2 Aliyah di depannya itu cukup dekat dengannya. Umur mereka hanya terpaut 4 tahun saja. Zaina yang memang tidak punya saudari perempuan ataupun teman di area pesantren, hal itu membuatnya kerap bergaul dengan santriwati di sana.
"Dila apa kabar?"
"Alhamdulillah baik ... Ning, sendiri?"
"Alhamdulillah sudah lebih baik," jawab Zaina. Tidak lupa dengan senyuman yang terpatri pada wajah cantiknya.
"Bagaimana enam bulan ini?"
Dila menunduk sedih. "Semenjak meninggalnya Kyai, sampai sekarang duka itu masih terasa, seluruh pesantren merasa kehilangan ...."
Zaina yang semulanya tersenyum langsung murung. Ia mengalihkan tatapannya ke arah depan. Dila yang merasa salah bicara langsung merasa tidak enak.
"Ning, maaf .... Dila nggak bermaksud buat Ning sedih," ucap Dila.
Zaina menghapus jejak air matanya yang sempat jatuh. Ia menarik napas dalam, lalu tersenyum. Gadis itu kembali menoleh ke arah Dila setelah ia berhasil tersenyum.
Dila tentu saja tau senyuman itu sangat sulit ditunjukkan. "Ning boleh cerita ke Dila, apapun akan Dila dengar."
"Banyak hal yang berubah selama setengah tahun ini, ada begitu banyak yang tidak aku ketahui, ada banyak hal yang sepertinya ditutup-tutupi dari aku, begitu banyak rahasia sampai aku bingung ...."
Dila masih setia mendengarkan ungkapan Ning-nya itu.
"Dila, ini jam berapa?" tanya Zaina tiba-tiba.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀
RomansaZINNIA : CINTA TANPA KOMA Tersedia di TBO dan Gramedia📌 ≪•◦ ❈ ◦•≫ Fyi: alurnya masih berantakan, yang rapi versi novelnya. Gak maksa kamu buat baca, kalau gak suka nggak usah ninggalin komen yang buruk-buruk. ≪•◦ ❈ ◦•≫ Menikah dengan orang yang dic...