35 || Jujur 1/4

39.4K 5K 3.3K
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ☺️🙏

Komennya di setiap paragraf ya, biar cantik 🙂

⚠️Dilarang keras menjiplak, mengcopy, meniru, memplagiat cerita ini dalam jenis apapun. Apalagi berlindung dengan kata terinspirasi ⚠️

~HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH ALLAH~

••SELAMAT MEMBACA••

"Saya senang," ungkap Zayden.

"Kok saya lagi?"

Zayden meringis. "Maaf, masih belajar," jawabnya.

Zaina terkikik. "Kak ...."

"Hm?"

"Aku mau kasih sesuatu yang penting ...."

Alis Zayden bertaut. "Apa?"

"Maksudnya sesuatu yang penting," jelas Zaina.

"Tentang?"

Zaina menarik napas dalam. Ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Apa ia benar-benar sudah sanggup untuk mengatakan hal ini kepada Zayden?

Apalagi jika nanti setelah ia katakan, apa Zayden masih mau menerimanya?

Ada ketakutan besar yang dirasakan Zaina saat ini. Lebih baik sekarang, karena cepat atau lambat, Zayden harus tau juga.

"Zaina Alayya," ucap Zayden. Ia semakin penasaran dengan apa yang akan Zaina katakan. Namun, saat melihat kegugupan Zaina membuatnya tidak tega.

"Kalo belum siap jangan dipaksa, tentang apapun itu. Jangan memberatkan kamu sendiri, apalagi karena saya ...." ungkap Zayden. "Maaf, pake saya lagi," lanjutnya terkekeh.

"Tapi Kak Zayden harus tau ini," balas Zaina dengan wajah menyendu.

"Saya—aku nggak mau dengar apapun jika itu buat kamu sedih," pungkas Zayden kemudian bangkit, tapi Zaina menahan pergelangan tangannya. Zayden kaget, sebab Zaina duluan yang menyentuhnya.

"Tolong ...." Ucapan Zaina melirih.

Melihat itu Zayden jadi tidak tega. Ia kembali duduk di sebelah Zaina. Ia menatap lekat gadis yang kini juga tengah menatapnya. Tumben sekali Zaina tahan, pikir Zayden. Karena biasanya gadis itu akan langsung menunduk.

"Kenapa, hm?" Zayden bertanya dengan lembut agar Zaina tidak terlalu gugup.

Tanpa Zayden sadari itu justru membuat Zaina menjadi lebih gugup, apalagi dengan suara lembut itu.

"Sebenarnya Ayana ...."

"Hm?"

"S-ebenarnya Ayana udah nggak suci, a-aku udah kotor, aku nggak layak untuk, Kak Zayden."

Zaina memejamkan matanya dengan erat, ia tidak berani menatap Zayden setelah mengatakan itu. Ia sungguh takut. Takut dengan segala hal yang belum tentu terjadi. Terlebih lagi ia tidak mendapat respon dari Zayden. Hal itu membuat Zaina semakin berpikiran bahwa Zayden jijik kepadanya.

"Maafin aku, Kak Zayden. Maaf ... maaf karena baru bilang sekarang, a-aku takut dan aku nggak pantes untuk kamu, Kak. Maaf aku egois, maaf hiks ...."

"K-kak Zayden boleh benci aku, boleh maki aku, boleh jijik sama aku karena aku memang semenjijikan itu--"

"Diam, Zaina!"

Zaina langsung terperanjat. Untuk pertama kalinya ia mendengar Zayden berbicara dengan nada tinggi kepadanya.

"Tatap saya sekarang," tegas Zayden. "Tatap saya, Zaina Alayya," sambungnya lagi.

Dengan takut Zaina membuka matanya. Hal pertama yang ia tangkap dari mata Zayden adalah sorot kecewa. Melihat itu hati Zaina terasa ditusuk-tusuk, padahal ia sudah bersiap-siap dengan segala hal yang terjadi, tapi kenapa sakitnya lebih meningkat beberapa kali lipat?

𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang