62 || Menyusul

11K 1.3K 1K
                                    

vote vote vote vote vote vote vote vote
komen komen komen komen komen

__________________________________________

"Astaghfirullah... jangan-jangan Kak Zayden lihat yang tadi, terus dia ngira yang nggak-nggak?"

"Lihat apa, Na?" tanya Gus Arfathan.

"Tadi Zaina sempat ditinggal berdua di ruang tamu sama Ali, sedangkan Alisa izin ke kamar mandi. Cuma sebentar kok. Apa Kak Zayden cemburu gara-gara itu?" jawab Zaina.

"Masa iya cuma itu cemburu?" tanya Gus Arfa.

Zaina mengangguk.

"Kalo beneran Kak Zayden lihat, itu berarti letak salahnya Zaina di situ. Kak Zayden memang begitu, jangankan sama manusia, sama Zona aja kadang kalau Zaina lebih dulu kasih makan Zona, Kak Zayden bakal cemburu terus diemin Zaina."

Gus Arfa geleng-geleng tidak habis pikir. Ada, ya, orang begitu, pikirnya.

"Zaina harus apa?" tanya Zaina dengan lesu.

"Minta maaf, gih, tapi sholat dulu," jawab Gus Arfa.

Zaina mengangguk. Setelah itu ia pamit dan kembali masuk ke dalam kamar.

Zaina langsung mengerjakan kewajibannya yaitu sholat magrib.

Hati Zaina terasa hampa. Setelah menikah, ia jarang sholat sendiri. Biasanya Zayden selalu mengimaminya, kecuali sedang kerja. Namun, kali ini Zayden tidak ada karena alasan yang sangat Zaina takuti. Zayden pergi karena marah padanya.

"Ya Allah, sungguh Zaina takut jika suami Zaina marah. Tolong maafkan kesalahan Zaina dan tolong jauhkan kesalahpahaman antara Zaina dan suami Zaina...."

Zaina terus berdoa dan meminta perlindungan untuk dirinya, suaminya dan rumah tangganya.

Setelah selesai, Zaina meraih ponsel dan langsung menghubungi Zayden.

Zayden tidak mengangkat teleponnya. Sudah berulang kali Zaina mencoba, hal itu membuat Zaina ingin menangis. Selama menikah, ini kali kedua Zayden mengabaikannya.

"Kak Zayden tolong angkat panggilan Zaina," gumam Zaina dengan bibir bergetar menahannya tangis.

"Kak ...."

Pertahanan Zaina hancur. Air matanya langsung menerobos di pipi putihnya. Wanita yang masih menggunakan mukena itu terduduk lemas di samping ranjang. Ia terus mencoba menelepon Zayden, tapi hasilnya tetap nihil.

"Setidaknya kasih Zaina kabar, jangan diam aja kayak gini," ucap Zaina di sela tangisnya.

"Zaina bakal berusaha jaga diri Zaina setelah ini, Zaina nggak akan ketemu orang tanpa izin kamu, Kak... seandainya kamu mau kurung Zaina di rumah, Zaina ikhlas."

"Kak Zayden angkat telepon Zaina, balas pesan Zaina... tolong, Kak ...."

Di sisi lain, Zayden baru saja selesai mengerjakan sholat magrib di masjid. Ia sengaja tidak membawa ponsel, untuk itu ia tidak mengetahui usaha istri yang sedang menghawatirkan dirinya.

Sampainya di rumah, Zayden langsung ke dapur. Karena mood-nya belum juga membaik, ia memilih untuk memasak mi instan.

Jika ada Zaina, Zayden tidak akan diberi kesempatan untuk memakan mi instan. Stok masakan Zaina selalu ada di atas meja. Ketika tengah malam pun jika Zayden kelaparan, Zaina akan dengan senang hati memasak.

"Ayana...."

Antara rindu dan marah. Zayden ingin bertemu Zaina, tapi egonya masih ingin mengabaikan Zaina.

𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang