RADEV: SATU

10K 439 25
                                    

Happy reading

________

"Aku mau putus sama kak Radev," ucap seorang gadis berseragam SMP.

Cowok yang bernama Nathaleo Radev Ganaska, langsung menatap pacar pertamanya yang baru saja mengatakan kalimat yang menurutnya menakutkan. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Radev menyentuh tangan gadis didepannya.

"Ay, kamu lagi bercanda 'kan?" tanya Radev yang berharap kalau yang didengarnya adalah kalimat candaan dari gadis yang sudah mengunci hatinya selama dua tahun.

"Aku gak bercanda, kak. Kita putus dan kak Radev jangan cari aku lagi!" tangan Radev dihempaskan begitu saja, tetapi kenapa hati Radev yang sakit—seperti ditikam benda berat.

Radev ingin mengejarnya, tetapi bel masuk sudah berbunyi. Dirinya sudah kelas 3 SMP dan selama seminggu ini, Radev mengikuti ujian praktek. Dengan berat hati, Radev berbalik menuju kelasnya berada. Mengurungkan niatnya untuk pergi ke lorong kelas 2.

Saat jam pulang telah tiba, Radev bergegas menuju ke kelas 2-A. Ia mencari sosok tambatan hatinya, namun Radev tidak melihat sosok yang ia cari. Radev langsung bertanya kepada salah satu penghuni kelas yang masih belum keluar.

"Dimana Ay?" tanya Radev kepada adik kelasnya.

"Ai udah pulang tadi kak, dijemput mamanya. Katanya Ai mau pindah sekolah," jawaban itu, sukses membuat mata Radev memerah. Tanpa banyak bicara, Radev bergegas menuju ke gerbang untuk keluar dan mengambil motornya yang ia titipkan di warung cukup dekat sekolahnya.

*****

Motor Radev berhenti didepan rumah minimalis, ia turun dari motornya dan mendekati gerbang yang terlihat digembok.

"Ay? Kamu didalam?" panggil Radev dengan berteriak.

Tak mendapatkan jawaban, Radev langsung menaiki pagar setinggi dua meter dengan mudah. Radev melangkah menuju pintu yang ternyata juga terdapat gembok, mencoba melihat keadaan dalam rumah. Radev tidak dapat menemukan siapa-siapa didalam rumah tersebut, semua barang-barangnya tertutup kain putih.

"Ay, kamu kemana? Kenapa pergi gitu aja? Aku gak mau putus sama kamu, Ay."

Radev menekuk kedua lututnya, ia menangis didepan pintu. Bahunya bergetar, Radev berharap sang pemilik rumah membuka pintunya. Tetapi sampai malam tiba, tidak ada seorang pun yang membuka pintunya. Radev sampai dijemput supir keluarganya, karena tidak pulang sampai matahari tenggelam.

Terpaksa Radev pulang dan berharap besok ia melihat gadis yang dicintainya disekolah. Namun, harapan Radev tidak pernah terkabul. Dirinya benar-benar kehilangan sosok orang yang sangat ia cintai, Radev menangis selama tiga hari tiga malam didalam kamarnya. Bahkan Radev sampai jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit.

*****

Pengalaman hidup yang terburuk bagi seorang Nathaleo Radev Ganaska, adalah menangis selama tiga hari tiga malam untuk cinta pertamanya. Radev begitu bego, padahal waktu itu masih SMP. Beruntung Radev memilih SMA elite yang membuatnya tidak bertemu satu pun teman SMP nya. Sehingga, tidak ada yang tahu tentang kebegoan seorang Radev yang saat ini berbeda jauh dengan sosok Radev saat duduk bangku SMP.

"Radev, Papi sudah berapa kali datang ke sekolahmu?" Radev menatap pria paruh baya didepannya tanpa ekspresi.

"Papi sudah lelah, jadi nanti malam kamu harus ikut Papi!" Radev mengangguk malas, cowok itu bergegas pergi ke kamarnya.

Bruk!

"Sialan, si sampah main ketahuan lagi," decak Radev yang baru menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidurnya.

Bukan tanpa alasan, Radev tidak suka ada yang menyentuh dirinya. Apalagi orang itu perempuan, maka Radev akan murka dan membuli orang itu. Itulah kenapa papinya dipanggil ke sekolah.

"Gue bales lo, sialan!" Radev menarik sudut bibirnya, tangannya mengetikkan sesuatu dilayar ponselnya.

"Lo mati!" seringai Radev yang begitu puas melihat mangsanya yang hampir menghembuskan nafas terakhir.

"Lo usik gue, maka lo harus terima konsekuensinya." Radev melempar asal ponselnya, cowok itu mulai memejamkan matanya.

Baru saja memejamkan matanya, Radev sudah dibangunkan. Ternyata hari sudah malam dan dirinya disuruh bersiap-siap untuk ikut papinya. Dengan malas, Radev beranjak dari tempat tidurnya. Karena hari ini dirinya membuat masalah, maka ia akan menuruti perintah papinya. Padahal cowok itu sangat malas untuk pergi bersama papinya, karena keluar versi orang tua—sangatlah membosankan.

Tak sampai lima belas menit, Radev keluar dari lift yang ada didalam rumah besarnya. Ia sangat malas menuruni tangga, apalagi tidurnya terasa masih kurang. Radev melangkah ke ruang tamu, dimana papinya sedang menunggu.

"Astaga Radev, kenapa kamu pakai baju seperti itu?" tanya papinya dengan memijat pangkal hidungnya, mungkin pria paruh baya itu sudah sangat lelah dengan tingkah putra semata wayangnya.

"Apa yang salah?" tanya balik Radev yang tak menyadari kalau papinya memakai jas dengan tatanan yang begitu rapi.

"Kita ingin bertemu dengan orang penting, kamu ganti pakai baju formal." Radev memutar bola matanya, dengan malas ia kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian.

Tidak sampai lima menit, Radev sudah tiba dengan setelan formalnya. Papinya kembali menghela nafas, karena melihat penampilan Radev yang terlihat tidak rapi. Karena waktunya sudah hampir tiba, pria paruh baya itu langsung menarik tangan putranya.

*****

Mobil yang membawa Radev dan papinya, sampai di sebuah restoran ternama. Radev sama sekali tidak bertanya kemana mereka akan pergi. Ia hanya ikut saja, karena malas mendengar ocehan papinya yang tidak akan berhenti membahas kasus di sekolah.

Radev mengikuti langkah papinya, cowok itu berjalan sambil memainkan ponselnya. Mereka sampai di ruangan VVIP yang sudah dipesan untuk pertemuan penting, ternyata mereka yang tiba lebih awal. Sehingga Radev sibuk memainkan ponselnya dan tidak melihat keadaan papinya yang terlihat gugup.

"Mas Artha?" suara seseorang membuat Radev mengerutkan alisnya, cowok itu menaikkan pandangannya dan melihat sosok wanita paruh baya yang ia kenal.

"Tante Meira?" panggilan itu terlontar begitu saja.

Wanita paruh baya itu menoleh kearah Radev, terlihat raut terkejut saat melihat soosk Radev.

"Radev?" meskipun terdengar tidak yakin, tetapi Meira masih mengingat namanya.

"Kamu kenal dengan putraku?" tanya papi Radev yang dibalas senyuman tipis.

"Radev teman putriku saat SMP. Sebelum kami pindah, Radev sering bermain di rumah kami," jelas Meira membuat Radev mengernyit.

"Begitu, dimana Aileen?" tanya papi Radev membuat Meira menunjuk kearah pintu. Terlihat seorang gadis cantik yang memakai gaun berwarna biru, Radev menatap lurus sosok yang telah menghilang hampir tiga tahun itu.

"Radev, meskipun kamu sudah mengenal mereka. Papi tetap mengenalkan kalian, dia Meira yang akan menjadi ibu sambungmu dan Aileen yang akan menjadi adikmu," ujar papi Radev dengan memperkenalkan sosok yang akan menjadi bagian dari keluarga mereka. Radev terdiam dengan tatapan menusuknya, cowok itu menatap lurus sosok Aileen yang sedang menundukkan kepalanya.

"Apa kamu tidak keberatan kalau Papi menikah?" Radev menarik sedikit sudut bibirnya, tatapannya tak seditikpun teralihkan dari sosok Aileen.

"Tentu saja," jawaban itu membuat Aileen mendongak dan tatapannya beradu dengan tatapan tajam milik Radev.

Dibawah meja, Aileen meremas kuat gaunnya. Entah kenapa perasaannya mulai tak nyaman, apalagi saat tahu kalau orang yang akan menjadi ayah tirinya—papi dari Radev yang selalu sibuk dan tak sempat bertemu dengan Aileen saat gadis itu masih memiliki hubungan dengan Radev.

"Aku juga senang, bisa punya adik secantik Aileen." Kalimat itu membuat seluruh tubuh Aileen merinding.

________

To be continue

NEXT???

RADEV || Step DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang