Happy reading
Tandai typo kalau ada
—
Aileen kembali bersekolah, keadaannya sudah membaik dan tidak ada alasan untuknya tetap izin sakit. Gadis itu tidak mau ketinggalan pelajaran yang begitu berharga, Aileen termasuk orang yang sangat rajin.
"Radev, hati-hati membawa mobilnya. Ada Aileen yang bersamamu," pesan Artha kepada putranya.
"Papi selalu curigaan sama Radev?" kesal Radev sebelum menarik tangan adik tirinya untuk segera masuk ke dalam mobil.
Seperti biasanya, Aileen akan berangkat bersama kakak tirinya ke sekolah. Beberapa hari ini Radev memang sedikit susah mencari celah untuk menyiksa adik tirinya, karena keberadaan papinya yang selalu berada di sekitar Aileen.
"Hati-hati!" Artha memperingati putranya, saat mobil Radev mulai meninggalkan halaman rumahnya.
Selama di perjalanan, keduanya tidak membuka suara sedikit pun. Aileen terlihat begitu tegang, bahkan gadis itu beberapa kali menahan nafasnya.
"Kalung lo bagus, dapat dari mana?" tanya Radev yang tiba-tiba menghentikan mobilnya di jalanan yang sangat sepi.
"Dari Papi," jawab gadis itu dengan jujur, karena kalung yang dipakainya adalah hadiah yang diberikan oleh Artha kemarin malam.
"Lo gak cocok pakai barang kayak gitu," pemuda itu memperhatikan kalung yang berada di leher jenjang adik tirinya.
"Aku akan melepasnya," Aileen memegang kalung di lehernya, ia akan melepasnya kalau kakak tirinya tidak menyukainya.
Sreg!
"Akh!"
Gadis itu memekik, saat Radev menarik kalungnya dengan kasar dan pemuda itu menyimpan kalung tersebut di saku celana seragamnya.
"Nah gini baru cocok buat lo!" Radev mengusap leher adik tirinya yang memerah, karena gesekan dari kalung yang ia tarik barusan.
Aileen memejamkan matanya, kulit lehernya terasa perih dan panas. Radev bukan ingin mengambil kalung tersebut, melainkan ingin memutuskan leher adik tirinya dengan kalung itu.
"Tumben gak nangis? Apa yang barusan gak sakit?" pemuda itu memiringkan kepalanya, menatap adik tirinya dengan tatapan tajamnya.
Aileen berusaha keras untuk tidak menangis, gadis itu tidak mau kakak tirinya semakin senang kalau melihatnya menangis.
Aileen lebih memilih mengalihkan pandangannya, tetapi yang dilakukannya membuat Radev semakin marah.
"Lo berani sama gue?!" pemuda itu menarik kasar dagu adik tirinya.
"Kak, kita bisa terlambat ke sekolah," ucap Aileen dengan susah payah, gadis itu merasakan dagunya akan hancur.
"Gue gak peduli, kita bisa bolos."
Radev menarik wajah adik tirinya untuk mendekat, pemuda itu menatap mata cokelat keemasan milik Aileen yang terlihat mengembun. Sebentar lagi gadis itu akan menangis, Radev tidak sabar untuk melihat air mata dari adik tirinya.
Hug!
Entah bagaimana cara melepaskan cengkeraman di dagunya, Aileen tiba-tiba memeluk kakak tirinya begitu erat. Radev terdiam, pemuda itu tidak bisa menguasi tubuhnya sendiri.
"Kak, maaf kalau aku punya salah sama kak Radev. Aku mohon sama Kakak, tolong jangan kasar sama aku," ucap gadis itu yang sudah lelah menghadapi sikap Radev.
KAMU SEDANG MEMBACA
RADEV || Step Devil
RomanceYoung-adult; 18+ "Aku mau putus sama kak Radev," ucap seorang gadis berseragam SMP. Sebuah kalimat yang bisa membuat seorang Nathaleo Radev Ganaska menangis selama tiga hari tiga malam. Ini adalah pengalaman terburuk dalam hidup Radev, diputusin sa...