Happy reading dan tandai typo kalau ada
___
Sebelum matahari terbit, Radev membangunkan Aileen yang tertidur di sofa dan menyeret adik tirinya untuk kembali ke rumah. Beruntunnya orang suruhan Radev yang menjaga gerbang dan ia bisa masuk tanpa ketahuan oleh orang-orang Artha. Sehingga tidak ada kecurigaan dari kepala pelayan, saat keduanya melakukan sarapan di ruang makan.
Seperti sebelumnya Aileen akan berangkat ke sekolah bersama Radev. Untuk alerginya, gadis itu masih menyimpan obat-obatnya. Sehingga ia tak terlihat seperti orang sakit, hanya saja wajah pucatnya ia poles sedikit. Selama didalam mobil, tak ada yang membuka suaranya.
"Kejadian waktu gue mabuk, gue gak inget apa-apa. Jadi lo gak boleh inget tentang semalam!"
Radev membuka suaranya, saat lampu merah menyala. Angka menunjukkan detik tujuh puluhan, itu sangat lama bagi Aileen yang ingin cepat-cepat berjauhan dari Radev yang sekarang.
"Akh!" Aileen memekik, gadis itu mencoba melepaskan cekikan Radev dilehernya.
"Gue kira lo bisu, soalnya gak jawab pertanyaan gue," Radev tak melepaskan tangannya, tetapi ia sedikit melonggarkan cekikannya.
Tatapan pemuda itu terlihat berkilat, apalagi melihat penampilan Aileen pagi ini. Terdengar geraman dari pemuda itu, wajahnya mendekat dan gadis itu menahan nafasnya. Aileen tersadar oleh gerakan kasar Radev di bibirnya, gadis itu menatap lurus wajah kakak tirinya yang sedang terpejam—seperti menikmati apa yang ia perbuat.
"Balas gue Aileen!" desis Radev dengan tatapan marahnya, Aileen masih terdiam.
"Kak, lampunya udah ganti." Radev masih diam di posisinya, pemuda itu mengabaikan suara klakson dari kendaraan di belakang mobilnya.
"Lo babu gue, apa lo mau ngebantah gue?" nada yang penuh ancaman itu membuat Aileen menggeleng cepat.
"Duduk dipangkuan gue! Baru gue jalanin nih mobil!" Radev menepuk pahanya, menunggu Aileen untuk segera duduk disana.
Beberapa orang mulai berteriak marah, tak mau ada yang melihatnya—Aileen bergegas pindah ke tempat yang dipinta kakak tirinya. Radev menyeringai, pemuda itu menginjak gas dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Cium gue, Aileen!" titahnya dengan satu tangan yang meremas pinggang gadis dipangkuannya.
Dengan ragu, gadis itu meraih rahang Radev dan dalam hitungan detik, pemuda itu merasakan bibir hangat yang bergerak kaku di permukaan bibirnya. Radev menghentikan mobilnya di pinggiran jalan yang cukup sepi, tangannya menekan tengkuk Aileen dan kini Radev yang mendominasi ciumannya.
Aileen ingin menghentikannya, namun segala ancaman Radev terus berputar dikepalanya. Ia takut dengan kakak tirinya, sebab Radev benar-benar kejam dan tak memiliki hati. Sebisa mungkin, Aileen mengabaikan rasa sakitnya—bukan hanya dibibir, melainkan hatinya juga semakin hancur.
"Lo ngapain dandan segala? Masih ganjen sama cowok-cowok di sekolah?" tanya Radev setelah melepaskan ciumannya, nafas keduanya saling beradu dan bibir Aileen, kini sangat bengkak dan merekah sempurna. Padahal gadis itu sangat pucat dan menutupi bibirnya dengan liptint.
"Enggak, aku hanya menutupi wajah pucatku," jujur Aileen yang membuat Radev terdiam menikmati getaran ketakutan dari manik cokelat keemasan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RADEV || Step Devil
RomanceYoung-adult; 18+ "Aku mau putus sama kak Radev," ucap seorang gadis berseragam SMP. Sebuah kalimat yang bisa membuat seorang Nathaleo Radev Ganaska menangis selama tiga hari tiga malam. Ini adalah pengalaman terburuk dalam hidup Radev, diputusin sa...