Ini draft terakhir yang ada, kebetulan lagi sakit dan gak memungkinkan untuk update lagi. Jadi cerita ini bakalan update kalau aku sudah sembuh ya, sakitnya kurang darah dan pusing gak ilang-ilang, gak elit banget wkwk 😭
Nanti update pas jam buka puasa ya, biar gak ganggu yang lagi puasa atau libur satu bulan?
Happy reading
Tandai typo kalau ada
________
19.30
Aileen sedang mengerjakan tugas yang dikirim Mala, Evan juga mengirimkan tugas yang sama kepadanya. Beruntungnya ia memiliki dua teman yang sangat baik, sehingga besok Aileen tidak akan dihukum, karena tidak mengerjakan tugas.
Satu jam sebelumnya, ponsel Aileen tidak menyala. Ternyata dayanya habis, sehingga ia baru mengetahui perihal tugas. Gadis itu bahkan menunda makan malamnya, takut tugasnya tidak selesai. Senyuman tipis terbit dibibir pucatnya, akhirnya ia bisa menyelesaikan tugasnya lebih cepat.
Setelah membereskan buku-buku di meja belajarnya, Aileen menata buku yang akan dibawa besok. Ia sudah memiliki jadwal pelajaran, sehingga tak perlu lagi membawa semua buku. Tiba-tiba gadis itu terdiam.
"Aku takut hamil, apa aku beli obat kontrasepsi ya?" Aileen kembali bergetar, ia mengingat apa yang Radev lakukan kepadanya.
"Aku harus beli obatnya!" Aileen beranjak dari duduknya, ia mencari jaket untuk dipakai.
Gadis itu keluar dari kamarnya, ia melirik kamar sebelahnya. Tidak terdengar suara dari dalam kamar Radev, ia tidak mau bertemu dengan kakak tirinya. Aileen bergegas pergi menuju lift, ternyata ada yang memakai lift untuk naik. Gadis itu berharap kalau orang didalam lift bukan Radev, Aileen sedikit trauma dengan pemuda itu.
Ting!
"Mau kemana?" Aileen membeku, ternyata Radev yang ada didalam lift.
"Ma-mau beli obat," Aileen menjawab dengan kepala menunduk, tak mau melihat wajah Radev.
"Obat apa?" wajah Radev begitu dekat, membuat gadis itu menahan nafas.
"Jawab gue Aileen!" geram Radev saat melihat adik tirinya hanya terdiam.
"O-obat sakit kepala," bohong Aileen, karena ia takut Radev menertawakannya. Gadis itu tidak mau Radev mengetahui obat apa yang akan ia beli.
"Lo gak perlu obat, tidur aja sana!" Aileen menggeleng, gadis itu berjalan melewati Radev yang kini mengepalkan tangannya.
Grep!
"Lo mau keluar 'kan?" tanya Radev dengan mencengkeram pergelangan tangan adik tirinya, terlihat Aileen menahan ringisannya.
"Lo boleh pergi, tapi sama gue!" Radev ikut masuk ke dalam lift.
Aileen mencoba melepaskan cengkeraman Radev, karena tangannya semakin sakit. Namun cengkeraman tersebut semakin menyakitkan.
"Lo terus gerak, gue patahin tangan lo!"
Akhirnya Aileen diam, tubuhnya yang lemas menjadi semakin lemas. Bukan karena tidak makan malam, namun tubuhnya memang sedikit tidak enak.
Ting!
Mereka keluar dari lift dengan tangan yang masih bertautan, lebih tepatnya Radev menggenggam tangan adik tirinya. Bukan tanpa sebab, Radev tahu papinya menyuruh orang-orang didalam rumah tersebut untuk mengawasi sikap Radev kepada Aileen.
KAMU SEDANG MEMBACA
RADEV || Step Devil
RomanceYoung-adult; 18+ "Aku mau putus sama kak Radev," ucap seorang gadis berseragam SMP. Sebuah kalimat yang bisa membuat seorang Nathaleo Radev Ganaska menangis selama tiga hari tiga malam. Ini adalah pengalaman terburuk dalam hidup Radev, diputusin sa...