8 : Heartbeat

20.1K 2.5K 104
                                    

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada akhirnya manusia memang harus berhenti menumbuhkan harapan. Ekspektasi yang tidak sejalur itu menyesakkan. Raihan pernah merasakan dalamnya kekecewaan beberapa tahun silam. Kala itu, dia menganggap kalau hanya akan tinggal dan tumbuh dewasa berdua bersama papanya. Namun, tidak berselang lama dari kepergian mamanya, sosok yang terlihat begitu mencintai mamanya itu dengan cepat dan mudahnya mengenalkan orang baru yang kini sudah resmi menjadi istrinya.

Sejak saat itu, hati dan perasaan Raihan seolah ikut mati. Ia tidak lagi berekspektasi terhadap apapun. Seharusnya ia tidak lupa dengan prinsip itu. Kemarin setelah sempat merenung dan menganggap papanya memberi perhatian penuh padanya dengan memilihkan seseorang yang akan menjadi pasangannya nanti, nyatanya kali ini ia kembali dihadapkan pada kekecewaan yang sama. Nyatanya itu bukan bentuk perhatian, tidak ada ketulusan di sana, kala malam ini Raihan mengetahui ada alasan kerja sama antar perusahaan papanya dan Om Hendra—Ayah Kirana.

Perjodohan antar kelurga para petinggi perusahaan bukanlah suatu hal yang asing di kalangan bisnis. Saling menanam saham hingga menjadi jajaran dewan komisaris berdasarkan ikatan keluarga adalah hal yang paling Raihan pahami di dunia keluarga pebisnis. Ia tidak menyangka bahwa papanya dan Hendra Gunawan pemilik perusahaan di bidang yang sama yaitu media itu, akan terang-terangan membicarakan strategi kerja sama antar dua perusahaan di pertemuan makan malam kali ini. Tentu saja, Raihan dan Kirana yang akan menjadi acuan para orang tua ambisius itu.

"Om sangat menaruh harapan terhadap hubungan kalian berdua ini, dilihat-lihat kalian berdua sangat cocok," ucap sang lelaki paruh baya menepuk pundak Raihan pelan.

"Iya, Pi. Kirana sih kemarin sempat ngomong kalau Mas Rai tuh tipe dia banget," lanjut seorang wanita paruh baya, istri dari Hendra Gunawan.

Kirana lantas memberikan reaksi. "Ih, Mami apaan sih. Maaf ya, Mas. Mami tuh suka becanda aja."

Raihan mengusahakan sebaris senyum tipis sebagai bentuk sopan santun. Ia turut mengantarkan keluarga Kirana itu hingga ke depan teras setelah selesai makan malam.

"Raihan juga masih jomblo kok. Selama ini dia fokus kuliah sama berkarir aja pas di Amsterdam." Raihan berdecih dalam hati mendengar sebaris kalimat yang diucapkan papanya. Lantas ia berusaha menahan decakan kesal kala papanya memberikan kode lewat ekor mata.

"Oh iya, Kirana. Minta nomor kamu, boleh?" tanya Raihan. Ia melirik papanya dengan tatapan datar.

Kirana tampak terkejut namun dengan senyum manis ia segera mengangguk. "Boleh, Mas," jawabnya lalu meraih ponsel Raihan yang diulurkan padanya kemudian mengetikan beberapa angka di sana.

Hal itu tentu saja menciptakan senyum lebar di wajah para orang tua. Usai menyimpan nomornya di ponsel Raihan, Kirana kembali mengulurkan benda pipih kepada lelaki itu.

Somebody To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang