26 : Since I Found You

20.7K 2.5K 131
                                    

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raihan meraih pulpen yang terletak di atas meja, mengamati kembali lembaran kertas. Surat pengunduran diri yang diteruskan oleh bagian HRD padanya. Ia kembali mengangkat wajah untuk menatap wanita yang duduk di depan mejanya itu. "Udah yakin banget sama keputusan ini?" tanyanya.

"Udah, Pak."

"Padahal gaji pokok mau dinaikin loh. Apalagi yang double tim. Divisi marketing akan ketambahan sama tim digital juga, makin banyak tim solid. Emang gak mau dipikirin lagi?"

"Tipikal atasan." Naya menahan diri untuk tidak mencibir. "Dari pada ketambahan tim solid, saya malah mau nangis sih ninggalin tim yang sekarang."

"Nah. Emang gak sayang apa ninggalin cool divisi?"

"Sayang..."

"Iya, saya juga sayang."

Sial. Sebuah skill pick-up lines yang benar-benar terasah.

"Sejujurnya saya butuh di support sih, Pak. Jangan malah digodain gini. Gak nyangka ternyata Pak Raihan nih tipe-tipe business man yang yah... sama aja ternyata, suka genit-genit gitu?"

Raihan segera membantah. "Sembarangan. Gak dong, genitnya cuma sama pacar saya aja sih."

Naya tidak bisa menahan senyum. "Oh gitu? Ya udah. Ini udah kan, Pak tanda-tangannya? Saya mau pamitan soalnya, sama yang lain juga..." Naya tidak tahan untuk berlama-lama di ruangan lelaki itu. Bisa-bisa ia akan salah tingkah sepanjang hari.

"You always got my back, kamu tahu itu kan? Aku akan selalu support jalan kamu kedepannya, semoga opening cabang galeri Ayah kamu bisa sukses, semoga kamu juga bisa berhasil handle dengan baik kerjaan kamu. Aku yakin, sangat yakin kalau kamu bisa." Kali ini Raihan benar-benar serius. Ia menatap lurus wanita itu. "Sukses ya, di tempat baru. Kali ini kamu bener-bener punya tanggung jawab yang lebih besar, tapi semoga pengalaman kamu di perusahaan ini banyak membantu kamu untuk berkembang," ujarnya tulus lantas mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

Naya tersenyum balas menyambut uluran tangan. "Terima kasih banyak, Pak Raihan."

"Oke, sama-sama. HRD mau hire personal assistant buat aku. Kalau PA-nya cewek gapapa?"

"Ih, masa cewek sih?" protes Naya tanpa sadar. "Jobdesc-nya apaan aja? Nemenin kamu dua puluh empat jam kalau dinas ke luar kota? Kok serem? Aku parno."

Raihan terkekeh, ia mengangkat alis, berniat menggoda, melangkah memutari meja hingga berdiri di hadapan wanita itu.

Naya menghembuskan napas, kemudian kembali melanjutkan. "Ya gapapa sih sebenarnya. Gapapa... gapapa. Semoga nemu yang sesuai sama ritme kerja kamu yang perfeksionis itu," ujarnya setelah sadar sudah bersikap berlebihan.

Somebody To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang