28 : You Got Me

22.5K 2.4K 95
                                    

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jalanan yang padat dan dipenuhi banyak kendaraan yang bising dengan suara klakson yang terkesan buru-buru itu, semakin membuat Naya memijat kepalanya secara konstan. Satu pekan terakhir ini, Naya memang sangat disibukkan oleh urusan internal cabang galeri mebel yang baru saja dibuka. Ia harus bolak balik kantor Bea Cukai untuk pengurusan barang ekspor berupa furniture rotan yang dikerjakan oleh para pengrajin dan karyawannya.

Hal itulah yang membuat Naya pada akhirnya, menyetir mobil sendiri guna memudahkan pekerjaannya yang selalu terkesan buru-buru dan tidak ingin membuang waktu lama. Culture shock, mungkin adalah sebutan untuk kondisi yang sedang ia alami saat ini. Jika sebelumnya ia sudah terbiasa dengan rute perjalanannya dari apartemen menuju kantor, dengan santai menggunakan transportasi umum maupun online, kali ini rasanya ia benar-benar harus menyetir sendiri.

Sebelumnya, ia juga menghabiskan waktu lebih lama di dalam ruangan, berjibaku dengan laporan dan grafik yang memusingkan, namun kali ini seolah beban kerjanya dua kali lipat dan lebih berisiko setelah resmi mengelola cabang galeri mebel sang Ayah.

Namun, di sela kesibukan yang menerjang, setiap akhir pekan maupun waktu senggang dalam bekerja, ia masih harus menyisihkan waktu untuk persiapan pernikahannya. Tiga bulan adalah waktu yang ditentukan oleh kedua belah pihak keluarga besar untuk persiapan pernikahan. Dan kini, sudah satu bulan berlalu sejak cincin dengan kilau elegan itu tersemat di jarinya.

Naya sendiri merasa waktu tiga bulan terlalu cepat, namun seolah tidak ada yang begitu sulit bagi keluarga calon suaminya itu. Dari seluruh persiapan, WO, Vendor, internal bahkan eksternal sudah terancang dengan baik, terbukti pada suksesnya acara lamaran resmi keluarga satu bulan yang lalu. Iya, kini Naya sudah resmi bertunangan.

Setelah lamaran malam itu, Raihan seolah tidak ingin menunda waktu, di akhir pekan setelahnya, ia bersama keluarga besarnya mendatangi kediaman orang tua Naya di Bogor. Lantas merancang acara pertunangan dengan baik. Sesuatu yang benar-benar membuat Naya takjub. Terlebih saat sang Ayah mengaku bahwa Raihan sudah pernah datang sendiri untuk melamar dirinya.

"Emang harusnya gitu kan? Stepnya ke Ayah dulu baru ke kamu, Mbak," ucap Ayahnya kala itu setelah membeberkan fakta bahwa Raihan sudah lebih dulu mendatanginya. "Kamu tahu gak, Mbak? Satu-satunya kriteria yang akan Ayah lihat di calon suami kamu nantinya apa? Tanggung jawab, Mbak. Selain seiman, orang yang bertanggung jawab adalah orang yang akan Ayah restui. Karena kalau dia berani bertanggung jawab atas dirinya sendiri, sudah pasti dia akan bertanggung jawab sama hidup seorang wanita yang akan dia pilih nanti. Dan kriteria itu bukan sembarangan loh, Ayah benar-benar harus lihat riak yang kuat dari kesungguhan dia. Dan ternyata semua itu ada di Mas Raihan."

Naya sempat tertegun lama, kehilangan kata, dan tidak menyangka. Semuanya terasa begitu cepat dan lancar, hingga pada akhirnya saat ini ia mulai merasa penat. Raihan memberikan keputusan penuh pada dirinya terkait persiapan pernikahan mereka satu bulan terakhir. Lelaki itu mengaku akan setuju terhadap pilihan maupun konsep apapun yang diinginkan Naya, sementara ia memang sedang sibuk-sibuknya menghadiri campaign kantor hingga bolak-balik ke luar negeri bersama Direktur perusahaan dalam urusan bisnis.

Somebody To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang