22 : Maybe One Kiss?

23.5K 2.6K 161
                                    

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam setelah kejadian.

"Gak gitu rumusnya, Rai." Arka menghempaskan tubuhya tepat di sebelah Raihan yang tengah bersandar di sofa dengan mata terpejam. "Ibaratnya nih ya, kalau dalam dunia bisnis, lo itu masih merintis." Lelaki itu menatap prihatin pada sosok Raihan yang terlihat kalut malam ini.

Arka tentunya shock setengah mati. Tidak ada dalam bayangannya orang yang hidupnya terlalu tenang seperti Raihan dihadapkan pada problema antara dua wanita yang cukup menggemparkan di suatu acara seperti tadi. Maka, setelah lelaki itu perlahan menjelaskan situasi yang sebenarnya, Arka tidak dapat menahan diri untuk menghela napas, merasa tidak habis pikir.

"Bil, coba kamu yang jelasin." Arka beralih pada Nabila yang juga ikut serta ke apartemennya. Wanita yang sejak tadi memangku kaki, duduk tenang di seberang sofa itu melipat tangan di atas dada hanya untuk mendengkus usai Arka menyebut namanya. "Coba deh kamu jelasin. Kalau kamu di posisinya Naya, apa yang bakal kamu lakuin?"

"Gak jauh beda dari yang tadi. Bakal aku jambak sama dorong ke kolam kalau perlu tuh orang yang gak punya etika."

Arka lagi-lagi menghela napas. "Bukan gitu. Maksudnya, kamu bakal gimana? Tiba-tiba ada atasan kamu di kantor yang ngomong kalau dia juga suka sama kamu tapi posisinya dia mau dijodohin. Kira-kira respon kamu gimana?"

"Ya kabur lah. Ya kali masih kasih lampu ijo?"

"Nah. Ini persepsi cewek, Rai. Ibaratnya belum juga di tembak, udah keburu mati duluan. Jadi, boro-boro lo bawa ke rumah buat dikenalin ke bokap lo, yang ada dia emang bakal wondering dulu. Dia bakal mikir sejuta kali. Apalagi dia kenal cewek yang bakal dijodohin sama lo," jelas Arka. "Dia masih belum kasih kejelasan aja, udah ada kejadian kayak tadi, apalagi dia langsung dengan tangan terbuka nerima ajakan cowok yang sebelumnya udah ada rencana buat dijodohin..."

"Terus dari sisi Kirana juga gak fair kalau dipikir-pikir. Posisinya udah pernah kenalan nih, udah mulai ngomongin progress, ya walaupun belum sampai tahap yang bener-bener tunangan, tapi kan udah beberapa kali ketemu, ya wajar dia punya harapan buat hubungan kalian berdua..." Nabila menimpali. "Tapi, caranya yang gak bener. Sebelum menumbuhkan harapan, harusnya dia riset dulu kalau cowok yang mau dijodohin sama gue nih udah ada ceweknya kah? Atau ada yang dia incer gak? Atau jangan-jangan udah ada rencana serius sama orang lain? Harus se-proper itu risetnya kalau mau dijodohin."

"Oh, kayak kamu gitu ya? Sebelum dijodohin, udah punya alasan seabrek hasil riset buat nolak?" Arka menyela, menciptakan decakan kesal dari Nabila. "Gak usah belokin ke topik lain deh. Ini lagi bahas Mas Raihan..."

Raihan memijat kepalanya. "Terus gue harus gimana?"

"Sebelum ini kamu udah jelasin sama Kirana gak kalau kamu sukanya sama orang lain?" selidik Nabila. "I mean, udah bener-bener clear gitu atau gak? Kayak udah ngomong kalau kamunya gak mau lanjut perjodohannya?"

Somebody To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang