25 : Sweet Creature

20.6K 2.4K 94
                                    

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Boleh deh." Raka berucap setelah berpikir lama. Tangannya ikut mengusap hewan berbulu kesayangannya yang saat ini duduk di pangkuan Raihan.

"Bener gak nih? Ikhlas gak?" pancing Raihan. Adik laki-lakinya itu kini mengangguk mantap. "Beneran, tapi seminggu doang ya. Setelah itu aku bakal langsung jemput Kinoy ke rumah Mas Rai."

Raihan terkekeh. "Oke, deal." Ia kembali memberi banyak usapan pada seekor kucing gendut milik Raka itu. "Emang kenapa sih kamu pelihara kucing?" tanya Raihan lagi.

"Biar ada temennya aja," jawab bocah kecil itu dengan santai. Saat ini ia sedang berada di kamar Raihan yang berada di rumah papanya. Raihan memang datang berkunjung di akhir pekan. "Aku gak punya teman di komplek sini. Rumah teman-teman aku jauh semua. Jadi, setiap harinya aku cuma pulang sekolah, les, terus main sama Kinoy di rumah. Papa kerja, Mama kerja, sepi banget, untung ada Kinoy. Sekarang juga untungnya ada Mas Rai yang sering ajak aku main dan ngobrol," lanjutnya. Kali ini membuat Raihan tertegun.

Ia teringat masa-masa kecilnya dulu. Ia juga pernah merasa kesepian yang sama karena orang tuanya sibuk bekerja. Jadi, saat ia berusia tujuh tahun kala itu, untuk pertama kalinya ia meminta seorang adik. Ia tidak suka sendirian. Namun, beberapa tahun kemudian, Raihan baru menyadari kalau sang Ibu tengah sakit, sehingga seorang adik yang ia inginkan tidak pernah hadir.

Ia bahkan baru mengetahui fakta sesungguhnya di balik pernikahan papanya dan Tante Rini yang merupakan amanat mendiang mamanya. Amanat dari rasa bersalahnya yang tidak kunjung mengabulkan permintaan Raihan sejak kecil yaitu seorang adik yang bisa menemaninya.

"Kalau kamu mau benci Tante, gapapa, Rai. Tante sangat paham. Tapi, jangan benci sama Papa kamu. Kalau selama ini kamu mikirnya Tante dan Papa kamu selingkuh diam-diam di belakang Mama kamu, tentu kamu salah besar. Justru Papa kamu yang sangat menolak kala itu," jelas Tante Rini yang beberapa hari lalu tidak sengaja ditemui Raihan di makam mendiang sang Ibu. Lantas keduanya terlibat obrolan panjang.

"Saat itu, yang ada di pikiran Mama kamu cuma Raihan gak boleh kesepian. Raihan harus punya adik. Tante minta maaf karena situasi kala itu Tante belum kunjung menikah. Andaikan Tante sudah menikah, Mama kamu tidak akan memberikan penawaran ini. Tante benar-benar minta maaf kalau pada akhirnya keputusan ini sangat melukai kamu."

Raihan hanya mampu membeku kala mengingat kembali kilasan obrolan mereka. Ia benar-benar sudah berusaha keras untuk menutup mata selama ini. Maka, saat mendengar ucapan Raka barusan benar-benar membuatnya seolah tertampar. Anak ini tentu mengalami banyak hal berat hanya karena keegoisannya yang tidak ingin menerima keadaan.

"Kamu bilang aja kalau nanti mau minta ditemenin jalan keluar atau main, kalau Mas Rai gak sibuk pasti Mas Rai temenin," ujar Raihan setelah terdiam lama. Senyum lebar Raka terbit. "Bener? Aku boleh telepon atau chat Mas Rai gak? Tapi, dari handphone Papa atau gak handphone Mama."

Somebody To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang