17 : Someone You Like

20.2K 2.9K 256
                                    

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah sudah semerah apa wajahnya, Naya tidak punya bayangan. Sejak lelaki itu memutus jarak antara keduanya, Naya tidak lagi dapat berpikir dengan jernih dan leluasa seiring telapak tangan lelaki itu yang mengusap pipi sampai area rahang hingga menahan tengkuknya untuk memperdalam ciuman.

Dengan mata terpejam, Naya mengikuti dorongan dengan mengalungkan kedua tangannya pada leher lelaki itu. Jantungnya bertalu-talu, darahnya berdesir hebat. Hingga ketika lelaki itu melepas tautan bibir mereka, Naya masih belum kuasa membuka mata.

Lelaki itu menyatukan dahi mereka seraya mengusap lembut bibir Naya. Masih dengan napas memburu, dengan segera Naya menarik tangannya yang memeluk erat leher lelaki itu, ia mundur untuk menciptakan jarak aman. Kedua tangannya menutupi wajah kemudian mengusapnya sebelum memberanikan diri menatap Raihan.

"Katanya ciuman pertamanya pas di puncak." Adalah kalimat pertama yang diucapkan Naya dengan suara bergetar.

Raihan balas menatap lurus wanita itu. Ada senyum samar di sudut bibirnya dengan sorot terhibur. "Emang ciuman pertama kok. Kenapa? Gak percaya?"

Naya diam, memilih untuk tidak membahas keahlian seorang lelaki menyesap bibirnya padahal mengaku baru saja mendapatkan ciuman pertamanya beberapa waktu lalu.

"What was that for? Kenapa kamu cium aku?" Pada akhirnya Naya memilih untuk bertanya.

Raihan tidak langsung menjawab. Tanpa mengalihkan tatapan, lelaki itu tampak membaca gestur dan sorot wanita yang terlihat menyimpan perasaan gusar itu.

Naya terlihat putus asa, terbukti dari hembusan napas kasar wanita itu. "Kenapa kamu cium cewek lain padahal kamu udah punya tunangan?!" Naya tidak dapat menahan letupan dalam dada. "Terus apa-apaan mau mengenalkan aku sama orang tua kamu? Kenapa sembarangan ngomong kayak gitu?"

Kali ini Raihan bereaksi lebih. Matanya berkilat bingung dan sungguh terganggu dengan ucapan wanita itu. "Sembarangan? Kamu anggap omonganku sembarangan? Dan tunangan apa yang kamu maksud?"

"Kirana Gunawan."

Naya tersenyum tipis ketika menangkap raut wajah lelaki itu berubah kaku kala Naya menyebutkan nama seorang wanita. "Dia tunangan kamu kan? Am i wrong?"

Raihan menghembuskan napas. "Yes absolutely wrong," tandas Raihan. "Kamu ketemu Kirana dan dia bilang kalau dia tunangan aku?"

Naya tidak menjawab membuat Raihan menyugar rambutnya. "Jangan diem aja dong, Nay. Aku gak bisa nebak—"

"Aku harus gimana?" potong Naya segera. "Aku bener-bener minta maaf sama tindakan bodoh aku yang udah diluar batas itu. Aku beneran serius gak berani buat mengharapkan kamu dan berusaha keras untuk mempertahankan hubungan profesional kita di kantor. Aku sendiri mengakui kalau ungkapan perasaan aku buat kamu tuh gak sepantasnya..." Suaranya mulai bergetar, Naya berusaha untuk meredam perasaan emosional. Menangis di hadapan lelaki itu adalah hal yang sangat ia hindari.

Somebody To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang