15 : Let's Talk

20.5K 2.8K 141
                                    

Part ini bisa tembus 100 votes kayak part sebelumnya gak? Jangan lupa tinggalkan jejak yaa, thankyou

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part ini bisa tembus 100 votes kayak part sebelumnya gak? Jangan lupa tinggalkan jejak yaa, thankyou.

Kepalanya sungguh berat membuat Naya beberapa kali memijat dahi kemudian meneguk segelas air dingin. Selama beberapa saat ia hanya duduk diam di depan meja pantry dengan kepala tertunduk meredakan rasa pusing yang menjerat. Ia bersumpah untuk tidak lagi melarikan perasaan gusar pada alkohol. Efek sesudahnya benar-benar menyiksa.

Beberapa menit yang lalu, ia terbangun dengan perasaan seolah kepalanya berputar dan perut yang terasa panas, hingga ia langsung memuntahkan isi perut di dalam kamar mandi. Entah berapa banyak gelas minuman yang ia teguk semalam sehingga pasca mabuknya pagi ini benar-benar parah.

Nay, gue balik. Di atas meja ada obat sama sarapan. Habis sarapan langsung minum obat. Sebelum ke kantor jangan ngopi dulu kalau lo pengen umur panjang.

Sebuah notes berisi tulisan tangan Gista ditempel di depan kulkas. Naya membacanya saat ingin mengambil air dingin dari dalam kulkas. Ia sama sekali belum menyentuh sarapan dan obat yang disiapkan Gista. Masih sambil memijat dahi, meredakan rasa pusing, sekelabat ingatan semalam satu persatu muncul membuatnya tersentak.

Mungkin wajah pucatnya yang beberapa saat lalu ia lihat di cermin wastafel kamar mandi, kali ini semakin pucat. Jantungnya berdegup kencang, tangannya bahkan mulai gemetar saat meraih ponsel untuk mendial nomor telepon Gista.

"Iya, Nay?" Suara Gista diiringi suara mesin hairdryer terdengar. "Lo udah bangun? Gue baru kelar mandi, lo udah sarapan—?"

"Siapa yang antar gue balik ke apart semalam?" potong Naya segera.

Jeda hening yang tercipta semakin membuat Naya panik. "Gistaaaa..."

"Lo belum buka grup? Semalam—"

"Siapa?!"

Di seberang sana Gista meringis sebelum menjawab, "Mas Raihan..."

Tercekat. Seluruh peredaran darah dalam tubuh Naya seolah macet. Pikirannya kosong.

Suara pelan Gista kembali terdengar. "Maafin gue, semalam gue masih harus jemput nyokap dulu. Jadi, gue minta tolong dia buat antar lo, tapi gak lama kok. Gue abis anter nyokap langsung balik ke apart lo dan nginep."

Naya mengerang seraya meremas rambutnya kencang, membuat Gista bertanya-tanya. "Kenapa? Ada apa? Lo harus tahu... Pas gue balik, Mas Raihan masih di apart lo, lagi main game lewat hp di sofa ruang tengah. Beneran tipe cowok yang gak neko-neko. Lo bisa bayangin gak? Kalau dia tipe cowok brengsek yang suka ambil kesempatan, mungkin lo udah sayonara sih. Tapi, pas gue cek lo di kamar, lo udah tidur aja, diselimutin pula..."

Somebody To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang