7 : The Joker And The Queen

19.9K 2.6K 81
                                    

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kerutan di dahi Arka semakin dalam kala mengamati Raihan yang hanya diam sejak mereka tiba di salah satu club atas ajakannya itu. Di balik hingar bingar dan keadaan bising di tempat yang semakin larut semakin ramai itu, Arka memilih exclusive table yang cenderung jauh dan lebih aman dari segala bising. Bukan tanpa alasan, tentu saja karena Raihan yang saat ini terlihat sedikit kalut.

Arka menghela napas kala beberpa menit berlalu, Raihan seolah membisu, hanya tangannya yang bergerak meraih bergelas-gelas minuman. Satu hal yang semakin memperkuat dugaan Arka kalau lelaki di hadapannya itu benar-benar sedang menjadikan alkohol sebagai pelarian dari kekalutan.

"Oy, kenapa?" tanya Arka. Tentu saja tidak mendapati balasan. Padahal awalnya Arka yang mengajak sosok sahabatnya itu untuk menemaninya minum. "Ini padahal gue yang mau galau-galau najis, Rai. Tapi lihat lo gini, gue jadi segan mau galau, Anjir! Kayaknya masalah lo lebih berat."

"Lo sama Nabila ketemu di mana awalnya?"

"Hah?" Arka menegakkan tubuh guna meyakinkan pendengarannya tidak bermasalah. Pasalnya pertanyaan Raihan sangat berlawanan.

"Lo ketemu Nabila di mana?" ulang Raihan.

Arka menatap sosok di hadapannya itu dengan tatapan clueless. Namun, mendapati tatapan datar Raihan membuatnya ia lantas menjawab. "Di rumah sakit tempat dia coass dulu. Lo inget pas gue ketabrak motor? Itu dilariin ke rumah sakit kan, nah dia tuh yang jahit luka gue, tapi salah jahit, Anjir! Gue udah pasrah aja kalau mau mati detik itu juga, tapi mukanya kasian banget, mana panik, tapi lucu banget sih..."

Raihan mengangguk singkat seolah mengerti, semakin membuat rasa penasaran Arka meningkat. "Kenapa, Oy? Jawab gak?! Kalau gak—"

"Bokap gue kayaknya mau jodohin gue."

Kalimat Arka yang baru saja akan ia loloskan lantas terhenti. Lelaki jangkung itu tertegun sebentar. "Serius?" tanyanya setelah mampu menguasai diri.

Raihan diam sebentar. "Feeling gue aja sih. Tadi gue diajak makan dan dikenalin ke anak temennya. Gak biasanya dan baru kali itu dia kelihatan gencar banget usaha buat ngatur urusan pribadi gue lagi setelah nyokap meninggal..."

"Dan lo gak terima? Rasanya mau ngamuk lagi kayak beberapa tahun lalu? Gak apa-apa, Rai. Sekali-sekali ngomong jancuk kalau emang—"

"Nope. Setelah gue renungi lagi, ada satu sisi di hati gue yang ngerasa senang karena diperhatiin lagi. Itu artinya dia masih peduli sama masa depan gue 'kan?"

Arka kembali diam, berusaha keras mencerna ucapan sosok di hadapannya itu. Ini orang beneran udah mabok kali ya? "Bentar-bentar... Maksudnya? Lo seneng-seneng aja diatur dalam perjodohan?"

Raihan mengangkat bahu. "Maybe? Cause why not? Kalau itu bikin dia pada akhirnya excited dan tulus ngasih perhatian buat gue lagi, ya kenapa enggak? Gue cuma pengen bokap gue perhatian ke gue atas insiatif sendiri kayak dulu lagi."

Somebody To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang