Winter, nama yang begitu indah saat dilafalkan, tapi anehnya Karina kurang menyukai gagasan itu. Bukan karena Winter memiliki penampilan yang buruk; seratus persen anak perempuan itu memiliki penampilan menarik yang dapat membuat seluruh mata tertuju kepadanya. Bukan juga karena perangai Winter yang tidak dapat ditoleran, justru sebaliknya, Winter mendapat julukan malaikat tanpa sayap di sekitarnya---cenderung sering dimanfaatkan oleh para senior di tempat kerjanya karena kebaikannya dan membuat Karina selalu merasa jengkel ketika melihatnya.
Apabila dibandingkan dengan Karina, Winter tentu seperti pemeran utama dalam kisah-kisah romansa, yang digambarkan sempurna; memiliki paras rupawan, hati yang baik, dan membuat pemeran utama pria---bahkan seluruh orang jatuh cinta padanya. Sementara itu Karina? Dia bukan apa-apa.
Menjengkelkan.
Berbeda dengan karakter Winter, Karina justru merasa dirinya seperti villain dalam kisah-kisah romansa yang memiliki rasa iri pada Winter hanya karena Jeno memilih makan bersama dengannya siang tadi. Sejujurnya, ada perasaan yang mengusik dalam dada Karina saat melihat Jeno bercengkrama dengan Winter tanpa merasa canggung, seperti mereka sudah mengenal satu sama lain dalam jangka waktu yang lama.
Tentu saja Jeno sebagai direktur muda bukanlah seseorang yang mudah digapai oleh orang-orang di tempat kerja Karina, tetapi sepertinya itu tidak berlaku pada Winter---anak magang yang baru bekerja satu bulan itu. Hal itu tentu membuat orang-orang membicarakan mereka hingga membuat telinga Karina terasa gatal setiap kali orang-orang itu membicarakan Jeno dan Winter.
Karina ingin membungkam mulut setiap orang yang ditemuinya, tetapi Jeno adalah perbincangan panas setiap orang. Tentu hal itu adalah suatu hal yang mustahil bagi Karina untuk lakukan, bukan?
Karina menghela napasnya, berusaha menetralisir perasaan yang bergemuruh dalam dadanya. Merasa bodoh sendiri karena pikiran yang mengusik dirinya. Dia datang kepada Jeno hanya untuk tubuh laki-laki itu. Ya, hanya untuk tubuh laki-laki itu.
Karina melirik Jeno yang mengemudi di sebelahnya. Satu tangan besar Jeno berada di kemudi, sementara tangan lainnya bermain di tuas mobil. Jeno terlihat seksi saat mengemudi mobil, membuat Karina bertanya-tanya dalam hati. Seperti apa tipe ideal Jeno selama ini?
Apakah seperti Winter yang memiliki citra polos?
Sekali lihat saja Karina dapat menilai Winter adalah tipe submisif yang memerlukan tuntunan Jeno dalam setiap langkah. Hal ini tentu cocok dengan karakter Jeno yang suka mendominasi dalam permainan.
Mungkin Jeno akan menyukai permainan mereka apabila dibandingkan dengan Karina. Tapi, satu hal yang tidak dapat Jeno peroleh dari Winter adalah.... pengalaman dan sikap gila seperti yang Karina lakukan dengan Jeno selama ini.
"Sekarang kita udah sampe nih," Ujar Jeno sembari mematikan mesin mobilnya. Seperti hari kemarin dan kemarin-kemarinnya lagi, rutinitas Jeno sepulang bekerja adalah mengantar Karina pulang---memastikan Karina aman dan selamat sampai tempat tinggal, katanya. Sangat baik, bukan?
Di mana lagi kau akan menemukan Bos yang mengantarmu pulang setiap hari? Mungkin saja ada Bos yang khawatir dengan keadaan pegawainya setiap pegawai pulang kerja malam, tapi tidak ada bos yang setiap hari mengantar pegawainya ke tempat tinggalnya.
Inilah kebaikan Jeno yang selalu Karina terima dan Karina merasa tidak sungkan untuk memanfaatkannya.
Karina bangkit dari duduknya setelah melepas sepatu hak yang dipakainya seharian. Tangannya sengaja mengangkat sedikit rok spannya sehingga memberinya ruang untuk melebarkan kedua kakinya kala ia bertumpu, duduk di atas kedua paha Jeno.
Jeno sedikit terperanjat dengan tindakan Karina yang begitu tiba-tiba melakukan serangan. Namun, alih-alih, melemparkan sekretarisnya itu dengan kata-kata seruan karena bertindak seenaknya, Jeno justru tertawa kecil, membuat pesonanya naik hingga di luar nalar.
"Apa yang saat ini sedang kamu lakukan, Karina?" Tanya Jeno di sela tawa kecilnya dengan suara husky yang membuatnya tampak seratus persen seksi di mata Karina.
Perilaku Jeno yang tidak mendorong Karina menjauh ini Karina anggap sebagai afirmasi bahwa dia dapat melakukan tindakannya lebih jauh lagi, sehingga Karina tak segan-segan untuk mengalungkan satu tangannya di leher Jeno dan tangan lainnya mengelus wajah Jeno dengan lembut.
Pandangan Karina terkunci pada mata monolid Jeno yang indah.
Karina mendengkus saat melihat Jeno menatapnya dalam, begitu dalam, hingga membuatnya dapat terhanyut kapan saja oleh tatapan itu.
"Apa yang saya lakukan? Apa lagi?" Karina menjawab pertanyaan Jeno dengan sindiran halusnya. "Tentu saja saya ingin melanjutkan kegiatan kita yang tertunda tadi siang, Pak."
.
.
.
.Jeno melepaskan pagutannya pada bibir Karina. Jeno dapat melihat betapa berantakannya penampilan Karina saat ini, dan sialnya itu karena ulahnya.
Jeno menggerakkan tangannya untuk merapikan anak-anak rambut Karina yang menguar selagi memerhatikan detil wajah Karina yang terbasuh keringat dan terlihat sangat menggoda.
"Karina," Saat Jeno memanggilnya, Karina membuka matanya, membuat Jeno bergerak mendekat, membisikkan kata-kata yang membuat tubuh Karina tersengat listrik karenanya. "Biarkan aku yang melanjutkannya."
***
Kalian dapat mengunjungi karyakarsa/Joylada dakkodakkochan untuk mendapatkan chapter lebih banyak/spesial
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETARY YOO [BLUESY VERS.] - TAMAT
FanfictionLee Jeno, salah satu duda terpanas yang ada di muka bumi ini. Semua orang jatuh cinta padanya, tergila-gila bahkan berhalusinasi untuk menjadi istrinya. Salah satunya mungkin Karina, tidak, Karina bukan salah satu dari sekian banyak orang yang ingin...